Penantian

2.3K 459 10
                                    

Akhirnya hari ini pun tiba. Dimana Jaemin beserta ratusan orang-orang terdekat dari tentara muda yang kini berbaris rapi akan mengantar para tentara muda itu menuju medan perang.

Jaemin menekan bibirnya ke dalam, berusaha sekuat tenaga menahan tangis yang siap pecah kapan saja. Mata merahnya melihat kearah Jeno yang berdiri tegap dengan balutan seragam tentara kebanggan negaranya. Senapan laras panjang tergantung dipunggungnya. Kedua mata sipitnya menatap lurus ke depan, menanti apa yang akan terjadi didepan sana sebentar lagi.

Maka Jeno menolehkan kepalanya kesana kemari, mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Jaemin. Dan ketemu, ditengah-tengah kerumunan orang, dapat Jeno lihat Jaemin juga menatap kearahnya dengan sendu.

Seulas senyum ia layangkan pada lelaki Na, dan ketika suara komando terdengar, Jeno menggerakkan bibirnya,

"Aku berangkat, jaga dirimu."

Maka Jaemin pun membalas, "hati-hati." Dengan sebuah senyuman sendu.

•••

Waktu berjalan begitu cepat, sudah hampir delapan bulan Jeno terjun ke medan perang bersama para tentara yang lain. Jaemin agaknya sedikit bersyukur karena sampai sekarang tidak mendapati Jeno datang ke kamp medis dengan penuh luka. Dan selama itu pula Jeno tak jarang mengiriminya surat. Setidaknya rasa rindu Jaemin sedikit terobati dengan adanya surat-surat itu.

Deretan kalimat yang tersusun rapi, benar-benar menggambarkan bagaimana keadaan Jeno yang berada disana. Yah, setidaknya Jaemin tau jika lelaki Lee itu baik-baik saja.

"Jaemin!" Jaemin yang tengah menyusun obat-obatan didalam lemari itu pun menoleh, menemukan dua sahabatnya yang menghampirinya dengan senyuman lebar.

Sebuah rengkuhan didapat Jaemin. Donghyuck dan Renjun memeluknya begitu erat, sarat akan kerinduan karena Jaemin selama ini sibuk menjadi relawan medis di kamp para tentara.

"Kami merindukanmu." Gumam Donghyuck pelan kemudian melepas pelukan mereka.

"Apa kau tidak memiliki libur? Aku rindu kita bertiga bermain bersama."

Tawa Jaemin mengalun, "aku menggunakan hari liburku untuk beristirahat, Hyuck." Donghyuck mencibir mendengarnya.

"Tidak usah pedulikan Donghyuck. Kau juga perlu beristirahat." Renjun menengahi, "lalu, apakah kau masih mendapat kabar dari Jeno?"

Jaemin mengangguk singkat kemudian kembali menata obat-obatan didalam lemari dibantu oleh dua sahabatnya itu, "masih, dia mengirimiku surat tiga sampai empat kali dalam sebulan."

"Apa? Minhyung saja mengirimiku dua surat dalam sebulan!" Seru Donghyuck tidak terima. Apa-apaan kekasihnya itu? Jeno yang bukan siapa-siapanya Jaemin saja mengirimi sahabatnya itu tiga sampai empat surat dalam sebulan. Sedangkan Minhyung yang notabene nya adalah kekasihnya itu hanya mengiriminya dua surat!

"Mungkin Minhyung hyung bosan padamu." Ujar Renjun yang menuai teriakan kesal dari Donghyuck.

Jaemin yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil, "kalian sudah makan siang? Bagaimana dengan makan siang bersama setelah ini?"

Donghyuck bertepuk tangan girang, "ide bagus! Aku sangat lapar sekarang."

"Sekarang cepat bantu Jaemin menyelesaikan ini agar kita bisa pergi makan siang!" Tukas Renjun.
.
.
.
.
Jaemin, Renjun dan Donghyuck keluar dari restoran dengan senyum lebar, perut mereka terasa penuh akibat kekenyangan.

"Kau akan kembali ke kamp medis?" Tanya Renjun, mereka berjalan beriringan menikmati udara musim semi dan juga melewati pepohonan sakura yang mekar dengan indah.

"Iya, aku harus bertugas sampai sore."

Haechan mendesah kecewa, "yah, apa kau tidak bisa izin saja? Aku ingin kita menghabiskan waktu bersama!" Rengek Donghyuck sembari menggoyang-goyangkan lengan Jaemin.

"Aku tidak bisa, Hyuck. Aku harus membantu Dokter Park disana." Ujar Jaemin, sedangkan Donhghyuck malah memasang wajah memohon yang terlihat menggelikan.

Menghela nafas pasrah akhirnya Jaemin memilih untuk menuruti permintaan Donghyuck, "baiklah, baiklah! Tapi aku harus meminta izin kepada Dokter Park lebih dulu."

"Oke!" Seru Donghyuck senang kemudian ketiganya kembali menuju kamp medis. Mereka banyak mengobrol bersama, bercerita tentang keseharian ketiganya dan tak jarang gelak tawa terdengar dari mereka ketika bercerita tentang hal lucu.

Hingga,

"Na Jaemin!" Langkah kaki ketiga sahabat itu terhenti tatkala sebuah suara berat menyerukan nama Jaemin dari belakang. Ketiganya berbalik, dan betapa terkejutnya mereka melihat dua orang lelaki dengan balutan seragam tentaranya tidak jauh dari sana.

"Minhyung hyung!" Donghyuck sudah lebih dulu berhambur memeluk Minhyung yang dengan senang hati membalas pelukan kekasih manisnya itu.

Sedangkan Jaemin hanya bisa mematung ditempat, matanya tidak lepas dari sosok Jeno didepan sana. Perasaannya membuncah, perutnya seperti dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu akibat letupan kebahagiaan saat melihat Jeno yang berjalan menghampirinya.

"Aku kembali."

18 April 1956
Jeno.. dia kembali..

Tbc.

Na Jaemin, 1957 | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang