chamomile.

1K 124 10
                                    

Malam minggu ini baik Jeno dan Jaemin sedang santai di apartemen mereka. Jaemin rebahan di atas sofa sambil memainkan ponselnya dengan kaki yang terjulur nyaman sampai mengenai paha Jeno yang duduk di ujung sofa. Jeno sendiri sedang khusyu menikmati sup jagung yang tentu saja dibuatkan oleh Jaemin. Menu kesukaannya dari seluruh makanan yang dibuat ibunya dan sekarang sudah diturunkan kepada Jaemin. Ya, walaupun masih enakan sup jagung buatan ibu, tapi gapapa, deh, Jeno lagi kangen berat sama rumah.

"Gambar yang kemarin udah beres?" Tanya Jeno dengan atensi yang masih terfokus pada animasi Bojack Horseman di televisi.

"Belum, anjir," keluh Jaemin, "desainnya salah kata Pak Juli."

"Lah, terus gimana?"

"Disuruh asistensi lagi ke Kak Dejun." Jaemin mengacak rambutnya frustasi, "Ah, salah nih gua ambil MMR." Jaemin menyesal setengah mampus sekarang gara-gara ambil konsentrasi Manufaktur, Mekatronika dan Robotika tersebut. Padahal dulu niatnya ambil konsentrasi itu karena tak harus ribet-ribet nge-lab dan hanya butuh sebuah laptop juga software desain. Tahu-tahunya gak segampang yang ia pikirkan.

"Mana Kak Dejun lagi sibuk skripsi lagi, gaenak gua mintanya." lanjut Jaemin.

"Minta ke anak-anak yang se-lab sama lu, lah." usul Jeno enteng.

"Masalahnya desainnya beda-beda, Jen." Jeno hanya tertawa kecil melihat Jaemin yang misuh-misuh sendiri. Lagipula mau bagaimana, Jeno juga tak bisa membantu apa-apa.

Ingat akan sesuatu, si pria berkacamata kembali membuka mulutnya. "Besok gua disuruh ikut penelitian sama Pak Sus."

"Anjay."

"Penelitiannya punya dia, sih. Gua cuma disuruh ikut buat bantu nguji alat, doang," Jeno menaruh mangkuknya yang sudah kosong di atas meja sembari mengambil segelas air putih, lalu menegaknya habis.

"Dua mingguan, Na." ujar Jeno lagi memberi tahu.

Jaemin langsung menaikkan alisnya terkejut, "buset, lama betul. Dimana, anjir?"

Jeno mengangkat bahunya ringan, "di pembangkit gitu deket pantai, gue lupa dimana."

"Ah, anjir, enak banget. Bisa sekalian maen itu, mah."

"Otak lu isinya main mulu," komentar Jeno sambil geleng-geleng kepala.

Jaemin melemparkan ponselnya asal, tangannya ia lipat di bawah kepalanya. "Pak Juli kenapa ga pernah ngasih gua proyek, sih. Tugas mulu gimana ga mumet otak gua."

"Ya, elu dikasih tugas aja masih kabur-kaburan, gimana mau dikasih proyek." balas Jeno sudah hapal betul tabiat sohibnya ini.

"Seenggaknya kan proyek bisa naikin nilai gua, tugas mah yang ada nurunin nilai anjir"

"Mau pindah konversi aja bareng gua?"

Mendengar tawaran Jeno tadi, Jaemin langsung bergidik ngeri. Nilai termodinamikanya semester lalu saja ngulang, gimana mau ambil konsentrasi konversi energi. Udah ciut duluan otak Jaemin. "Gak. Makasih."

"Nanti pas gua pergi," ujar Jeno sembari memainkan jari kaki Jaemin, "lu jangan kelayapan mulu, apar jangan lupa diberesin, gua gak mau ya balik-balik ini tempat jadi kotor"

Malas, Jaemin kembali memainkan ponselnya sambil menanggapi suruhan sahabatnya asal. Udah bosen banget Jaemin mendengar hal-hal macam ini dari mulut seorang Lee Jeno. Mending stalking instagram cewek FEB yang dikasih tau Yangyang setelah anak itu ikut training disana beberapa waktu yang lalu.

"Cucian jangan lupa di laundry, jangan sampe gua balik sempak lu betebaran dimana-mana."

"Gua ga sejorok itu, ya, anjing." ujar Jaemin menatap malas sahabatnya di ujung sofa.

sohib.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang