05

241 101 1
                                    

Kita se amin tapi tak se iman 💔

🕌⛪️

Minggu yang cerah, aku sudah siap untuk olahraga pagi bersama Mark.

Aku turun dari lantai dua, menuju dapur untuk berpamitan ke bunda.

Tapi, bunda tidak ada di dapur.

"Mau kemana lo?" Bang Jaehyun tiba-tiba muncul.
Ia menuang air putih dan meminumnya.

"Mau olahraga bang, bareng Mark."

"Bunda kemana ya bang?"

Bang Jaehyun meletakkan gelasnya.

"Bunda ke Bogor, nenek sakit. Semalem mau pamitan ke lo, eh lo udah tidur."

Aku mengangguk paham.

"Kalo gitu gue berangkat dulu ya bang, dada~"

Aku segera berlari keluar rumah. Menuju garasi, aku mengeluarkan sepeda ku dan membawanya ke gerbang.

Di sana sudah ada Mark yang menungguku dengan sepedanya.

"Pagi by~"

Aku tersenyum. "Pagi juga," balasku.

Aku menaiki sepedaku. Kami saling berpandangan.

"Udah siap?" Tanya Mark.

Aku mengangguk.

"Aku juga udah siap mengarungi bahtera rumah tangga bareng kamu,"

Eh, kok lucu 😭 Aku terkekeh pelan.

"Apaan sih, sejak kapan pinter nge gombal?"

"Kok nge gombal? Aku serius by,"

Aku merotasikan bola mataku, "iya terserah."

Kamipun akhirnya menggoes sepeda kami menuju taman.

🕌⛪️

Kami mendorong sepeda kami, melewati jalan setapak yang memutari danau di tengah taman.

Tiba-tiba Mark berhenti, membuatku ikut berhenti.

"By, kamu bawa uang tunai ngga? Duh aku cuma ada kartu sama e-money lagi,"

"Kenapa, kamu mau beli minum?"
Aku mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu. Kuberikan itu pada Mark. "Nih by,"

Mark tersenyum. "Makasih ya, ntar aku ganti."

Ia kemudian berjalan meninggalkanku. Kulihat ia justru menghampiri bapak-bapak tua yang duduk bersender pada pohon dengan gelas aqua di depannya.

Aku melangkah mendekati mereka.

"Makasih ya den, semoga Allah memberikan rezeki yang banyak buat aden."

"Iya pak sama-sama,"

"Doain ya pak, semoga saya sama pacar saya bisa nikah. Saya sayang banget sama pacar saya pak, saya takut pisah sama dia."

Mark masih belum menyadari kehadiranku yang berdiri di belakangnya.

Aku yang mendengarnya tertegun, kembali ditusuk tepat di dada oleh sesuatu yang tak kasat mata, tapi rasa sakitnya sangatlah nyata.

"Semoga Allah menjodohkan kalian dan membawa kalian ke Jannah, aamiin."

"Aamiin," timpal Mark.

Mark kembali berdiri, bapak tua itu tersenyum melihatku. Aku membalas senyumannya.

Mark berbalik dan mendapati ku yang sudah menangis. Ia bingung sendiri. "By, kok nangis?"

🕌⛪️

Jea dan Mark sedang duduk di salah satu kursi taman. Mereka menikmati susu kotak dan roti isi coklat yang Mark beli di Indomaret.

Jea masih terlihat mengeluarkan air matanya.

Mark menatap Jea dengan perasaan sesak.
Sebesar itu aku pengen terus sama kamu Je, kalo kamu mau tau.

"Udah dong nangisnya by,"

Jea menggeleng sambil menggigit roti isinya.

Mark tersenyum tipis melihat kelakuan kekasihnya itu.

"Banyak orang loh Je. Dikiranya aku nakalin kamu,"

Jea malah semakin gencar mengeluarkan air matanya.

"Eeh kok malah tambah nangis?" Mark gelagapan sendiri.

Duh, sungguh pasangan yang sangat disayangkan kalo harus kandas ditengah jalan.
Tapi kalo dijalani terus kok kaya ga ada ujung yang jelas 🤧















































Kalian gatau kan rasanya makan sambil nangis? -Jung Jea


Beda >>> Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang