8 : GBLK

15.4K 1.1K 141
                                    

Hayo yang masih nanya kenapa gak update di cerita ini sama cerita Guru Seksi ketahuan kalian belum follow akun gue. Kan dah gue kasih tahu alasannya Bambang. Gue kasih tahu ke kalian soal kenapa belum update juga. Kalo kalian follow akun gue pasti postingan di feed gue masuk ke akun kalian, ke notifikasi kalian. Jadi, saran gue follow gih akun gue biar kalo ada informasi gak ketinggalan wkwk.

Btw, semoga suka. Gue sadar gak bisa memuaskan semua ekspetasi pembaca, makanya maaf kalo gue bikin cerita sesuai kata hati gue, sesuai alur yang gue mau, sesuai konflik yang gue ingini. Gue pernah di fase menuruti apa mau pembaca, yang dituruti merasa puas, tapi ada pembaca lain yang gak puas. Selalu saja siklusnya kek gitu. Makanya jangan berekspektasi tinggi-tinggi ceritanya akan sesuai dengan apa yang kalian pikirin ya.

Salam,

Bang Juna

"DIMDIM BANGUN!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DIMDIM BANGUN!!!"

Mata gue kebuka. Raja sedang duduk di pangkuan si keparat Adi. Hehe. Sorry to say, tapi gue nyaman banget namain dia si keparat atau si bangsat. Dia sih lagi asik mainin HP-nya sambil sesekali senyum-senyum sendiri. Setelah kesadaran gue bangun sepenuhnya, gue ambil si Raja yang sialnya langsung dia tahan kuat.

"Eh eh eh anak ini mau ajak sarapan bubur di depan kampus," kata si keparat sambil menggendong Raja keluar dari kamar. Aneh bet dah. Dia bilang kayak gitu seolah Raja adalah anaknya saja!

"Jangan ngawur. Lo siapanya nih anak? Kenal aja baru sehari. Jangan-jangan lo penculik anak ya!? Atau pedo!?" Si keparat malah senyum-senyum sendiri, masih sibuk dengan ponselnya, lalu tak lama kemudian dia mengangkat telepon entah dari siapa.

"Halo. Udah di depan kampus? Sip, gue ke sana sekarang. Ayo Raja, ikut Om ke depan kampus ya, kita sarapan. Habis itu kita beli telur gulung."

Mata gue jelas melotot. "GAK BISA!!!"

Gue tarik Raja lalu gue bawa dia ke ruang tengah. Di sana ada Dion sedang menyetem gitarnya ditemani segelas teh hangat. Di samping Dion ada David. Errr gue akan membiasakan diri sekarang. Di mana ada Dion, di situ ada David. Mereka kek dua sejoli yang gak bisa dipisahkan.

Pas gue keluar, Denis juga muncul sambil bawa susu kotak besar yang dia minum langsung dari kotaknya.

"Bro, udah deh kita damai ya? Aneh banget dah. Gue gak ngelakuin apa-apa sama lo tapi kok elo terkesan memusuhi gue," kata si keparat membuat semua pasang mata di ruangan ini menatap dirinya. "Sini Raja, katanya mau beli telur gulung ya? Ayo Om jajanin."

"Aneh lo, Kang," timpal gue. "Lo sama nih anak baru kenal kemarin, lah gimana gue gak curiga coba? Bisa aja ko penculik anak setelah melihat betapa gemay-nya si Raja."

Si keparat garuk-garuk kepala. "Oke gue ngerti," kata dia sambil mengambil Raja di pangkuan gue. "Tenang aja, gue bukan pencuri anak, kalo anak ini ilang lo lapor aja ke polisi, KTP gue ada di kamar."

KANG ADI SEKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang