2

2.2K 274 15
                                        

Happy reading








"Lee Jeno?"

"Apakah kita bisa berbicara berdua? Sebentar saja," ucap Jaemin.

Jeno tidak pernah menyangka bahwa Jaemin mengetahui namanya.

"Ya. T-tentu saja."

Jaemin mengajak Jeno untuk keluar dari tempat itu. Mereka berjalan beriringan menuju ke taman di dekat sana yang cukup sepi, dan di setiap langkah yang mereka tempuh, Jeno sama sekali tidak dapat menyembunyikan rasa bersalahnya saat melihat lengan Jaemin yang dibalut dengan perban.

"Terima kasih, Jeno-ssi. Aku mencoba untuk pergi karena sudah mabuk."

"Huh?"

"Aku mencari alasan untuk pergi dari sana. Ketika aku melihatmu, tiba-tiba saja muncul sebuah ide, dan bukankah kau ke mari karena ingin bertemu denganku?"

Jaemin menatapnya dengan begitu intens. Hal itu membuat Jeno salah tingkah dan langsung menurunkan topi yang dia pakai. Jeno hanya berusaha untuk menutupi wajahnya yang sangat dia yakini sudah memerah seperti tomat.

"Kenapa wajahmu merona begitu, Jeno-ssi?" tanya Jaemin.

"Itu.. Aku ke mari memang untuk menemuimu."

"Hmm.. Apakah ini tentang fansign tempo hari?"

"Iya."

Jaemin melihat ada sebuah bangku kosong yang berjarak beberapa langkah dari posisi mereka berdua, sehingga dia menawarkan Jeno untuk melanjutkan pembicaraan mereka sambil duduk. Lagipula, akan terasa lebih nyaman daripada harus mengobrol sambil berjalan.

"Sebenarnya aku sangat penasaran kenapa kau ada di sana saat itu," ujar Jaemin.

"Karena aku adalah penggemarmu."

"Ah, jadi kau datang sebagai seorang penggemar?"

"Tentu saja! Ah, aku masih tidak percaya karena saat ini aku sedang berbicara denganmu. Aku benar-benar gugup."

Jeno menundukkan kepala saking gugupnya. Dia merasa jika sekarang dirinya terlihat sangat bodoh di depan Jaemin. Jujur, Jeno masih merasa bahwa saat ini dia sedang bermimpi. Jaemin yang merupakan idolanya sedang duduk di sampingnya dan menyimak segala ucapannya.

"Haha.. Kau benar-benar sama dengan apa yang aku lihat di televisi."

Jeno mendongakkan kepalanya dan menatap Jaemin dengan kaget.

"Kau melihatku di televisi?"

"Tentu saja."

"Aku.. Benar-benar tersanjung. Hmm.. Ngomong-ngomong, aku benar-benar minta maaf, gara-gara aku lengan dan pergelangan kakimu terluka. Beberapa hari ini aku tidak bisa berhenti memikirkannya."

"Tolong jangan meminta maaf. Ini bukan salahmu," balas Jaemin.

"Tapi, apa kau keberatan jika aku meminta sesuatu?" lanjutnya.

"Tentu saja tidak! Memangnya kau ingin meminta apa?"




***





Hari ini pasti merupakan hari keberuntungan bagi Jeno. Mimpi apa dia semalam hingga bisa mengantar sang idola pulang ke apartemennya. Dan lagi, Jeno jauh lebih relaks dibandingkan tadi. Sepertinya dia sudah mulai bisa mengendalikan dirinya di hadapan Jaemin.

"Lalu, bagaimana dengan manajermu?"

"Ah, manajerku merangkap sebagai direktur perusahaan. Jadi, dia jarang bisa mengantarku jika bukan jadwal yang terlalu penting," jawab Jaemin.

Behind The Scenes [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang