Episode 3

9.2K 472 13
                                        

🍁 Bukan Kamu Yang Dulu

"Selamat pagi, Ayah," teriak Kiran, sambil berlari menuruni anak tangga.

Merasa dipanggil, Pak Bagas pun mengedarkan pandangannya ke sumber suara. Betapa khawatirnya, saat melihat putrinya berlari sambil menuruni anak tangga.

"Pagi juga, Sayang. Jangan berlarian, nanti kamu jatuh, Nak." Jawab pak Bagas mengingatkan.

Kiran langsung menuju Ayahnya, yang duduk di kursi ruang makan sambil memegang koran. Tidak lupa rutinitasnya setiap pagi, dengan mencium pipi Ayah.

"Yah, tumben Ibu tidak bangunin Kiran. Kemana memangnya Ibu, Yah?" Tanya Kiran sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Ibunya.

"Ibu bilang, Nenek sedang sakit. Jadi, Ibu pergi memastikan keadaan Nenek. Cuma, semalam Ayah lupa menayakan, apakah Ibu sudah sampai atau belum di rumah Nenek?" Jawab Pak Bagas merasa bersalah, sambil berdiri dari duduknya.

Lalu berjalan ke ruang tamu, mengambil ponselnya. Sedangkan Kiran, sedang menikmati sarapan paginya.

Pak Bagas berusaha menghubungi rumah mertuanya, dering pertama sampai ke dua kali tidak ada jawaban. Dering ke tiga baru di angkat dengan terdengar suara wanita paruh baya yang tidak lain adalah suara mertuanya.

Drrrttt!
📱Ibu Mertua

"Hallo ... assalamu'alaikum, Bu," salam Pak Bagas.

"Waalaikumussalam, Nak. Tumben telepon Ibu, ada apa Nak?" tanya mertua Pak Bagas sedikit heran.

"Maaf, Bu. Jika selama ini, saya jarang menelefon Ibu. Di kantor akhir-akhir ini banyak pekerjaan, jadi saya tidak sempat sekedar menelefon Ibu. Apakah Ibu sekarang sehat, tidak ada yang sakit 'kan, Bu?" tanya Pak Bagas penasaran.

"Alhamdulillah Ibu sehat, Nak," jawab mertua Pak Bagas.

"Tidak ada yang Ibu keluhkan," lanjut wanita paruh baya yang tidak lain ibu Bu Devi.

Degg!

"Jadi, Ibu tidak sakit, ya. Lalu Devi, apakah sekarang sedang berada di rumah Bu?" tanya Pak Bagas, dengan hati yang mulai dipenuhi banyak pertanyaan.

"Tidak ada, Nak. Sudah seminggu ini, Devi tidak berkunjung ke rumah Ibu. Memangnya Devi mau kemari, Nak?" Jawab mertua Pak Bagas merasa binggung.

"Rencananya seperti itu, Bu. Sekalian bersama saya dan Kiran, ingin berkunjung ke rumah Ibu," ujar pak Bagas berbohong.

"Ya, sudah. Saya tutup dulu, ya, Bu. Karena saya mau bersiap ke kantor," lanjut Pak Bagas mulai kecewa dengan sang istri.

'Kamu Membohongiku, Devi! Kemana kamu pergi semalaman ini, kenapa kamu membohongi ku?!' hatinya Pak Bagas pilu, sekaligus diliputi kemarahan.

Jika sebelumnya ekspresi wajah pak Bagas penuh kekecewaan akan kebohongan istrinya, tapi saat ia berjalan ke ruang makan ekspresinya berubah ceria seolah tidak ada beban dalam hatinya. Ia pun menghampiri putri kesayangannya.

"Yah, sini cepat sarapan. Nanti keburu dingin, tidak enak lho kalau di makan?" ujar Kiran sambil menaruh nasi dan lauk serta sayuran di piring milik Pak Bagas.

"Iya, Sayang. Terimakasih, ya." Jawab Pak Bagas, sambil tersenyum.

Napsu makan Pak Bagas seketika hilang, ketika mengingat istrinya yang saat ini entah di mana dan bersama siapa. Makanan di hadapannya cuma ia mainkan, tanpa mau di suapkan kedalam mulutnya.

"Yah, kenapa makanannya cuma dimainkan saja. Ayo dimakan, nanti tidak enak lho," ujar Kiran perhatian.

"I--Iya, Sayang. Ini, Ayah makan," jawab Pak Bagas tergagap, sambil menyuapkan sedikit makanan ke dalam mulutnya.

PENGHIANATAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang