"Apa?!"
"Ternyata selama ini Pasundan masih memendam kebenciannya atas perbuatan Mahapatih Gajahmada terdahulu"
"Bukankah masalah ini sudah damai berpuluh-puluh tahun lalu?" Ucap Rakryan Anggara
"Prabu Hayam Wuruk memang sudah mengirimkan permintaan maafnya kepada Pasundan namun, ternyata mereka tidak pernah menerima surat permintaan maaf itu. Prabu Wikramawardhana dan Permaisuri kusumawardhani mengatakan bahwa terjadi kesalahpahaman antara Pasundan dan Majapahit. Ku pikir pasti ada seseorang yang tak terima jika Pasundan dan Majapahit kembali rukun" jelas tetua dengan panjang lebar
"Lalu apa untungnya mereka membuat dua kerajaan ini tetap terpecah belah, ndoro" tanya Adipati Badranala
"Entahlah. Mungkin ia memiliki dendam kesumat terhadap Majapahit" yakin tetua
*****
"Hei, Arga!" Panggil Tian saat tak sengaja ia melihat Arga berjalan didekat kamarnya
"Ee.. ehh Tian" gugup Arga
"Loh? Mengapa kau gugup, Arga?" tanya Tian polos
"Ah tidak. Aku tidak gugup" jawab Arga
"Sudahlah jangan mengelak" goda Tian
"Aku tidak berbohong. Sudahlah!" Arga mulai kesal
Tak mungkin ia mengatakan bahwa tadi ia hendak mengetuk pintu kamar Tian namun tak jadi karena ia bingung apa yang akan ia bicarakan. Padahal ia memang tidak ada kepentingan mendesak yang mengharuskannya datang ke Kadipaten sepagi ini. Mungkin dimasa depan saat ini pukul 04.30 pagi. Bahkan sang Surya belum mau menampakkan dirinya. Namun, Arga? Ia sudah sepagi ini datang ke Kadipaten.
Memang jarak rumahnya dengan Kadipaten tidak terlalu jauh. Dikarenakan ayahnya seorang Rakryan dari Lasem. Jadi ia mendapatkan keistimewaan yaitu, dapat memasuki Kadipaten kapan saja ia mau. Lagi pula sejak permaisuri Bi Nang Ti dan ibunya mengandung, ia telah dijodohkan dengan Tian. Entahlah!
"Lalu mengapa dahi mu berkeringat? Padahal cuaca sedang memasuki mangsa rendeng" ujar Tian diselai terkikik geli melihat ekspresi salah tingkah Arga
"SUDAHLAH TIAN JANGAN MENGGODAKU!" pipi chubby Arga memerah menahan malu
"Hahaha iya iya"
"Oh ya, Arga! Apakah kau bisa memanggil Wira untuk datang kemari?"
"Wira lagi! Mengapa harus Wira. Tak bisakah kau bermain hanya denganku?" Ucap Arga bertambah kesal
"Bukankah kita bersahabat dengan Wira juga? Jadi tentu kita harus bermain bersama sama"
"Ini masih pagi, Tian! Lagi pula Ayahanda mu akan marah jika mengetahui Wira datang kemari" Arga mencari alasan
"Ayahanda sedang tidak berada di Lasem. Dan tentu beliau tak kan tau Wira datang jika Wira lewat belakang Kadipaten."
Wow, Tian sudah pintar untuk berbohong pada Ayahanda nya. Ckckck
"Tapi, Tian! Jika para dayang mu atau pengawal mengetahui nya lalu melaporkan ini pada Adipati bagaimana?" Entah mengapa ada rasa tak suka jika Tian lebih dekat dengan Wira dibandingkan dengan dirinya. Apakah ini cemburu?
"Para pengawal dan dayang tidak akan membocorkannya jika aku memaksa mereka, hehe" cengir Tian
"Tap-" ucapan Arga terpotong
KAMU SEDANG MEMBACA
BELA PATI
Historical FictionAku mencintainya tak hanya sekedar memberi dan menerima. Tapi aku mencintainya untuk hidup. Dia tak hanya keinginanku namun kebutuhanku. Aku mencintainya sebagaimana aku bernafas dan jantung ku berdetak -tian- Ini adalah kisah. Dimana sepasang manu...