Episode 16

5.8K 217 1
                                        

🍁 Ambisi Sepasang Kekasih

'Ahh ... kenapa juga aku mesti malu sama Tuan Xavier, sih, dan berlari keluar kayak anak kecil saja,' gerut Kiran, sembari berjalan kembali menuju ruang perawatan Ayahnya.

Namun, saat di tikungan jalan menuju kamar inap Ayahnya, Kiran melihat Malik dan Bu Devi datang beriringan. Ia yang penasaran dan tidak suka melihat Ibu tirinya, langsung menghampiri keduanya.

'Kenapa rubah betina itu datang kemari,' batinnya tidak suka, sembari memandang Malik dan Bu Devi yang berjalan ke arahnya.

"Kenapa kamu kesini? Jangan bilang kamu ingin menemui Ayahku, setelah semua yang kamu lakukan padaku dan Ayah!" ucap Kiran dengan nada dingin, bahkan ia sudah tidak mau berkata sopan.

"Tentu saja melihat Ayah kamu, Sayang. Karena biar bagaimanapun aku masih Istri Ayahmu, dan kami belum resmi bercerai," jawab Bu Devi dengan senyuman, yang membuat Kiran muak.

"Tapi aku tidak akan mengizinkan kamu menemui Ayahku, sekarang kamu pergi dari sini!" usir Kiran pada Ibu tirinya.

"Paman, tolong usir wanita ini dan jangan biarkan di masuk ke kamar inap Ayah," mohon Kiran, sembari menunjuk muka Bu Devi.

"Cih, kamu masih kecil saja sudah belagu," ejek Bu Devi pada Kiran.

Malik yang melihat perdebatan wanita beda generasi itu, seketika binggung. Jika ia memihak gadis di hadapannya, tentu saja akan membuat wanitanya marah. Tapi kalau memihak gadis di depannya, niat untuk meminta tanda tangan dari Bos nya, pasti akan kesulitan jika ia tetap membawa wanitanya masuk.

Malik ingat kalau ia juga membutuhkan tanda tangan dari Kiran, agar niatnya untuk mengambil semua harta Bosnya akan lebih mudah. Mengingat Kiran adalah hak waris dari semua harta yang di miliki Pak Bagas, ia pun menarik Bu Devi sedikit menjauh dari Kiran berdiri.

"Tunggu aku di mobil, Sayang," bisik Malik, sembari melihat Kiran dan berharap dia tidak mendengar percakapannya.

"Tapi aku ingin masuk, dan melihat bagaimana keadaan tua bangka itu," jawab Bu Devi, dengan sedikit emosi.

"Apa kamu mau hartanya Pak Bagas atau tidak, jika mau. Turuti perkataanku. Karena aku harus meminta tanda tangan dari Kiran juga, supaya niat mulus kita cepat tercapai," ucap Malik tegas, dan berharap Bu Devi mengerti.

"Baiklah ... aku percaya pasti kamu bisa melakukannya, akan kutunggu di mobil. Tapi cepat, ya," bisik Bu Devi dengan nada manja.

"Iya, Sayang. Percaya padaku, aku pasti bisa melakukannya. Sekarang pergilah, biar Kiran tidak curiga," bisik Malik meyakinkan.

Setelah mengatakan itu, Malik beranjak menghampiri Kiran. Saat ia menoleh ke belakang ia melihat wanitanya sudah pergi.

Ketika Malik melihat Bu Devi sudah tidak terlihat, ia mulai melancarkan rencananya merayu Kiran. Lebih tepatnya, ia harus mendapatkan tanda tangan gadis mungil itu secepatnya.

"Nona, Kiran. Saya sudah mengusir Bu Devi seperti kata Nona, apa Non Kiran sudah tenang?" tanya Malik berbohong.

"Tentu saja saya senang, Om Malik. Karena saya membencinya, setelah wanita itu mengkhianati kami dan meninggalkan luka begitu dalam pada saya, dan Ayah."

"Saya tidak bisa memaafkan wanita itu dengan mudah, karena luka di hati saya masih ada, dan mungkin akan membekas," jawab Kiran lega, karena ia telah melihat sendiri mantan Ibu tirinya pergi.

"Syukurlah kalau begitu, saya senang mendengarnya. Oh, iya ada berkas yang berkaitan dengan nama Non Kiran dan saya membutuhkan tanda tangan Non Kiran sekarang," ucap Malik dengan nada mulai serius, sembari memperlihatkan dokumen. Yang isinya melimpahkan semua harta, milik Kiran pada Bu Devi.

PENGHIANATAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang