Chapter 1: The Top (Part V)

24 3 0
                                    

Setelah ujian selesai, kami mulai memindahkan barang-barang ke dalam kamar masing-masing. Karena barangku hanyalah tas sandang ini jadi prosesnya tidak terlalu lama, hanya saja prosedur untuk mendapatkan kamar sedikit kuno menurutku.

Kami dibawa menuju resepsionis gedung berlantai 12 yang disebut sebagai "Dormitorium", lalu kami dibariskan sesuai jenis kelamin dan mengantri untuk mendapatkan kamar. Tidak akan ada yang terkejut jika ku bilang bahwa ini adalah lobi sebuah hotel yang dilengkapi interior mewah nan mengesankan dengan bau kayu jati khas Indonesia.

Ketika sudah saatnya giliranku, aku tersenyum kepada resepsionis dan menyerahkan kartu siswaku. Dia hanya memeriksa sebentar di komputernya dan memfoto wajahku secara tiba-tiba dengan webcam. Aku bingung, namun resepsionis langsung menyerahkan kunci kamarku yang bertuliskan "230". Dengan kikuk aku mengucapkan terima kasih dan berjalan menuju lift yang ternyata penuh antrian, sepertinya mereka sudah mulai membentuk lingkaran-lingkaran sosial. Karena terlalu ramai, aku memutuskan untuk menggunakan tangga darurat, toh cuma dua lantai.

Ketika aku sampai, aku langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur yang sangat empuk, tepat ketika matahari sedang dalam fase yang sangat cantik, jingga kemerahan menandakan sebentar lagi magrib akan datang. Beberapa menit kemudian, aku bangun dan memperhatikan kamar yang berukuran 4x4m ini. Meja belajar dengan 3 laci sudah dilengkapi oleh laptop dengan merk ternama Grape, lampu belajar, lemari, tempat tidur serta AC dan kamar mandi. Aku berterima kasih kepada 10 naga Indonesia atas kamar kos yang cuma-cuma.

Tiba-tiba suara seperti bel berbunyi.

"Selamat sore semuanya, ini Pak Tresno yang berbicara. Saya mengingatkan bahwa di dalam laci pertama meja belajar kalian terletak smartphone baru kalian. Semua informasi dan poin bisa diakses melalui aplikasi di smartphone kalian." Kata suara yang muncul dari speaker yang tepat di atas tempat tidurku. Aku mengambil HP di dalam laciku dan kembali berbaring di atas tempat tidur.

"Apa maksudnya dengan poin yang bisa diakses itu? Tanyaku tanpa peduli melihat HP yang sepertinya branded iPhone. "Retina recognition huh? Luar biasa." lanjutku terkekeh. Ternyata inilah yang mereka lakukan ketika kami mengambil kunci kamar di meja resepsionis tadi, mengumpulkan data retina kami. Aku melihat aplikasi-aplikasi yang tersedia, semuanya ada di sini seperti Insta dan Tuitt hingga aplikasi tak berguna seperti Zeppetu.

Ini adalah isi cerita seru dari Profmat ketika di limo tadi. Walaupun kami menggunakan media sosial yang sama tetapi semua akses komunikasi kami di putus dari dunia luar oleh tim BIN. Kami tentu masih bisa Chatting dan mengupload apapun ke website yang telah di filter oleh tim BIN, terlebih hasil yang kami upload hanya akan bisa terlihat oleh orang-orang yang di dalam kompleks sekolah ini. Aku dengar Mark Zuckergug sendiri sampai datang ke Indonesia untuk menciptakan Fesbuk khusus bagi kami yang mana markas pengolahan datanya ada di komplek sekolah ini, begitu juga dengan CEO dan tim teknisi dari aplikasi lain yang ada di HP kami.

"Aku bahkan tidak bisa download apa-apa di tokobermain!" Gerutuku.

"Lalu apa gunanya openlapak kalau kami tidak bisa berbelanja sendiri!" Lanjutku makin kesal. Tentu saja kami boleh berbelanja online, tetapi semua belanjaan kami akan di razia oleh pihak sekolah. Ah pergi sudah hidup yang kukira bebas

"Lebih baik aku mandi dan bersiap untuk makan malam nantinya." Kataku dalam hati sambil berdiri dan membuka tas untuk mengambil handukku.

***

Makan malam berlangsung tanpa banyak kendala, dengan menu makan malam yang enak tentu saja (nasi goreng, telur mata sapi setengah matang, ayam goreng dan mie goreng Indomie). Setelah tidak ada kejadian menarik apa-apa di kantin, aku memutuskan untuk pergi ke masjid dan melakukan shalat isya disana.

1%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang