XII

30 0 0
                                    

Kejadian tadi malam di Savanah membuat Raja Nomar geram, ada penyusup yang sengaja masuk ke dalam wilayah Avignus untuk membuat gaduh, dan bangkai hewan liar ? tidak mungkin kaum Dracul pelakunya, bukan tentang tidak mungkin Dracul yang menghisap darah hewan liar, tapi tidak mungkin Dracul masuk sejauh itu sampai kedalam wilayah Avignus, itu yang terbesit dalam pikirannya.

" Apa perlu aku kumpulkan Kepala Pasukan dan para Mentri ? " tanya Abnerson, Penasehat Kerajaan yang juga masih sepupu Nomar Avignus.

Nomar terpaku menatap lantai marmer sambil berjalan mondar mandir dalam jarak yang sama. tangannya terlipat didepan dada sesekali menggaruk wajahnya yang tidak gatal.

" Apa terlalu dini ? , mungkin saja ulah pemburu atau orang iseng "

" Tapi..kita tau aturannya, Raja ! berburu diwilayah Avignus tidak diperkenankan membunuh sebanyak itu. ! prajurit melaporkan 60 bangkai Rusa dan kijang yang tersebar di Savanah hingga ke Hutan ! " Penasihat mencoba meyakinkan Raja.

Sesaat Raja berhenti , lalu memandang Abnerson dengan satu alis terangkat,

" menurut mu itu sebuah kesengajaan ? " tanya Raja kepada Abnerson.

" Bisa saja, kepergian Raphael akan menjadi titik lemah kita " jawab Abnerson

" Jangan..! jangan mengumpulkan para petinggi, tetap waspada jangan sampai menimbulkan kericuhan ! aku akan menyelidiki ini. " perintah Raja.

" Baiklah, aku pamit, aku juga akan mempelajari situasi ini, aku di ruanganku, jika Anda perlu sesuatu ! " Abnerson mundur dari hadapan Raja setelah menunduk memberi tanda hormat !

++++

Di hutan Mineral, di Kerajaan Nolag, pada sebuah Istana yang tertutup rimbun hutan para kaum Peri sedang sibuk dengan aktivitas mereka sehari - hari, disebuah taman di belakang Istana, Putri Lovia dan Angelic sedang berlatih menggunakan pedang, suara berdenting baja beradu terdengar begitu jelas, sesekali teriak lantang gadis kecil memecah kesunyian,

" Aku lelah, Nirir...pedang ini begitu berat ! " Suara Angelic tersengal - sengal ditengah jeda latihan. Putri Lovia juga tertunduk cemberut, menahan rasa lelah, diwajah yang kemerahan dialiri bulir bening peluh

" bisakah kau mengganti pedang kita dengan sesuatu yang lebih ringan ? " Mata Lovia meminta dengan sorot memelas.

" Tidak...! ini sudah sesuai untuk latihan mu, kalian ingin segera bermain bersama pegasus kan ? " tanya Nirir sedikit membujuk, tiba - tiba mata kedua gadis kecil itu terbelalak dan berbinar, wajah mereka kembali cerah setelah sempat dirudung mendung.

" Iya mau...! " jawab keduanya setengah teriak dengan mata berbinar.

" kalau begitu, berlatihlah dengan serius, setelah latihan, kalian diijinkan menemui Pegasus " Nirir tersenyum puas berhasil menyemangati kedua anak asuhnya.

kembali kedua gadis kecil berusa 12 tahun itu mengolah gerakan memainkan pedang, dipandu oleh Nirir, nampak Lovia begitu tangkas menggunakan pedang, seperti sudah mengalir dalam darahnya, hanya perlu mengasahnya saja, sedangkan Angelic , gerakannya begitu lamban, pedang miliknya terasa berat, bahkan pertahanannya bersama pedang nyaris terbuka, kuda- kudanya pun goyah, beberapakali Nirir mengulangi gerakan Angelic , karena dinilai lamban dan membahayakan dirinya sendiri.

" Nirir...! hentikan latihannya Sebentar " Suara Pria menyapa dengan sedikit memerintah.

" Yang Mulia..! baik! " jawab Nirir sekaligus menghentikan sementara latihan kedua gadis kecil itu.

" Angelic..kau tak suka pedang ? " tanya Raja Nolag dengan senyum dan tatapan lembut, penuh kharisma selayaknya seorang ayah.

Angelic hanya tertunduk diam, tak mampu menjawab pertanyaan Raja Nolag.

Angelus AvignusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang