Menuju Dewasa

10 2 0
                                    

Tidak ada seorang anak pun yang rela ketika orang tuanya bercerai. Jujur... aku sangat depresi tanpa orang lain ketahui. Aku selalu gundah ketika mengambil keputusan sendiri. Selalu merasa kesepian. Terutama saat badanku terasa sangat capek, pikiranku bisa saja hilang kemana saja. Disaat itulah aku menangis dan kembali mengingat masa lalu. Akan tetapi sehabis menangis, rasa percaya diriku sedikit kembali. ^•^

Itulah cara aku menenangkan diri sejenak, terkadang aku suka keadaan sepi ,terkadang juga aku benci sepi. Semua tergantung situasi saat itu. Aku sangat enggan memberitahu privasi ku kepada orang lain. Kecuali,kepada orang-orang yang aku anggap sangat dekat kepada ku. Aku tahu, banyak anak broken home diluar sana. Ada yang lebih menyakitkan dari kisah ku, ada pula yang lebih bahagia dari kisah ku.

Seiring berjalannya waktu, aku pun beranjak lulus smp. Aku mendaftarkan diri di salah satu SMA dikota Bengkulu. Awal masuk SMA aku mempunyai teman dari SMP lama ku yaitu Rani. "Deg..deg..deg.." kata hatiku haha. Aku takut nanti aku tidak mengenal orang-orang yang ada dikelasku, karna pada saat itu aku masih pendiam. Tidak pandai untuk mencari teman. Saat nama kami disebutkan ternyata aku dan rani mendapat kelas yang sama. Aku sangat bahagia mendapat teman yang aku kenal sejak lama.

Oh iya, semenjak kakakku tamat dari SMA dia pergi merantau kepulau jawa. Tinggallah aku seorang diri dirumah. Terkadang aku merasa takut sendirian. Listrik tak selalu hidup. Jika listrik dirumahku sedang padam,biasanya aku duduk didepan terasku sendirian ditemani para-para pasukan nyamuk. Aku mempunyai ibu angkat didekat rumahku. Sebelum pergi ibuku menitipkan aku kepada bibiku. Bibiku itu sudah bekeluarga. Mempunyai 2 orang anak. Bibiku berasal dari padang. Hayo... siapa yang sedang membaca cerita ini berasal dari padang?.

Bibiku sangat berperan dalam hidupku pada saat itu. Aku benar-benar dianggap sebagai anaknya. Dia sering membuatkan makanan untukku. Tapi aku tidak boleh egois. Karna, bibiku juga mempunyai keluarganya sendiri. Jadi dia tidak bisa 24 jam mengawasiku. Aku sangat senang dan bangga punya ibu angkat seperti bibiku. Ketika aku salah dia pasti akan memarahiku seperti ibu-ibu pada umumnya yang memarahi anaknya sendiri.

"tuhan itu tidak adil"pikirku dulu. Aku selalu memikirkan itu ketika aku sedang rapuh. Jika pikiranku sedang kacau terkadang aku harus menangis dahulu agar aku merasa baik-baik saja.

Foto ibu dan ayahku saat itu aku pajang di dinding kamarku. Difoto itu terlihat raut wajah bahagia ayah dan ibuku. Ketika sedih aku selalu memandangi foto mereka. Sambil bertanya-tanya. "mengapa kalian harus berpisah?orang tua yang selalu aku banggakan didepan teman-temanku?" tanya hatiku. Aku hanya bisa menceritakan sedikit kisah bahagia saat aku kecil dulu. Saat mereka masih bersama.

Didalam sholatku, aku bertanya kepada Allah SWT. "Tuhan mengapa harus terjadi kepada keluargaku?mengapa engkau tidak adil?mengapa harus aku?mengapa?mengapa?mengapa?

Hari-hari berjalan. Aku mulai menemukan jawaban. Dengan Teman-teman yang selalu mensuportku. Sesuatu itu sudah ditakdirkan Allah dengan sebaik mungkin. Allah memberikan cobaan tidak melebihi diatas kemampuan umatnya. Jadi Allah memberiku cobaan seperti itu karna aku mampu menghadapinya.





Kutipan.

"jangan lengah, jangan biarkan emosimu menghancurkan  diri sendiri".

Transformation  Of  The Spoiled Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang