Awal Bertemu

10.1K 915 26
                                    

Jaemin ingat betul pertemuan pertamanya dengan Lee Jeno. Dimana ia terpaksa mengikuti kedua sahabatnya untuk menonton resital biola yang diadakan di Yongguk Hall.

Mulanya Jaemin tidak tertarik, dirinya lebih memilih untuk membaca tumpukan novel dan buku sastra yang baru dibelinya 2 hari yang lalu.

Namun siapa sangka, menuruti ajakan Donghyuck dan Renjun adalah keputusan yang tepat.

Karna dari situ, ia bertemu dengannya. Sosok lelaki tampan dengan paras bak pangeran yang menawan.

Lee Jeno namanya.

Sebetulnya ia tau siapa itu Lee Jeno, seorang lelaki muda yang lihai bermain biola, dan juga mendengar cerita orang-orang mengenai betapa mempesonanya Lee Jeno itu.

Awalnya Jaemin menganggap orang-orang itu terlalu berlebihan. Mana ada seseorang yang terlahir sempurna?

Namun terkaannya seakan dipatahkan begitu ia melihat bagaimana gagahnya Lee Jeno berdiri ditengah panggung, dan memainkan biola dipundaknya. Menghasilkan alunan melodi yang indah diiringi dengan alunan piano.

Jaemin terbuai, The Nocturne No. 20 in C Sharp Minor karya Frederic Chopin mengalun lembut ditelinganya.

Pertunjukanpun selesai, membuat desahan kecewa lolos dari bibirnya. Ia masih belum puas menikmati penampilan Lee Jeno.

"Jaemin-ah, tutup mulutmu. Kupikir air liur akan menetes dari mulutmu jika kau terus menganga seperti itu." Jaemin tersentak kala bisikan dengan nada jahil milik Donghyuck terdengar ditelinganya.

"Bagaimana? Lee Jeno benar-benar sempurna kan?" Renjun menyahut dengan senyuman mengejek yang menyebalkan.

Jaemin memang selalu membantah ucapan kedua sahabatnya dan orang-orang yang mengatakan jika Lee Jeno itu sempurna. Namun dia malah menjilat ludahnya sendiri.

Karena dalam hati, ia terus menggumamkan betapa sempurnanya seorang Lee Jeno itu.

"Mau bertemu langsung dengan Lee Jeno?" Jaemin menoleh kearah Donghyuck, tertarik.

"Apakah bisa?" Tanya Jaemin.

Donghyuck mengangguk pasti, "Lee Jeno adalah sahabat Minhyung hyung kalau kau mau tau." Kedua mata Jaemin melebar, "Benarkah?"

Renjun terkekeh tanpa suara, "Apa kau seantusias itu untuk bertemu dengan Jeno, Jaem?"

Jaemin merengut, "Aku tidak menyangka jika Lee Jeno memang sempurna seperti kata orang-orang. Bahkan lebih dari kata sempurna jika aku melihatnya langsung. Dan yah, aku ingin bertemu dengannya. Lagi."

"Ekhem!" Ketiganya tersentak begitu mendengar suara deheman cukup keras dari bangku belakang. Mereka menoleh kemudian kompak meringis ketika seorang pria tua menatap ketiganya dengan marah karna merasa terganggu.

Ketiganya kompak menggumamkan kata maaf sebelum kemudian kembali duduk tenang. Walau sebenarnya tidak tenang sama sekali karna ketiganya saling menyikut satu sama lain dan saling menyalahkan.

•••

Donghyuck benar-benar mengajak Jaemin bertemu dengan Jeno. Mereka bertiga bertemu dengan Minhyung, kekasih Donghyuck.

"Hyung, Jaemin ingin bertemu dengan Jeno." Jaemin mendelik, "Apa maksudmu? Bukankah kau yang menawariku untuk bertemu Lee Jeno?!" Kesalnya. Sedangkan Donghyuck hanya tertawa.

"Oh? Kau ingin bertemu Jeno, Jaem? Bisa. Sebentar lagi dia keluar." Ujar Minhyung dengan senyuman tampannya.

Dan benar saja, tidak lama setelah Minhyung berkata demikian, sosok Jeno keluar dari sebuah ruangan dengan mempesonanya.

Jaemin membeku ditempat, ia menahan nafasnya ketika Jeno mendekat kearahnya— ah, lebih tepatnya mendekat kearahnya dan teman-temannya.

"Jeno-ya, ada yang ingin bertemu denganmu." Jaemin sontak menghadiahi Minhyung dengan tatapan tajam.

Kemudian terdengar suara tawa halus yang membuat jantung Jaemin berdetak makin cepat. Terekam dengan jelas bagaimana mata tajam itu melengkung membentuk bulan sabit yang indah.

Manik coklatnya bersitatap dengan obsidian milik Lee Jeno. Jaemin tidak bisa tidak terjerat pada obsidian sekelam langit malam itu. Jeno mengulas senyum kemudian mengulurkan tangannya kearah Jaemin, "Hai, aku Lee Jeno. Senang bertemu denganmu..."

Renjun menyikut lengan Jaemin membuat lelaki manis itu tersentak lantas membalas uluran tangan Jeno dengan canggung, "Ah, Jaemin. Na Jaemin."

Jeno memperlebar senyumnya, "Senang bertemu denganmu, Na Jaemin." Jaemin balas tersenyum.

Mereka bersitatap cukup lama, saling melempar senyum, dan saling mengagumi satu sama lain.

Dan itulah awal pertemuan Na Jaemin dengan Lee Jeno.

Selasa, 19 April 1955.
Pertemuan pertama.

Tbc.

Cerita ini hanya mengambil latar di tahun 1957 dan berbeda dari sejarah yang sebenarnya. Dan seluruh isi cerita ini murni imajinasiku.

Dan ini cerita nomin pertamaku yang kupublish diwattpad. Jadi mohon bantuannya😊

Karna ceritanya pendek-pendek, kuusahain publish 2 hari sekali ya^^

Jangan lupa voment, k💚

Na Jaemin, 1957 | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang