Tentang Kritik; Membangun Tapi Dianggap Hinaan

332 76 4
                                    

Ini akan lebih panjang, siapkan napas sedalam mungkin. Pembahasan soal kritik selalu saya tekankan ke anak grup. Jadi, buat yang pernah baca, jangan kaget, karena memang saya tinggal salin ke sini.

Pembahasan 1:

Grup Wattpad sedang ramai membincangkan tentang 'Tulisan Sampah; Sisi Gelap Dunia Wattpad'. Menurut pengamatan saya yang jarang komentar di sana—hanya tertawa miris melihat perdebatan mereka—saya menyimpulkan ada tiga kubu di sini:

1. Kubu pengkritik;
2. Kubu pembela; dan
3. Kubu netral.

Mari dikupas satu persatu:

1. Kubu pengkritik, jelas karena salah satu akun yang mem-posting tulisan tersebut. Dialah yang kemudian memancing emosi author Wattpad yang tersinggung dengan caranya menulis. Terlalu kasar, menjatuhkan mental penulis pemula, dan komentar lainnya yang tidak sejalan. Meski banyak yang setuju dengan tulisan itu—termasuk saya—karena memang benar.

Ya, pembaca ingin sesuatu yang baru. Tidak melulu soal bad boy, most wanted, kring-kring, brak, cup, blush saja. Yang alurnya mudah ditebak, karakternya itu-itu saja. Kalau saya dapat naskah begini, mohon maaf dinomorsekiankan. Tidak setuju? Akan dicap antikritik. Lihat, betapa kerasnya dunia literasi?

2. Kubu pembela, dia merasa iba dengan penulis yang mentalnya diserang secara terang-terangan ini. Siapa, sih yang suka jika tulisannya dibilang sampah, tak layak baca, membosankan atau basi? Tentu kebanyakan yang menulis tema serupa, merasa tersinggung dan marah. Pembaca pun merasa berlebihan dan terlalu menohok, alhasil membela penulisnya.

Meski ada beberapa penulis yang terbuka dan menganggap ini kritikan. Penulis begini yang harusnya dikembangkan. Soal mental orang beda-beda, itu bukan urusan saya. Pertama, kamu harus menyiapkan mental karena seperti yang saya bilang, dunia menulis itu keras. Kedua, kamu tidak bisa menuntut karakter seseorang harus lembut dalam mengkritik.

3. Kubu netral, ya ini saya. Mengingat semakin hari postingannya makin aneh. Semua punya pendapatnya sendiri dan sulit dibantah. Mengapa? Mereka merasa benar dari sudut pandangnya masing-masing. Yang satu, merasa penulis yang bertema serupa dimusnahkan saja. Mengotori dunia kepenulisan dengan karya basi mereka.

Yang satu lagi tidak terima dibilang sampah, kalau bisa dengan cara yang halus, kenapa tidak? Bukankah itu melemahkan mental penulis? Hei, tidak semua orang punya mental yang sama. Bla bla bla bla bla ....

Berputar di situ-situ saja sebenarnya.

Memancing -> dihujat -> antikritik -> repeat.

Dari sudut pandang pribadi:

📝 "Penulis itu terbuka pada kritikan!"

Benar, ini harus. Kamu berani memublikasikan karya ke semua orang, tandanya siap pada dua sisi, pujian dan kritik. Pujian hanya melemahkan jika candu, tapi dengan kritik, kamu bisa tahu di mana letak kesalahanmu. Jika tak siap, simpan saja tulisan itu untuk dirimu sendiri. Simple?

📝 "Kalau kritik harus sopan dong! Jangan menjatuhkan mental ...."

Cara kritik tiap orang berbeda. Ada yang blak-blakan seperti saya, ada juga yang lembut dan sabar. Selain tidak bisa memaksa sifat orang, kamu juga harus bisa mengambil sisi baiknya saja. Abaikan kata-kata kasarnya, lihat saran dan perbaikannya. Terima dengan lapang dada. Insya Allah, karyamu bisa lebih baik karena kritikan itu.

📝 "Kritik hanya disampaikan oleh senior, yang tidak pandai menulis atau hanya pembaca, jangan sok mengkritik!"

Banyak yang komen begini dan saya hanya tersenyum licik. Berulang kali saya komentar bahwa, asumsikan bahwa kamu itu penikmat karya. Contohnya film. Bayar mahal-mahal ke bioskop, ternyata jelek. Apa kamu harus menjadi produser/sutradara film dulu baru berhak mengkritik? Kalau jelek, ya sampaikan saja, dengan bahasa yang sopan.

Pembaca itu penikmat karya. Dia yang tahu bagus atau tidaknya karya kamu. Kalau kamu sendiri, ya pasti mengira 'karyaku udah bagus dan sempurna'. Sejatinya manusia jarang bisa menilai kesalahannya sendiri. Di sini editor dan krisaners berperan penting untuk menunjukkan kesalahan.

📝 "Kritik pake saran dong, jangan hina doang!"

Bedakan kritik dengan hinaan dari toxic readers. Kritik tak harus disertai saran, karena pada dasarnya dia menguraikan masalah tersebut. Kalau pengkritik tidak ahli dalam bidang itu, apa yang mau diberi saran? Dia 'kan tidak paham, jadi ya hanya tahu mengkritik. Cari definisi kritik dulu, ya di kamus.

Toxic readers, ini yang baru kamu hujat. Menyerang personal authornya jika karya tak sesuai harapan.

"Badan doang lebar, ngetik cuma seuprit!"

Jangan banyak cakap, langsung blokir.

📝 "Tema pasaran, harus diapakan?"

Yang ini saya angkat tangan. Mau bilang selera remaja Indonesia terlalu rendah, tapi itu terlalu kasar. Terserah mereka, terus berkarya. Meski nyatanya karya bagus banyak tenggelam, kalah telak dengan mereka yang menulis tema pasaran. Itu tergantung ke kamu lagi. Kalau menulis sekadar hobi, ini tidak masalah.

📝 "Lalu, cara kritik yang benar?"

Be your self. Lihat tempat dan situasi juga jika mengkritik. Kalau kamu bisa ramah, silakan. Kalau tidak? Jangan dipaksa. Contohnya saya, ogah basa-basi. Maunya to the point, sambar habis-habisan.

Saya yakin di sini kritiknya halus dan sabar. Kalau dia abaikan atau bandel, baru kamu galakin.

Pembahasan 2:

Haruskah Kritik itu Sopan dan Baik?

Ini kata om saya:

Kritik itu artinya meng-uraikan problema, bukan menunjukan jalan keluar. Jika ada jalan keluar, itu adalah bonus dari uraian tadi. Oleh karena itu kita sering mendengar atau menjumpai "Kritik dan Saran."

Jika kita hanya memiliki kapasitas untuk memberikan kritik, bukan berarti kita harus memberikan saran.  Kritik yang kita berikan adalah uraian problem yang sedang atau telah terjadi, lalu saran atau solusi pada problem tersebut hanya bisa dicari, dikeluarkan dan dijalankan oleh sang pelaku problem yang memiliki kapasitas akan hal tersebut.

***

Cukup jelas, bukan? Jadi, tidak harus kritik itu disertai jalan keluar/saran. Juga tidak harus memakai bahasa yang sopan dan diterima semua orang. Karena pada dasarnya sifat orang beda-beda dan kita nggak bisa tuntut dia begini begitu. Itu hak dia sebagai penikmat karya. Namun, jika bisa lembut dan halus, apa salahnya? Terserah.

"Terus sekarang banyak penulis yang mengira bahwa pembaca tinggal baca. Mereka hanya boleh komen memuji dan gak boleh kritik. Tapi bagiku itu salah. Pembaca punya hak mengutarakan kekurangan author."

"Penulis amatir yang begitu."

Jadi, buat penulis di sini, ubah mindset kalian. Balas yang kritik itu dengan senyuman, tandanya mereka jujur dan apa adanya. Tulisan boleh amatir, tapi attitude dan pemikiran harus elegan. Jangan publish tulisanmu kalau nggak suka dikritik. Sana, pulang ke rumah, tulis dan baca karyamu untuk diri sendiri.

Nah, bagaimana? Sudah paham dengan kritikan? Semoga tertancap manis di otak, ya!

Fighting!

___Zylan Agatha

Pengarang, Oh Pengarang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang