Bertubi-tubi

3 1 0
                                    

1 bulan kemudian hasil keputusan pun menjawab, mereka resmi berpisah.

Keadaanpun semakin kacau. Ibuku mulai kesulitan untuk membiayaiku makan sehari-hari. Motor hampir disita, tetapi dengan kegigihan ibuku akhirnya ia bisa berjuang mati-matian untuk membiayaiku sehari-hari. Bagaimana tidak? Perempuan yang tidak bekerja kantoran, diawal menikah hanya disuruh untuk mengurus rumah dan anak-anak, harus belajar mencari uang sendirian. Aku menjadi saksi kesulitan hidup saat itu. Menemani ibuku mencari uang untuk makan sehari-hari. Menjual kue, menjual beras nenekku.

Masa kecilku hanya bahagia sesaat. Anak seusiaku saat itu seharusnya bermain dengan teman-temannya. Tidak dengan ku. Aku harus menemani ibuku mencari uang. Pulang pergi kerumah nenekku memakai motor untuk mengambil beras dengan jarak yang jauh. Dari rumahku kerumah nenek, itu menghabiskan waktu 3 jam untuk sampai dirumah nenek. Aku ingat sekali saat kami akan pulang kerumahku tetangga nenek ku bertanya" Vi, kamu nggak kasian liat anak kamu dibawa terus,kan masih kecil nanti juga kecapean" tanya tetangga nenek ku. Ibu ku menjawab "Kalau Dwi aku tinggalkan sendirian, siapa yang menjaganya?memberinya makan? Siapa yang mengurusnya?"(sambil mengelus rambutku). Aku hanya terdiam,karna aku tidak tahu harus bagaimana.





Saat orang tua ku sudah bercerai, kakakku mungkin sangat depresi. Kepribadiannya sangat berubah. Raport yang selalu berisi Alpa, surat panggilan dari guru kakakku untuk ibu. Sepertinya pada saat itu kakakku sudah mengetahui apa artinya ''Perceraian''. Kakakku sangat berbeda waktu. Pulang kerumah selalu tengah malam,Pulang kerumah pun jarang. Ia mengabiskan waktu bersama teman-temannya. Dirumah yang sederhana itu hanya ada Aku,Ibu,Kakakku. Sesekali nenekku menginap dirumah kami. Bagiku itu sangat menghibur ketika semuanya terasa hancur.

Tiga tahun setelah perceraian alhamdulillah kehidupan ekonomi kami kembali seperti biasa. Kakakku lulus SMP,akupun lulus SD. Terkadang aku iri dengan teman-temanku. Masih bisa bermain dari rumah ke rumah yang lain. Sedangkan aku?. Aku harus menemani ibuku mencari uang untuk biaya sehari-hari. Ntah mengapa, aku merasa hidupku sangat keras. Pagi aku harus bersekolah,siang sampai malam aku harus membantu ibuku. Aku banyak mendapat pujian dari orang tua lainnya mereka berkata ''wah... anakmu rajin sekali Elvi,masih kecil tapi udah bantuin kamu'' kata mereka. Dalam hatiku selalu berkata '' kalian melihatku sangat rajin, tapi sebenarnya aku sangat lelah'' kata hatiku.

"Karna rasa bersyukurlah aku bisa hidup sampai sekarang"

Transformation  Of  The Spoiled Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang