Feedback atau umpan balik, saya rasa mulai dikeluhkan penulis apalagi yang baru terjun. Mungkin, dulu umpan balik lebih berfaedah. Bukan tukar vote, boom vote, spam sana-sini semata. Penulis saling membaca, memberi suara, lalu mengkritik saran. Bagi saya, itu bagus. Kenapa?
Miris melihat pengarang yang seenak jidat spam lapak orang, demi ajakan umpan balik. Padahal, si empunya lapak tidak mau umpan balik, kalau suka silakan mampir dan baca. Saya beranggapan bahwa, apa gunanya spam vote 20 ribu tapi yang baca hanya 1 orang? Apa gunanya boom vote jika orang itu tak menyukai cerita kita? Mereka hanya memberi suara dengan harapan dibalas balik. Dengan kata lain, bukan keinginan hati, tidak murni.
"Kesel, sih! Udah kita feedback, eh dianya unfoll. Gak ada etika banget!"
Ketawa dulu.
Yang suruh kamu berharap penuh ke umpan balik itu siapa, Markonah? Kamu yang harusnya belajar etika, belajar menjadi penulis elegan. Kalau ingin dihargai, tulis sesuatu yang wah dan menarik. Promosi, buat lapak sendiri, jangan spam seenak jidat di lapak orang. Attitude kamu miring kalau gitu. Sudah jelas dilarang spam, masih saja spam. Ngaku penulis tapi malas baca. Situ sehat?
Begini, Sayangku.
Lebih baik karyamu lambat naik, tapi itu hasil murni inisiatif pembaca tanpa dipaksa, daripada ramai tapi ... hasil umpan balik. Tidak masalah jika sistemnya seperti yang saya katakan di paragraf pertama. Malah bagus! Namun, jika umpan baliknya tidak sehat, mari tinggalkan cara itu. Bu Zylan bisikin cara promosi yang benar dan baik.
Pertama,
Kalau promosi, kalau bisa ke media sosial juga. Kalau saya Facebook, karena teman banyak di sana. Lingkar pertemanan pun luas, entah di grup menulis atau grup pribadi. Jangan memakai embel-embel mampir yuk kak siapa tau suka, dijamin baper deh! Kalau saya nggak baper, kamu mau tanggung jawab? Hehe.
Kedua,
Jangan hanya link atau judul. Apa yang mau dibaca sebagai pancingan? Apa yang menarik kalau begitu? Standar promosi yang benar itu terdiri atas judul, penulis, link, dan deskripsi cerita atau blurb.
Ketiga,
SS atau tangkap layar, gunakan fitur pintar di ponsel ini sebagai media pemancing. Kamu SS bagian yang paling menarik, entah itu terlucu, terbaper, terseram, terngakak, dan ter-ter lainnya. Jika ada yang tertarik, bawa mereka ke lapak kamu. Sederhana, 'kan? Simple tapi bekerja.
Saya tidak pernah memakai embel-embel umpan balik ketika promosi. Promosi pun terbilang jarang karena malas. Sesekali, ketika karya mau publish atau mau tamat. Pembaca datang sendiri, kok.
"Terus kenapa gak boleh promosi di kolom komentar orang? Kan usaha sebagai penulis!"
Pffft, Maemunah!
Penulis juga punya etika. Apakah dengan mengotori lapak orang disebut usaha? Yang ada orang muak, jenuh, dan ilfeel sama kamu. Empunya lapak juga risih. Lagi promosi cerita sendiri, ada orang nggak jelas main spam aja. Kesel, 'kan? Iya, sama rasanya pengen santet kalau aja itu nggak dosa.
Jadi penulis harus mandiri. Jangan manja. Buat postingan sendiri 'kan bisa. Jangan jadi benalu, mikir dong! Kamu boleh promosi di kolom komentar jika ada yang minta rekomendasi cerita. Beri link cerita yang sesuai, Ceunah! Jangan minta saran fantasi, kau taburi nonfiksi. Kebiasaan!
Ih, serakah banget, sih! Semua lapak penuh komentar dia. Ketika diciduk, marah-marah nggak jelas. Padahal dia yang salah. Waras?
Ayo dong, berubah!
___Zylan Agatha
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengarang, Oh Pengarang!
Non-FictionMasuk ke lapak ini, jangan baper! Ini hanya cuitan opini dari gadis 18 tahun yang suka donat cokelat.