VIII

35 0 0
                                    

Hari menjelang pagi , ketika rombongan Casandra keluar dari hutan dan tiba tepian hutan Grendel, matahari pagi menyembul diufuk timur, menerangi puncak Gunung Hangerin yang berdiri kokoh, suara kicau burung mulai terdengar, kabut tipis perlahan menguap, terbakar hangat sang mentari pagi.

"Istirahatlah sebentar, kita sudah melewati malam yang melelahkan, kuda pun butuh istirahat..! " teriak Rafiqh kepada Janus dan Ruhas.

" Aku tau aliran sungai dekat sini, Bolehkah kita berhenti disana ? " tanya Janus.

" Tunjukan saja Jalannya. " sahut Rafiqh.

Mereka bergegas melanjutkan perjalanan mereka menuju aliran sungai yang dimaksud.

++++

Tibalah mereka di tepi sungai kecil yang melintasi tepian hutan Grendel.
" Sudah sampai.."  Janus memberhentikan kuda - kudanya, dan mengistirahatkannya.

Casandra keluar dari kereta lalu menuju sungai untuk membasuh wajah cantiknya yang nampak kelelahan, sejenak dia bercermin pada beningnya air sungai yang memantulkan kecantikannya, dengan mata amber kebiruan, dipadu dengan rambut berwana coklat keemasan. diam - diam Janus mengagumi kecantikan Putri Casandra.

" Rafiqh...!! darah siapa yang di pakaian mu ?! " pekik Casandra dengan mata melotot, melihat bercak darah di sekujur pakaian Rafiqh.

Rafiqh yang berbaring dibebatuan sungai, memejamkan mata menikmati hangatnya sinar matahari, tidak perduli dengan pertanyaan Casandra

" Rafiqh...!! kau Tuli, !?, " jengkel Casandra yang merasa diabaikan, " kau terluka !? atau kau habis membunuh sesuatu semalam..!? " tanya  Casandra semakin jengkel.

" Kau terlalu cerewet Putri Casandra.." gumam Rafiqh menjawab pertanyaan Casandra, " lebih baik , tangkaplah beberapa ikan , aku lapar, kau menghabiskan makananku kemarin " lanjut Rafiqh menyamankan posisi tidurnya.

" Naphilim bodoh.." gerutu Casandra kepada Rafiqh, hendak menyuruh Janus dan Ruhas berburu ikan, ternyata kedua pengawalnya sedang asik berburu salmon di tengah sungai.

++++

" Hey bodoh...sini makan , Sudah siap ikan pesanan mu ! " Casandra membangunkan Rafiqh yang tertidur.

Rafiqh membuka matanya, aroma ikan bakar langsung menggugah selera makannya yang begitu lapar,  lalu berjalan menuju ketiga orang yang sedang menikmati ikan salmon bakar di tepi sungai.

" Siapa mereka !? " tanya Casandra kepada Rafiqh, soal kejadian semalam.

" Entahlah, aku tak kenal mereka " jawab Rafiqh , matanya melototi ikan bakar digenggamannya, mulutnya asik mengunyah sarapannya itu.

" Lalu, apa yang kau lakukan semalam, hingga banyak bercak  merah dibaju mu ? itu darah, aku bisa mencium amisnya " Casandra lanjut bertanya.

" Aku memenggal salah satu dari mereka " jawab Rafiqh acuh, mulutnya penuh dengan daging salmon bakar yang cukup memuaskan rasa laparnya.

" Sialan...! dasar bodoh !!.." umpat Casandra, ditendangnya tumpukan arang dihadapannya itu, arang dan debu berterbangan terkena sepakan Casandra,

" Janus ! Ruhas. ! Ayo, berangkat ! segera !! " Casandra melepas kuda yang terikat di Kereta, lalu memasangkan pelana miliknya yang ditaruh didalam kereta. Ruhas dan Janus tanpa banyak bertanya, mengemas perlengkapan mereka dan bersiap dikudanya masing - masing.

Sedangkan Rafiqh hanya terheran - heran dengan kemarahan Casandra, " makan ku belum selesai Putri !" teriak Rafiqh.

" Bersihkan dirimu ! temui aku diIstana ! aku harus segera melaporkan apa yang telah kau perbuat, mungkin saja yang kau penggal itu, utusan seseorang yang tersesat !" kalimat tegas seorang Putri kerajaan yang paham betul tentang diplomasi dan politik kerajaan, Casandra menghentakkan tali kekang kudanya, melaju menelusuri  jalan setapak pinggiran sungai diikuti Janus dan Ruhas.

Angelus AvignusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang