bag 1

101 3 0
                                    

Setelah mereka selesai menyalami tamu undangan, yang berjumlah tidak kurang dari dua ribu undangan, mereka masuk ke kamar hotel yang sudah dipesan oleh keluarga. Hari ini adalah resepsi pernikahan Erlan Langit Mahardika dan Senja Lutfiana.

"Mas, baiknya aku duluan apa mas duluan mandinya?"

"Kita barengan aja sayang."

"Ishh mesum ah, gamau. Pokoknya mandi sendiri-sendiri."

"Ha ha ha, becanda sayang."

Pov. Langit.

Setelah sekian tahun, akhirnya aku bisa meluluhkan hatinya. Meski berbagai penolakan seting diucapkannya. Tapi, karna aku begitu yakin, tak pernah gentar sekalipun,  untuk berhenti mengejar gadis pujaan hatiku. Dan malam ini, aku bisa memilikinya seutuhnya. Dia, begitu indah, bukan cuma paras ayunya, tapi lebih dari itu hatinya yang menyempurnakan segala yang ada di dirinya.

"Sayang, sudah siap?" Wow lihat pipinya merona, baru kali ini dalam hidupku, berada dalam satu ranjang dengan seorang wanita.Karena meskipun aku hidup di Ibukota, tidak pernah ku ikuti cara hidup bebas ala 'mereka'.

"I..iya mas" 
"Sekarang, aku milik mas, jadi bebas mas mau ngapain aja"

Karena sudah mendapat lampu hijau darinya, segera ku tuntaskan hasrat terpendam, yang memang selalu muncul saat bersamanya.

Beginikah rasanya, penyatuan kami berjalan hampir 7 jam . Hingga menjelang subuh baru kita berhenti sejenak.
"I love you sayang. Cup" ku kecup keningnya.

"Auw.."

"Kamu kenapa?" Sakit mas, hiks"

"Maafin mas ya sayang,"

~
Pov.Senja
Setelah seminggu menikah dengan mas Langit, bagiku setiap waktu sangat indah. Dia sangat memanjakanku, memberi apapun yang aku mau. Bahkan, Dia juga berucap ingin segera memiliki keturunan dariku.

Kemaren, kami baru selesai pindahan ke rumah ini, rumah yang merupakan hadiah pernikahan dari mas Langit untukku. Yang katanya sudah mulai dia bangun semenjak mulai mengenalku. "Aissh pede kali suamiku itu, untung aja aku juga naksir dia, coba kalo tidak. Mau dibikin apa rumah ini.' Rutukku dalam hati, menanggapi tingkah mas Langit kala itu.

Hari-hari kami lalui tanpa meninggalkan senyum yang mengembamg dibibir kami. Kami juga baru pulang dari bulan madu di kota Lombok.

Sebulan lebih menyandang setatus nyonya Langit Mahardika, tak lantas membuatku bermalas-malasan.

"Nyonya,biar bibi aja yang masak."

"Enggak papa bi, saya bisa kok" ucapku pada bibi,

Karna bagiku, memasak makanan yang dimakan suami itu merupakan tanggung jawabku. Belanja untuk kebutuhan dapur juga urusanku. Bibi cuma bertugas, bersih-bersih rumah nyuci sama yang lain-lain. Bagiku selagi aku ada waktu, tidaklah terlarang ikut membantu bibi mengerjakan tugasnya.

Aku merasa sangat beruntung, dan berpendapat menjadi wanita paling bahagia, karna memiliki suami yang sangat kucintai dan sangat mencintaiku..

Tuhan, semoga kebahagiaan ini selalu menyertaiku dan suami. Aamiin. Harapku pada Allah.

Next??

Langit Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang