Chapter II: The Law & Order (Part IV)

52 3 0
                                    

Sebulan sudah aku menjalani hidup sebagai Rehan yang bebas di SMA Nusantara ini. Aku menikmati sensasi sebagai anak SMA normal seperti yang kulihat di TV. Pergi ke sekolah, berjalan-jalan di tepi pantai (iya SMA ini mempunyai pantai karena berbatasan langsung dengan laut jawa) dan pulang untuk mengerjakan PR.

Hanya saja rencana kehidupan SMA ku kekurangan satu elemen penting, yaitu teman. Sangat menyedihkan bagiku untuk mengakui bahwa aku tidak termasuk dalam lingkaran sosial pertemanan manapun di kelas D. Awalnya aku merasa bisa dekat dengan Afles dan Fuad, tetapi tingkah laku mereka yang seperti anak-anak dan selalu bercanda mesum tidak terlalu bisa kupahami. Sedangkan Fahri.. selalu dikelilingi setidaknya dua siswi yang mana tidak membantu an anti-social person sepertiku untuk mengekspresikan pendapat.

Anissa dan Mayu sudah membentuk geng bersama 4 siswi lainnya yang menjadi center pendapat para siswi, sedangkan sisanya ada yang membentuk grup kecil yang terdiri atas dua atau tiga orang.

"kamu terlihat seperti orang mesum jika menatap Anissa sebegitu fokusnya." Kata Rts yang sudah duduk di sampingku.

"Selamat pagi juga, kukira kamu sudah pindah tempat duduk di meja paling depan" Jawabku.

"Tempat ini paling tenang setidaknya"

Memang benar sih, aku tidak terlalu banyak bicara selama kelas dan di samping Rts adalah dewi Purwati yang lumayan kikuk. Pasti Rts sangat nyaman disini daripada harus dikelilingi oleh geng Anissa yang sangat ribut.

"Jadi? Apakah menurutmu kita akan mendapatkan poin?" Kuberanikan diri untuk mulai bertanya kepada Rts.

Dia tidak menjawab malah menatapku heran

"Sejak kapan kita menjadi teman?"

"Well.. menurutku sangatlah menyedihkan bagi kamu dan aku menjadi penyendiri di kelas ini."

"Aku tidak masalah dengan hal itu."

"Jika kamu mempertahankan sifatmu, maka kamu tidak akan bisa naik ke kelas yang lebih tinggi" Jelasku padanya. Rts hanya diam tak bergeming dan melanjutkan menulis catatannya.

Bel berbunyi bertepatan dengan masuknya Buk Risna yang membawa kertas poster berukuran besar. Sepertinya "hal itu" akan dibahas sekarang.

"Assalammualaikum, selamat pagi semua! Pada rindu ibu engga?~~" Seru Buk Risna, jawaban yang terdengar hanyalah raungan para siswa yang bersemangat. Buk Risna dan mayoritas guru disini sangat-sangat outgoing sehingga para siswa kadang terlalu santai.

"Fahri dan Anissa bisa bantu ibu untuk memasang ini?" tanyanya

Fahri dan Anissa langsung bergerak maju untuk membantu.

Dugaanku tepat, poster tersebut adalah daftar nilai dari ulangan dan tes yang telah kami lakukan selama satu bulan kebelakang. Aku sudah berusaha untuk tidak mencolok dan mendapatkan nilai rata-rata kkm (yaitu 66 di SMA Nusantara) di setiap pelajaran akan tetapi aku tetap saja menjadi salah satu dari 10 murid paling baik rata-ratanya.

Sejujurnya aku tak mengira anak-anak kelas D bisa sebodoh ini, apalagi para siswanya. Hanya aku, Arianto dan Fahri yang bisa mendapatkan nilai lulus di beberapa mata pelajaran seperti matematika dan fisika.

"Baiklah kalian bisa lihat betapa menyedihkannya hasil review monthly bulan Juni kemarin" kata bu Risna dengan suara imutnya. Walaupun begitu kami tidak bisa menjawab apa-apa, kelas D kembali didatangi oleh Dementor dari Azkaban.

Tangan Rts teracung ke atas secara cepat, menandakan dia sangat ingin bertanya akan sesuatu.

"Iya Selly?" tanya Buk Risna. Hanya Buk Risna yang berani memanggil Rts dengan sebutan Selly, bahkan dia sudah meminta para guru lain untuk menyebutnya sebagai Rts.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang