Brakkk...
"Aduhhh... Hey, Arga apa kau sengaja mendorongku?" Gadis kecil itu meringis menahan ngilu di sikunya
"Maaf, Tian. Aku tidak sengaja" ucap bocah laki-laki yang ia tuduh
"Ayolah ada apa ini, Tian, Arga?" Sahut anak laki-laki yang baru saja datang
"Wira, Arga mendorongku hingga siku ku berdarah" gadis cantik itu memperlihatkan luka kecil pada siku kanannya
"Tapi aku tidak sengaja, Wira" sanggah Arga
"Sudahlah mungkin memang Arga tidak sengaja mendorongmu. Ayolah berbaikan, tidak baik marah terhadap sahabat sendiri" nasihat bocah umur 8 tahun itu
"Baiklah. Arga aku memaafkanmu" ucapnya sembari tersenyum
"Apakah benar, Tian? Ah terima kasih!" Arga mendekat lalu memeluk kedua sahabatnya
"Apakah masih sakit, Tian?" Ucap Wira. Gadis itu mengangguk kecil
"Sini ku tiup supaya lukanya segera sembuh" Wira meraih tangan mungil Tian lalu meniup pelan siku gadis itu yang terluka
"Sudah tidak sakit kan? Ayo kita berlari! Siapa yang sampai di Bajang Ratu dialah pemenangnya" ucap Arga lalu berlari sekencang kencangnya
"Ah Arga curaanggg!!!" Teriak Wira dan Tian bersamaan
*****
"Tian, darimana saja kau ini. Ibundamu khawatir dengan mu" ucap seorang lelaki yang tengah duduk di singgasananya
"Maafkan Tian, Ayahanda, Ibunda. Tian tadi bermain dengan Arga"gadis itu menunduk takut jika Ayahanda nya marah
"Apakah dengan anak pengerajin gabah itu juga?!" Adipati Lasem itu berdiri dengan wajah penuh amarah nya. Yang ia berikan pertanyaan hanya mengangguk kecil sembari menundukkan wajahnya
"Sudah berapa kali Ayahanda katakan. Jangan lagi bermain dengan anak pengerajin itu! Kasta kita berbeda, Tian! Mainlah dengan anak yang sederajat dengan mu seperti Arga anak Rakryan Anggara atau dengan putri dari bangsawan juga! Kau anak seorang Adipati Lasem! Tak pantas jika kau bermain dengan rakyat jelata!" murka Bhre Lasem itu. Permaisurinya mengusap pelan bahu Adipati Badranala berupaya untuk menenangkannya
"Apakah salah, Ayahanda? Jika Tian bermain dengan rakyat biasa? Wira anak baik ayah dia meniup luka Tian sampai tidak terasa sakit lagi" bela Tian. Kini kepalanya sedikit ia angkat. Ia sangat tak terima jika sahabatnya dijelek-jelekkan meskipun orang tersebut adalah ayahanda nya sendiri
"Lancang sekali kau menjawab seperti itu? Siapa yang mengajarimu?! Oh anak jelata itu?! Dan dia juga yang membuatmu terluka?!"
"Sudah, jangan kau marahi Tian dia masih kecil" ucap sang permaisuri
"Tidak Ayahanda!" Gadis itu mulai menangis tersedu
"Ah maafkan Ayahanda, Tian. Ayahanda tak bermaksud memarahimu" Badranala merengkuh tubuh mungil Tian kedalam pelukannya
"Jangan marah lagi, Ayahanda"
****
Assalamualaikum,
Septi update dengan story baru dengan tema baru yang keluar dari zona nyaman. Cerita kali ini bertema fiksi sejarah yang sebelumnya tidak pernah Septi buat. Ya namanya saja fiksi sejarah jadi cerita ini mengandung sedikit unsur sejarah. Tapi ini murni fiksi ya jadi tidak semua kejadian sama persis dengan yang tertulis di sejarah. Maaf sekali pasti banyak kekurangan di cerita ini. Semoga kalian suka. Dan terimakasih sudah menyempatkan membaca❤️
Maapkan yes gaes ini part nya cuma sedikit. Lain kali ditambah
Vote n coment nya masih ditunggu lho. Klo bisa share juga ke pren pren kelen ya ges
Saranghae<3
Salam,
Septiaaniar💗
KAMU SEDANG MEMBACA
BELA PATI
Historical FictionAku mencintainya tak hanya sekedar memberi dan menerima. Tapi aku mencintainya untuk hidup. Dia tak hanya keinginanku namun kebutuhanku. Aku mencintainya sebagaimana aku bernafas dan jantung ku berdetak -tian- Ini adalah kisah. Dimana sepasang manu...