Bukan Pelacur

1.1K 126 6
                                    

Perempuan juga ingin dihargai. Jangan menjadikan seorang perempuan sebagai pelacur hanya Karena nafsu sesaat.

'Dwienza Galanisya.

Setelah malam kejadian, pagi tadipun pria brengsek itu kembali menjamah dirinya, 'Dwi benar-benar muak. Apalagi kertas cek yang ada di tangannya. Urat-urat lehernya menonjol. Bisakah ia membunuh pria ini?

"Maksud kamu Apa?"

'Dwi berdiri meremas cek 100 juta yang Sean berikan. 'Dwi menatap marah pria bajingan yang sedang duduk anteng di sofa, tanpa merasa bersalah sedikit juga. Wah, pria ini benar-benar lebih dari bajingan. 'Dwi tak tahan untuk memakinya.

'Apa pria ini pikir ia perempuan sembarangan?' Sejak kejadian ia kembali dipaksa melayani pria bajingan ini, di sinilah mereka duduk merunding semuanya. 'Dwi pikir minuman yang ia minum telah dicampur sesuatu. Ia benar-benar tak sadar telah dinodai.

"Kenapa kurang?" Tanya pria di hadapanya, pandangan mata yang datar, wajah yang tak ada ekspresi dia memang sangat tampan tapi sangat angkuh.

'Dwi tersenyum hambar. Benar-benar tampan tapi tidak seperti sifat pria ini yang kayak iblis, pria ini pikir dengan menatapnya angkuh, ia akan takut? Tadi pagi sebelum ia ditiduri lagi, bajingan ini megatakan akan tanggung jawab. Dasar bajingan bermulut sampah. Dasar tukang tipu.

"Kamu pikir aku pelacur? Sialan kembaliin keperawanan aku. Kamu harus tanggung jawab, bukannya tadi kamu bilang mau tanggung jawab?" 'Dwi ingin mencakar wajah pria yang datar saja. Cowok ini menatap tanpa ekspresi. Pria ini beranggapan keperawananya seharga seratus juta. Wah, sangat hebat pria ini. Keperawanannya adalah hidupnya. Pria ini tidak bisa membeli hidupnya.

"Bukankah kamu menikmati itu?"

'Dwi makin tersulut emosi. 'Apa pria ini pikir ia menikmati?'

Ia menderita menahan semua stresnya. Berharap pria ini mau tanggung jawab.

"Kalau kamu mau, saya bisa kasih apa pun tapi tidak dengan menikahi kamu."

Sean tersenyum masam, ia memang pria bajingan berbicara begitu, wanita di depannya yang berteriak ketika berbicara, sangat tak beretika. Bukan tipenya sekali, tidak cantik dan tidak menarik 'sama sekali. 'Dwi mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya memerah penuh amarah. Pria ini benar-benar melukai harga dirinya. Ia bukan pelacur, dan tak ingin disamakan dengan pelacur.

"Kalau gitu kembaliin keperawanan aku." 'Dwi benar-benar putus asa, bagaimana jika ia hamil?

Muka Sean mengeras menahan emosi. 'Apa wanita ini tak tahu dengan siapa dia berhadapan?'

'Menikahinya? Ia sudah gila mungkin. Cewek jelek kayak gini ingin bersanding dengan dirinya, langit dan bumi jelasnya.'

Sean terkekeh hambar. Wanita ini saja dengan wanita lainnya, yang menjebak dirinya di atas tempat tidur mereka lalu memaksanya untuk menikahi. Mungkin wanita ini benar-benar harus berakhir seperti wanita lainnya. Sama-sama berakhir tragis.

"Saya tidak bisa, bukannya kamu juga menikmati itu? Lagian banyak cewek yang hilang keperawananya, tapi biasa aja," ujar Sean santai, tanpa menyadari raut wanita di hadapannya yang benar-benar murka.

Sean berteriak kesakitan saat 'Dwi kembali menendangnya, hingga tersungkur. Satu pukulan lagi bersarang diwajah Sean, 'Dwi menjambak rambut Sean. Hingga pria yang tergeletak mengenaskan di lantai memekik sakit.

"Biadap, aku ya aku. Janga samain dengan cewek lain. Kamu perkosa aku dua kali. Aku bukan cewek sembarangan. Kembaliin keperawanan aku. Bagaimana kalau aku hamil?"

'Dwi makin menggila menjambak Sean. Nafasnya tak beraturan. Cowok biadap ini harus dibasmi. Pria ini pikir uang bisa mengembalikan keadaan. Mungkin bagi orang lain bisa, tapi baginya tidak. Selain angkuh dan sombong pria ini tidak punya hati.

"Saya tidak bisa nikahin kamu."

'Dwi mendelik sebal. Ia makin menggila menarik rambut Sean. Pria ini berbicara formal padanya. Baginya pria songong ini benar-benar harus dibuang ke laut, biar dimakan hiu.

"Kamu yang narik dan perkosa aku. Nyadar tidak hah? Bukan aku yang jebak kamu bajingan."

Kesabarannya benar-benar diambang batas. 'Dwi benar-benar tak habis pikir. Cowok ini yang menariknya lalu memperkosanya, tapi kenapa berbicara seakan ia yang memaksa pria itu menidurinya.

'Apa yang pria ini tanam harus ia tuai. Siapa suruh jadi pria kegatelan. Sudah keenakan tapi tidak mau tanggung jawab.'

"Bagaimana kalau saya hamil?" 'Dwi terisak pelan, lalu suaranya makin kencang. Ia benar-benar akan mati memikirkan hal ini.

"Berhenti, rambut saya bisa rontok."

'Dwi tidak peduli. Bila perlu pria ini botak sekalian. 'Dwi masih terisak, ia begitu hancur. Dimanfaatkan sebagai taruhan, lalu harus menghabisi malam dengan pria asing yang tak ingin bertanggung jawab. Tubuh 'Dwi didorong kuat hingga jatuh ke lantai. Sean bangkit berdiri. Ia berdecih sinis. Sekilas merapikan rambut dan kemejanya. Ia melangkah maju, wajahnya mengeras.

"Kamu mau saya menikahi kamukan?"

Sean melangkah maju, tangan besarnya memegang dagu 'Dw, meremas dengan kuat. Ia menatap 'Dwi dengan tatapan membunuh dan senyum misterius.

"Siap-siap merasa hidup seakan mati. Saya tahu jika seandainya yang meniduri kamu adalah pria jelek dan tua, kamu tak akan meminta pertanggung jawaban."

'Dwi menatap benci Sean yang masih meremas dagunya. Ia ingin meludahi pria bajingan di hadapannya ini.

'Apa pria ini akan membunuhnya atau menyiksanya. Ia tak berpikir sampai ke sana. Tapi yang sekarang terjadi adalah pria ini yang menodainya.'

"Siap-siap menderita, bagiku kamu sama saja kayak jalang. Sekali jalang tetap jalang."

'Dwi menahan sakit pada dagunya. Pria ini benar-benar iblis. 'Dwi mengangkat ujung bibirnya, tersenyum menyebalkan.

Siapa yang mau hartanya? Jika bukan karena ia kehilangan keperawananya, ia tidak akan sudi dinikahi pria kasar ini. Biar dirinya miskin, tidak ada sedikit pun mau hartanya. Kalau keluarganya tahu ia sudah tidak gadis apa yang akan ia lakuin? Keluarganya masih dipenuhi aturan, ia cuman minta tanggung jawab. Bagaimanapun dirinya dirusak catat diperkosa. Ia tidak ingin menyakiti orangtuanya. Ia tidak ingin mempermalukan orangtuanya. Omongan tetangga di kampungnya seperti melodi yang akan membunuh orangtuanya perlahan.

'Dwi melakukan ini untuk bundanya. 'Apa yang akan ia katakan pada pria yang akan menikahinya kelak jika ia sudah tidak perawan? Lalu bagaimana jika setelah kejadian ini ia hamil? Tidak boleh terjadi.' Memikirkan hal ini saja membuatnya gila. Jalan satu-satunya pria ini harus tanggung jawab.

"Kita lihat apakah kamu hamil? Jika tidak aku akan menceraikan dan hidup kamu akan benar-benar tragis."

Mungkin otak pria ini hanya tahu meniduri perempuan. 'Dwi yakin pria ini suka meniduri perempuan. Wajah tampan belum tentu hati baik. Tampan berhati iblis.

'Dwi menatap kesal Sean yang menarik tangannya dengan kasar, lalu mendorong kasar tubuhnya masuk ke mobilnya.

'Dwi meremas tanganya kuat, ia tidak peduli sakaya apa cowok ini. Tapi yang ia tahu cowok ini kasar tidak punya hati. Sean menyeretnya layaknya hewan.

'Apa pria ini selalu memperlakukan semua perempuan layaknya hewan? Atau hanya dirinya saja yang diperlakukan seperti ini.' 'Dwi tersenyum hambar. Dia benar-benar berakhir di tangan pria iblis ini.

Mobil mewah itu melaju cepat meninggalkan tempat ini. 'Dwi sadar hidup bebasnya sebentar lagi akan seperti nerakah. Ia pikir Sean hanya pria biasa yang tidak terlalu kaya. Tapi melihat mobilnya saja ia jamin Sean pria kaya. Sekarang ia takut. Takut jika Sean menikahinya dan memberikan tubuhnya ke hewan peliharaannya seperti serigala. Dirinya memang miskin, jauh jika dibandingkan dengan Sean. Tapi ia menjunjung tinggi keadilan. Harus ada keadilan untuk wanita lemah sepertinya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Air mata jatuh, ia terluka, ia korban. 'Apa Tuhan tidak cukup buat ia menderita?' Belum lagi luka yang Rasya beri, sekarang hatinya ditaburi garam dari cowok dingin di samping nya. Mungkin hari indahnya berlalu dengan sebuah badai yang pelan-pelan merusak hidupnya.

Cinta Perempuan BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang