X

41 0 0
                                    

Di dalam sebuah ruangan rahasia bawah tanah di salah satu Puri Istana Avignus, Casandra dan Rafiqh sedang berdiri di hadapan sebuah peti kotak berwarna hitam berbalut segel baja keemasan. ruang itu terlihat terang sempurna dengan lampu minyak yang terpasang hampir  disemua dinding ruangan.

Casandra terlihat gugup membuka peti berbentuk kotak tersebut, dengan hati - hati Casandra membuka segel kerajaan dan mengangkat penutup kotak, nampak sebilah pedang terbungkus kain hitam pekat. perlahan Casandra mengeluarkan Pedang tersebut dan meletakannya di atas meja.

" Ini Sauksana " ucap Casandra menunjukkan pedang tersebut ke arah Rafiqh.

" Aku tau...bukalah kain penutupnya! " jawab Rafiqh dengan suara datar, Rafiqh sedikit heran, kenapa Sauksana begitu tenang berada disekitarnya ? seharusnya pedang itu bergetar, karena seperti namanya, pedang tersebut bisa menangkap jiwa seseorang yang tidak sama dengan Manusia.

Casandra perlahan membuka kain yang membalut Sauksana, terlihat jelas kemilau Sauksana yang mengkilap tajam dan memancarkan aura keberanian.

" Ada apa dengannya ? " Gumam Rafiqh dengan wajah keheranan.

" Gladius o anima mea, et oriri in occursum mihi "

Rafiqh mengucapkan sebuah kalimat , bahasa para malaikat, kepada Sauksana, terlihat Sauksana mulai bergetar, menimbulkan bunyi gemeratak diatas meja kayu

Casandra terkejut dan mundur selangkah " Apa yang kau katakan barusan ?" dengan mata terheran - heran.

Rafiqh menyeringai dan tersenyum senang melihat Sauksana bergetar,  " Senang melihat mu lagi, istirahatlah...! " kembali Rafiqh bergumam, perlahan Sauksana tenang tak bergeming, lalu Rafiqh menutup kembali kain hitam pekat membungkus Sauksana.

" Kenapa tidak kau ambil dan gunakan sebagai senjata mu ? kalian tampak akrab.." Casandra bertanya.

" Bukan milik ku, aku akan menemukan belahan Jiwa ku sendiri " jawab Rafiqh datar.

++++

Sementara itu, dikerajaan Aggnam, Baalzebul dan Leviatan mendengar pengakuan pengintai perihal apa yang dilihatnya di Avignus, beberapa hari lalu, tentang semburat merah dilangit , tentang Legion yang menjemput Raphael dan tentang kunjungan Casandra ke Loffes, juga tentang bagaimana mereka  bertemu dengan sosok Naphilim di tengah  kegelapan Hutan Grendell.

" Kau yakin dia seorang Naphilim..Durvi ?" Leviatan penuh curiga, bertanya pada Durvi si pengintai yang kini bertangan satu, berkat Nir penguasa kegelapan, Durvi berhasil sembuh dengan mantra dan obat - obatan Nir.

" Sangat yakin Pangeran ! " jawab Durvi dengan suara bergetar, " ku ingat betul,sorot matanya yang begitu tajam berwarna merah, seringai dan suaranya terdengar seperti Iblis dari neraka, gerakannya secepat angin, hanya dengan sekali menebas..."

" Cukup...." Leviatan memotong kalimat Durvi , matanya mendelik penuh amarah, wajah tampannya berubah culas !,

" Dan kau katakan siapa dirimu ? " kali ini Leviatan berdiri dihadapan Durvi yang bersimpuh dilantai istana Aggnam, matanya menunjukan kebengisan yang teramat sangat, bahkan Baalzebul tak berani melihat tingkah keponakannya itu.

" Tidak sempat bertanya, pangeran bahkan dia tak peduli siapa kami !" jawab Durvi dengan suara lirih kecut, serasa nyawanya berada diujung ubun - ubun.

" hemmm..." Leviatan menghela napas sedikit lega " Ceritakan tentang Semburat merah malam itu " Leviatan mengangkat dagu Durvi yang sedari tadi menunduk ketakutan.

" Aku menguping di Loffes, ketika Putri Casandra mencari si Naphilim itu, Casandra mengatakan bahwa, Raphael telah dijemput Legion dan hanya Sauksana yang tertinggal di Avignus, hanya itu informasi yang bisa ku berikan ! " jawab Durvi dengan keyakinan.

Angelus AvignusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang