16. Perbincangan

6.6K 555 275
                                    

Lucas dan Quen terkejut, ah tidak lebih tepatnya hanya Quen lah yang terkejut mendengar teriakan seseorang.

"Apa yang kau lakukan padanya??!" Teriaknya marah

Lucas dengan santai menjawab, "Menciumnya, apa lagi? Tapi tidak jadi karena kau mengganggu!"

Math menatap tajam Lucas, "Berani-beraninya kau mencium adikku! Mau aku pukuli kau hah?" Bentaknya

"Nih pukul saja" jawab Lucas dengan santai

"Kau" geram Math melihat sikap Lucas yang tenang, awalnya dia ingin mengambil berkas yang ketinggalan di kamar. Karena merindukan adiknya ia langsung saja ke kamar adiknya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan apa tadi yang baru di lihat nya benar-benar membuatnya marah, untung saja ia datang kalo tidak mungkin saja tuh si Lucas enggak jadi nyosor adiknya yang suci

"Q, kamu enggak kenapa-kenapa kan? Awas kamu nanti kena virus Corona lagi!" Ujar Math sambil menatap sinis Lucas

"Kaka apa sih ngomong nya, Kaka kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?" Tanya Quen lembut

Math mengangguk sambil mencium kening adiknya, "Kaka mau ambil berkas yang ketinggalan tapi mau temu in kamu dulu, eh malah liat dia nyosor kamu untung aja ke buru Kaka datang"

Kedua pipi Quen bersemu dan matanya melirik malu Lucas, melihat hal itu Lucas tersenyum tipis.

"Astagaaaaa! Kaka harus segera ke kantor , Kaka kerja dulu ya sayang kamu baik-baik di rumah" Math mencium kening adiknya sayang

"Awas Lo macam-macam ama adik gue" ancamnya saat melewati tubuh Lucas

Lucas tersenyum tipis melihat Quen dan duduk di pinggir kasur Quen, "Kalo gitu aku ke kantor juga ya, nanti setelah aku pulang kerja aku akan mampir lagi, mau aku bawakan sesuatu?"

Quen menggeleng, "Semangat kerjanya" ucapnya malu-malu

Luca menatap gemas Quen dan mencium keningnya lembut, melihat itu Quen hanya bisa diam tanpa menyadari kalo Lucas sudah pergi dari kamarnya.

"Astaga, jantung aku" ucapnya dengan wajah berseri-seri

*

*

*

"Selamat pagi Tuan" sapa Laras sopan melihat kedatangan bosnya

Petter mengangguk sambil terus berjalan ke arah ruangnya, Laras mematung karena melihat senyum yang jarang sekali di perlihatkan, apa yang membuatnya terlihat senang pikir Laras.

Petter duduk di kursi kebesarannya dengan senyum yang tidak pernah pudar, ah mengingat wajah manis adiknya sungguh membuat ia ingin memeluk adiknya dan menghabiskan waktu bersama.

Tok..tok...tok..

"Masuk" jawab Petter

Laras masuk dengan membawa berkas di tangannya, ia menatap sekilas wajah bahagia yang tidak pernah Laras lihat sebelum kembali menunduk wajahnya, ia harus profesional dalam bekerja.

"Ada apa Laras?"

"Ini berkas yang harus tuan tanda tangani, jangan lupa juga nanti jam 10.00 tuan akan mengadakan rapat dengan perusahaan Aditama" jelas Laras sambil memberikan berkas pada Petter

Petter mengambil dan membaca berkas itu dengan teliti sebelum ia tanda tangani, setelah itu ia langsung memberikan pada sekretaris nya. "Kau urus saja nanti"

Laras mengangguk. "Baik tuan, kalo begitu saya permisi dulu" sambil pergi dari ruangan Petter

"Hm" jawabnya singkat sambil menatap foto wajah adiknya dengan lembut

Laras menghela nafas pelan dan menatap sendu pintu ruangan bosnya, sebenarnya siapa wanita itu? Apa wanita itu orang yang selama ini di cintai bosnya? Mengingat foto wanita itu selalu di pajang di ruang kantor nya? Entahlah Laras tidak ingin terlalu memikirkannya.

*

*

*

Quen merasa bosan harus berdiam terus di dalam kamarnya dan ia memilih untuk berkeliling mansion untuk sekedar melihat-lihat sekitar, ternyata tidak ada yang berubah hanya saja beberapa barang mungkin ada yang di ganti dan bertambah.

"What are you doing Quen? Bukan kah papi sudah bilang untuk istirahat di kamar mu HM?" Tanya Chris saat melihat putrinya diam di jendela taman belakang

Quen menoleh dan tersenyum, "Papi apa yang papi lakukan di sini? Apa papi tidak bekerja?"

Chris menghampiri putrinya dan merangkul putrinya, " tidak sayang papi tidak bekerja papi ingin menghabisi waktu dengan mami mu, papi juga sudah tua dan tanggung jawab perusahaan juga sudah papi serahkan pada kaka-kaka mu"

Quen mengangguk sambil melingkarkan kedua tangannya di perut Chris , rasanya sangat hangat dan nyaman sudah lama sekali ia tidak seperti ini.

"Papi"

"Hm?" Jawab Chris sambil mencium kening putrinya

"Apa mereka belom ingin menikah? Kurasa umur mereka sudah tua" ucap Quen tertawa pelan

Chris tersenyum hangat sambil menatap lurus ke arah depan, "Papi juga ingin mereka menikah, tapi papi tidak akan memaksa kehendak mereka biar mereka yang memilih sendiri papi hanya bisa mendukung mereka sampai mereka benar-benar ingin menikah dan memiliki anak-anak"

"Apalagi saat setiap papi bahas tentang menikah mereka selalu menghindar" lanjutnya

Quen terdiam, dan memikirkan bila kaka-kaka nya semua akan menikah apa ia akan rela melepas mereka semua? Sedangkan ia baru kembali bertemu dengan Kaka-kaka nya, tapi Quen harus sadar ia tidak boleh egois Kaka nya memiliki pilihan sendiri dan kakaknya juga harus bahagia mengejar apa yang mereka mau.

"Apa kaka-kakak Quen sudah memiliki pacar?"

Chris terkekeh pelan mendengar ucapan putrinya, "Kenapa tidak kau tanyakan saja pada mereka hm? Kenapa harus sama papi?"

"Aku tidak berani" ujarnya lesu

"Kenapa? Kau kan adiknya jadi tanyakan sesuka hatimu, tapi papi rasa mereka masih sendiri hanya saja kaka mu Robin sudah punya tunangan"

Quen langsung menoleh , "benarkah kak Robin sudah memiliki tunangan? Apa wanita itu cantik? Baik? Apa kak Robin sudah akan menikah?" Tanya Quen antusias tapi terselip nada sedih

"Jangan tanya sama papi sayang, tanyakan pada kakakmu itu. Sudah ah papi mau ke kamar dulu hm mau berduaan dengan mami, kau jangan lah terluka lelah sayang biar cepat sembuh" ucap Chris mencium kening putrinya lembut dan pergi meninggalkan Quen yang terdiam

"Jadi kak Robin sudah memiliki tunangan?" Gumamnya lirih

Quen sih tidak masalah, tapi yang jadi masalahnya apa wanita itu baik untuk kakak nya? Apa wanita itu benar-benar mencintai kakaknya? Apa wanita itu benar-benar tulus dengan kakaknya? Ah sudah lah biar nanti ia tanyakan pada kakaknya, sebenarnya pada saat kemaren ia sempat melihat wanita yang bersama kakanya tapi karena ketakutannya ia jadi tidak terlalu melihat dengan jelas.

"Ah sudah lah lebih baik aku ke kamar dan tidur, aku tidak sabar menantikannya" gumam Quen tersenyum senang

Jagan lupa vote dan comentnya!! Harus wajib bat dah pokoknya yaa hahaha jangan lupa follow juga oke!❤️❤️

BACK WITH A NEW ATMOSPHERE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang