Hari Ini (Bagian 2) : Dosa Dan Air Mata

31 7 0
                                    

Aku merasa seperti sudah sangat berdosa telah membuatmu menangis.

Maafkan aku, telah membuat air mata berhargamu itu jatuh di hari yang padahal seharusnya kau merasa bahagia.

Hari ini, kita sama-sama memiliki rencana besar yang bertolak belakang

🌌🌌🌌

"Sejeong-ah, hari ini aku ingin memberimu sesuatu" apa ini? Aku kalah cepat. Sedikit kulirik gerak tangannya yang tampaknya hendak mengeluarkan sesuatu dari saku.

Ah.. Ya Tuhan..

Hyunggu mengeluarkan sebuah kotak merah yang familiar. Kotak yang kutebak pasti berisi cincin. Sekujur badanku merinding hebat.

Kumohon jangan lamar aku. Kumohon.

Tapi tak bisa dielak, benar saja sebuah cincin di dalam kotak itu dihadapkan padaku. Apa yang harus kulakukan?

"Sejeong-ah, will you marry me?"

Ya Tuhan, kenapa di waktu yang tidak tepat. Aku meninginkannya sejak lama tapi untuk saat ini sudah tidak bisa.

Rasa bersalah, haru, bingung, dan kekecewaan bercampur sempurna di benakku. Perhelatan batin yang tak terhindarkan.

Aku masih diam, tak tau harus bagaimana menjawabnya. Iya atau tidak. Atau, bagaimana cara menolaknya.

Tapi sekilas kusadari senyum Hyunggu memudar. Benar, mungkin ia menyadari eksistensi cincin di jariku? Kuharap begitu, dengan begitu aku tak perlu mengatakan hal yang mungkin melukai hatinya.

Aku menyesal. Sangat menyesal. Ingin sekali rasanya berlutut memohon ampun padanya. Aku terlalu buruk.

"maaf aku tak bisa" entahlah aku tak tau harus bicara apa selain ini.

"Sejak kapan?" tanyanya lirih, nyaris tak kudengar. Tampaknya ia menangkap kodeku.

Apa yang harus kukatakan untuk menjawabnya? Baiklah, aku harus tega kali ini.

"sejak aku tak pernah menghubungimu lagi. Apa kau tak menyadarinya? Aku selalu menghindari telpon darimu sejak beberapa waktu lalu" kuberanikan diriku untuk beradu pandang dengan Hyunggu. Sambil kusunggingkan seringai tipis untuk menambah kesan jahatku. Sudah terlanjur basah akan dosa, sekalian saja.

"tapi tidak mungkin, kau bilang sibuk dengan pekerjaan-" Hyunggu berusaha menyangkal. Tapi dengan segera kuputus dengan tegas.

"Kang Hyunggu! Sudah cukup! Apa kau benar-benar tak mengerti?! Aku berbohong! Kau melihat buktinya sendiri di jariku sekarang!" Ya Tuhan, aku tak percaya mulutku bisa semengerikan ini.

Untuk pertama kalinya aku membentak Hyunggu. Dan raut wajahnya.. aku tak sanggup menatapnya. Ia membeku seolah tak percaya dengan nada bicaraku. Kurasa sebaiknya aku pergi sekarang saja. Aku tak tahan ingin menangis.

Bergegas aku berdiri. Tapi kurasakan telapak tangan Hyunggu menahan pergelangan tanganku. Kehangatan yang kurindukan, tapi di saat yang tak tepat.

Aku mengerti perasaanmu Hyunggu-ya, aku juga ingin mencintaimu lagi dan seterusnya. Tapi mustahil.

"siapa laki-laki itu?" aku masih memunggunginya tak berani berpaling menengoknya.

Tanpa menoleh sedikitpun kukatakan satu jawaban tanpa kejelasan, "kau tidak perlu tau, yang jelas dia jauh lebih baik darimu"

Kudengar Hyunggu tertawa kecil, lalu membalas ujaran kejamku.

"Baiklah, selamat" perlahan kurasakan cengkeraman lembut tangannya mengendur. Aku jelas-jelas bisa merasakan tenaganya melemas.

Sudah cukup, aku tak ingin terluka lagi atau melukainya. Aku harus pergi sekarang. Atau mungkin lebih baik segera menangis hebat dan tenggelam di airmataku sendiri di pelukan Sehun oppa.

Kulangkahkan kedua kakiku keluar dari kafe. Bersikap sok tenang, padahal menahan air mata yang sudah mau banjir ini.

Sehun oppa menyambutku sesaat usai aku benar-benar meninggalkan kafe ini. Lelaki itu menatapku yang keluar kafe dengan wajah super murung.

Kuharap Hyunggu melihat adegan ini. Supaya setidaknya ia berpikir aku dan Sehun oppa bertunangan.

Ia meraih tanganku, menggenggamnya erat-erat sembari menanyakan kondisiku.

"apa kau baik-baik saja?" Sehun oppa membukakan pintu mobilnya untukku. Entahlah pokoknya aku ingin menangis lepas hari ini.

"oppa.. aku jahat sekali.." keluhku bernada miris. Segurat ekspresi simpati terlukis di wajah Sehun oppa. Lelaki itu memeluk kepalaku ke dalam dadanya.

"no, no, no, you made a good decision, Sejeong-ah.. Jangan menangis," terasa sekali jari-jari raksasa Sehun oppa mengelus kepalaku. Ia tak menyerah menenangkanku.

Aku menangis sejadi-jadinya, leherku rasanya seperti tercekik karena sengguk tangis yang berlawanan dengan alur napasku. Merintih, melembut, kemudian marah, lalu kembali merasa bersalah. Itu yang terus terulang padaku saat ini.

Sungguh, aku merasa sangat buruk. Seburuk-buruknya.

"Aku telah membuat orang yang tulus menyayangiku menangis, aku adalah orang jahat yang penuh dosa. Payah! Bodoh, bodoh, bodoh!" kesal, kupukuli kepalaku sendiri berulang kali. Aku ingin merasakan sakit yang sama dengan yang Hyunggu rasakan.

"sudah cukup, Sejeong-ah. Berhentilah menyalahkan dirimu.." Sehun oppa menangkap tanganku, bermaksud menghentikan perbuatan gilaku saat ini.

Benar juga, mungkin lebih baik aku berhenti menyalahkan diriku. Bisa jadi ini akan menjadi keputusan terbesar yang pernah kuambil.

Bisa jadi kelak keputusan ini merubah takdir masa depan kami menjadi lebih indah dengan meneruskan kehidupan masing-masing.

✨🌟✨

Hello, makasih banyak buat yang udah baca karyaku yg masih amatir ini 😄 kalau boleh, don't forget to leave vote and comment, and please wait for next chapter see yaaaa~ 💕

Semburat Luka Di Tengah Semesta (SELESAI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang