Greppppp!!!
"AAAAAAAAAA!!!"
"APA ITU?!"
"Suara Tian bukan?!" ujar Wira. Seketika mereka saling tatap.
"Ah mana mungkin, Wira! Tian dibelakang-" Arga menoleh ke belakang nya, tempat Tian tadi berdiri.
"EH?! DIMANA TIAN?!" Histeris Arga
"Jangan jangan!" ucap mereka bersamaan
"TIANNNN!!!!" teriak Wira dan Arga histeris. Takut apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap Tian.
Wira dan Arga berlari kencang menuju sumber suara. Namun, tak satu pun mereka menemukan keberadaan Tian. Bahkan jejaknya tak nampak. Mereka yakin, teriakan tadi adalah suara Tian dan disinilah letak suara tadi. Namun, mengapa mereka tak menemukannya. Ah! Mereka sangat frustasi!
"Bagaimana ini, Arga? Tian dimana? Apa yang harus kita katakan kepada Adipati?" Wira sangat khawatir dan tak dapat dipungkiri, matanya memerah menahan marah, takut, rasa bersalah, dan menangis?
"Aku juga tidak tau, Wira. Coba kita cari lagi!" Arga tak kalah khawatir
"Wira! Itu Tian! Tian diculik?!" Arga teriak. Jari telunjuk nya mengarah ke suatu titik dimana terdapat dua orang lelaki dengan perawakan kekar dan tinggi
Tanpa ba-bi-bu lagi, Wira segera berlari mengejar orang yang menggendong paksa Tian. Tak jarang ia harus terjatuh akibat kakinya tersangkut tanaman menjalar di sekitarnya. Berkat kepiawaiannya berlari, ia berhasil mengejar kereta yang ditunggangi Tian dan penculik itu. Bahkan, Arga tertinggal jauh dibelakangnya.
Wira menaiki bagian belakang kereta kuda itu dan berhasil menyusup ke dalamnya
(Ilustrasi kereta kuda yang digunakan penculik)
"Kalian! Lepaskan Tian!" Ucap Wira keras, tegas penuh amarah
"Oh bocah kecil ini berani melawan kami?!" Ucap salah satu diantara dua orang tadi
"Buat apa aku takut dengan manusia?! Aku hanya takut kepada Sang Hyang Widhi!"
"Sekali lagi aku katakan lepaskan Tian! Pak tolong hentikan kereta ini!" Sambungnya dengan berkata pada kusir
"Jangan dengarkan bocah ini! Lanjutkan perjalanan!" Tegas seorang yang berkulit gelap
Wira memang seorang anak yang pintar dan selalu siaga. Walaupun umurnya yang masih menginjak delapan tahun, ia mampu berpikiran bak orang dewasa. Sebelum memutuskan untuk menyambangi tempat tadi, ia sempat memiliki perasaan yang tidak baik. Mungkin akan terjadi sesuatu terhadap salah satu sahabatnya. Dan, bingo!!! Feelingnya sangat tepat
Untungnya atas pesan dari romo nya, ia selalu membawa beberapa benda yang dapat menyematkannya dari mara bahaya. Contohnya, adalah lada! Iya! Lada yang sudah ia haluskan untuk membuat mata lawannya pedih apabila terkena lada bubuk itu.
Dan kemudian, ia mengambil sebuah kantong dari sakunya dan ia terbar ke mata penculik itu seketika mereka terbatuk batuk dan merasa perih dimata
"Dasar bocah si****! Uhukk uhukk!"
"Tian mari kita lompat!" Wira menggandeng tangan Tian dan kemudian melompat dari kereta kuda itu.
Saat terjatuh, Wira sengaja pasang badan supaya Tian dapat mendarat di atas tubuhnya sehingga tidak mengalami luka
"Awhhh...." Ringis keduanya
"Kau tak apa, Wira?" tanya Tian cemas
"Tak apa. Mari kita lari" ajak Wira
Keduanya berlari sekuat tenaga dan berhasil kabur dari kejaran dua penculik itu. Di hadapannya terdapat seorang anak laki laki yang sedang duduk memegangi lutut dibawah pohon beringin. Anak laki-laki itu tak lain dan tak bukan adalah Arga. Wajah nya pucat pasi.
"Hei, Arga mengapa kau terlihat pucat?" Tanya Wira
Arga pun mengangkat kepalanya dan menatap dua orang dihadapannya dengan mata berbinar
"Huaaa Tiannn!!! Kau tak apa apa kan?" Histeris nya. Oh, ternyata dia mencemaskan Tian
Arga berdiri dan berhambur kepelukan Tian
"Ku pikir kau tak kan kembali..." Ucapnya disela sela tangisannya
"Tenanglah, aku akan selalu baik baik saja! Ada Wira yang melindungiku dan juga ada kau yang mengkhawatirkanku" kata Tian sembari menatap Arga dan Wira bergantian
"Aku juga tidak akan pernah membiarkan kau menderita, Tian! Kau sahabatku! Wra juga sahabatku! Dan sampai kapan pun akan terus seperti itu!" Ujar Arga tulus
"Aku menyayangi kalian! Meskipun kasta kalian dan aku berbeda, kalian tetap mau berteman denganku! Ah, aku jadi ingin menangis" ucap Wira
"Hahaha"tawa ketiganya
"Eh, lihatlah hari sudah mulai petang. Hendaknya kita cepat kembali ke Lasem sebelum matahari benar-benar tenggelam" saran Wira
"Benar juga kau Wira" kata Arga sambil menepuk bahu Wira
Diantara ketiga sahabat tersebut, Wira lah yang bersifat paling dewasa dan paling bijak. Ia bahkan mengayomi kedua sahabatnya yang jauh lebih muda darinya. Meskipun, baru menginjak usia delapan tahun, romo dan ibu nya sudah mengajarkan nya bela diri. Tentu saja alasannya karena ia harus melindungi dua anak bangsawan yang kini menjadi sahabatnya.
Usia Arga tidak jauh dengan Arga, yaitu selisih 6 bulan saja. Sedangkan Tian, umurnya jauh lebih muda 1 tahun dari Wira. Maka tak heran jika mereka dapat berteman baik dengan perbedaan kasta yang mencolok walaupun persahabatan mereka ditentang oleh Adipati Badranala, ayah Tian. Ralat! Bukan persahabatan mereka. Tapi persahabatan Tian dengan Wira. Ah kembali ke cerita
"Wira, Arga!"
"Ya?"sahut para pemilik nama
"KEMANA KERETA KUDA KITA?!!"
*****
Assalamualaikum gengs
Momaanp cerita ga jelas kek hubungan ku sm dia:( eh ga deng paan dah. Gabut banget asli! Gimana stay at home nya? Ada yang mau masuk SMA? Jinja?! Ah, kita sama! Ngerasain juga ya pendaftaran onlen daftar ulang dan harus belajar dirumah. Gak enak bgt ya. Semoga pandemi segera berlalu. Semoga kita dijauhkan dari virus dan didekatkan dengan yang serius. Ah ga deng, canda. Jeballlll!!! Aku gabut bgt!
Saranghae readers💓
Salam,
Septiaaniar💗
KAMU SEDANG MEMBACA
BELA PATI
Historical FictionAku mencintainya tak hanya sekedar memberi dan menerima. Tapi aku mencintainya untuk hidup. Dia tak hanya keinginanku namun kebutuhanku. Aku mencintainya sebagaimana aku bernafas dan jantung ku berdetak -tian- Ini adalah kisah. Dimana sepasang manu...