Pagi yang cerah untuk Lasem, suatu daerah kerajaan dibawah naungan Kerajaan Majapahit yang terkenal akan kemahsyurannya. Disaat semua orang disibukkan oleh kegiatan mereka, gadis kecil itu tengah kebingungan. Berjalan kesana kemari sembari celingukan memastikan keadaan.
"Sudah aman. Para pengawal tidak ada. Aku harus bertemu Wira dan Arga" batin gadis yang bernama lengkap Dyah Ajeng Tian itu.
Tian mulai membuka jendela kamarnya. Namun, tubuh kecilnya tak sampai jika harus memanjat jendela yang lebih tinggi darinya. Kemudian ia menatap ke sekelilingnya. Ah! Itu dia! Sebuah kursi yang dapat membantunya memanjat jendela.
Kursi kayu itu ia dorong ke arah jendela menghadap barat kadipaten. Sehingga menciptakan deritan yang cukup nyaring akibat gesekan kursi dengan lantai.
Dan, Yap! Ia berhasil menaiki kursi dan keluar dari jendela.
"Ternyata cukup melelahkan hanya untuk bertemu Wira dan Arga!" Ucapnya sambil mengusap pelipisnya yang dipenuhi keringat.
Tian berdiri menghadap tembok besar didepannya.
"Lalu, apakah aku juga harus memanjat tembok itu juga?" Tian menatap nanar tembok pagar Kadipaten Lasem yang terlampau tinggi itu.
"Apa yang harus ku lakukan. Demi Hyangwidhi, tolonglah Tian..." ucapnya pasrah
"SEMUA PENGAWAL DIHARAPKAN KUMPUL, ADIPATI BADRANALA MEMANGGIL! SEMUA PENGAWAL DIHARAPKAN KUMPUL, ADIPATI BADRANALA MEMANGGIL!" teriak seorang pengawal yang berlarian untuk memberi pengumuman.
"Terima kasih, Hyangwidhi atas pertolongan mu" batin Tian gembira
Langkah kecil gadis itu mulai berjalan dengan mengendap-endap keluar gerbang kadipaten. Di luar sana sudah ada dua bocah laki laki yang berjongkok kelelahan menunggu.
"Ah! Itu dia!" Ucap Arga girang lalu bangkit menghampiri Tian
"Darimana saja kau? Kami lelah menunggumu!" Kesal Arga
"Lihatlah, Wira sampai hampir tertidur!" Sambungnya
"Ah! Bukankah kau yang hampir tertidur tadi, Arga?" Goda Wira yang baru bangkit dari tempatnya
"Yang benar saja kau, Wira" elak Arga.
"Sudah sudah jangan bertengkar! Maafkan aku karena terlambat. Kau tahu? Aku harus memanjat jendela kamarku yang tinggi itu kemudian menunggu sampai tidak ada pengawal yang berjaga! Huftt... Lelah sekali!" Eluh Tian
"Oh ya? Lalu kemana kah para pengawal itu?" Tanya Wira
"Oh... Tadi aku dengar seorang pengawal berlarian untuk mengumpulkan semua pengawal untuk menemui Ayahanda." Jelas Tian
"Kira-kira apa yang terjadi sehingga Adipati harus mengumpulkan semua pengawal?" Arga mulai berpikir
"Entahlah"
"Oh iya, Tian. Apakah kemarin kau dimarahi oleh Adipati? Ku dengar dari seorang dayang, Ayahanda mu marah besar?" Tanya Arga
"Itu... Ah! Lupakan tidak penting juga! Lebih baik kita bermain di taman dekat perbatasan Trowulan" ajak Tian untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin Wira tau bahwa Ayahanda nya tak menyukai Wira.
"Apakah tidak terlalu jauh, Tian? Apa kau tidak khawatir ada orang jahat yang akan mencelakai mu? Nanti jika Adipati marah bagaimana?" Ucap Wira cemas
"Tenanglah, Wira. Tidak akan ada yang mencelakaiku dan Ayahanda tidak akan marah jika tidak ada yang mengadu" sindir Tian kepada Arga. Pasalnya selama ini Arga selalu mengatakan apa yang ia lakukan kepada Ayahanda nya, Rakryan Anggara.
"Ish.. aku kan hanya berkata jujur kepada Ayahanda" ucap Arga kesal dengan bibir bawahnya yang sedikit lebih manyun.
"Iyalah terserah kau saja, Arga! Mari kita berangkat sekarang sebelum surya semakin terik" ucap Tian
*****
"Indah sekali, Tian! Bagaimana kau tau tempat seindah ini?" Ujar Wira takjub memandang hamparan kembang berbagai jenis dan warna dihadapannya
(Ilustrasi tamannya)
"Memang seindah ini, Wira! Aku mengetahui tempat indah ini saat aku dan Ayahanda pergi mengunjungi Trowulan." Ujar Tian tak kalah takjub.
"Kalian! Teganya kalian meninggalkanku di kereta saat aku tertidur!" Arga merajuk
"Ah! Maaf sekali, Arga aku lupa jika kau masih berada di kereta kuda itu" jawab Wira dengan sedikit cekikikan
"Hufttt..." Arga menghela nafas
Tian sangat senang karena dapat menyambangi papan ini lagi. Sampai tak terasa langkahnya mulai menjauh dari kedua sahabatnya. Ia tengah berada di tengah taman yang sangat luas ini. Saking luasnya, Wira dan Arga yang berdiri disana hampir tak terlihat tertimbun pemandangan tanaman indah ini.
Dan....
Greppppp!!!!!
"AAAAAAAAAA!!!!!!!"
*****
Assalamualaikum, ges
Sregep bgt aku nih up lgi. Vote komen nya Jan lupa yes. Ga suka aku ya dilirik tp ga disapa! Gapapa deng, ada yang baca aja ALHAMDULILLAH BGTTT. Wishhh itu kenapa yes ges kok ada AAAA tp gaada BBBB nya. Pantengin terus yes ges!
Oke ges,
SI WIRA APELIN BU ASIH
SEKIAN DAN TERIMAKASIH!
Saranghae bby❤️
Salam,
Septiaaniar💗
KAMU SEDANG MEMBACA
BELA PATI
Historical FictionAku mencintainya tak hanya sekedar memberi dan menerima. Tapi aku mencintainya untuk hidup. Dia tak hanya keinginanku namun kebutuhanku. Aku mencintainya sebagaimana aku bernafas dan jantung ku berdetak -tian- Ini adalah kisah. Dimana sepasang manu...