extra part

101 5 0
                                    

Bagi Langit dunia seoalah runtuh ketika berita yang seharus tak boleh di dengarnya itu justru keluar dari mulut dokter yang menangani istrinya, ya setidaknya masih sah di muka agama. Setelah menghajar dokter dengan membabi buta Langit kembali jatuh tersungkur untuk kesekian kalinya.

"Di sini lo yang brengsek, bukan dokter itu, lo yang membuat Senja menjemput kematiannya! Lo nggak pantes ada di sini!" Teriakan marah dari Tio terus saja dia dengar, bahkan berkali-kali mendapat bogem mrntah dari mantan kekasih yang juga berperan sebagai sahabat dari Senja itu. Dia bahkan tak ingin membalas apa yang dilakukan oleh Tio, mungkin saja dengan begini Langit akan bisa sedikit menebus apa yang telah dilakukannya terhadap Senja. Mungkin saja benar apa yang akan mereka katakan, meskipun dengan menukar nyawa tidak akan mampu menebus semuanya.

Begitu merasa dirinya sedikit lebih tenang, Langit masuk ke ruangan yang masih ditempati Senja, dimana tubuh itu telah terselimuti kain putih sampai ujung kepala, dipeluknya tubuh yang sudah tidak bernyawa itu dengan sayang, seoalah pemilik raga masih bersemayam di dalamnya. Hingga saat perawat datang dia masih setia di samping jasad istri tercintanya itu.

"Bapak, tolong selesaikan dibagian administrasi ya, biar jenazah segera bisa diurus pihak kami"

"Dia masih hidup! Jangan pernah sekalipun kalian menyebut istriku sebagai jenazah! Aku akan menuntut kalian semua!"

Di depan pintu sedari tadi sosok yang terabaikan masih setia mendampingi, meskipun telah tahu kebenaran yang baru saja terpapar di depannya. Apakah merasa bersalah? Jelas! Tapi apakah ini salahnya? Enthlah diapun tak tahu tentang itu. Yang jelas rasa bersalah menyelimuti dirinya, dari pandangan orang-orang di sekitarnya. Mungkin Tuhan telah membuat rencana, agar bayi mungil yang baru saja hadir akan menjadi putra purinya. Dan hidup berbahagia dengan pria pujaannya. Pikirnya.

"Sudahlah Erlan, mungkin memang dia bukan jodohmu, jodoh kalian sudah selesai. Ingatlah anak-anakmu, kita akan menikah dan merawatnya"

Menoleh sejenak dengan tatapan bengis, Langit tak segan menghardik wanita penyebab kematian istrinya itu.

"Pergi dari sini! Kita nggak akan pernah menikah!"

"A apa maksudmu Er? Bukankah semalam kau ingin mempercepat pernikahan kita?"menatap nanar pria di depannya.

"Saya nggak sama sekali mencintaimu, saya akui saya memang salah, karna dengan sengaja membuat Senja cemburu. Tapi saya menyesal karna dengan itu juga telah membuatnya meregang nyawa, maafkan saya Lena, saya nggak bisa menikah denganmu, yang kemaren hanya kepura-puraan saya biar terlihat begitu akrab dan mesra sama kamu. Sekarang pergilah dari kehidupan saya, karna saya cuma akan hidup bertiga dengan anak-anak kami.

~

Beberapa bulan kemudian.

"Bi Rum, hari ini saya mau meeting sebentar, mungkin jam 11 sudah sampai rumah lagi, titip Lintang sama Awan ya bi.."

"Iya tuan,"

Begitulah kehidupan baru yang dilalui Langit, setelah meninggalnya sang istri. berniat hidup tanpa mencari pendamping dan hanya ingin merawat putra putrinya tanpa adanya seorang istri. Baginya bahagianya sudah bertumpu pada Lintang dan Awan. Lintang begitu jelita mirip sekali dengan sang mama, aedangkan Awan merupakan duplikat dari dirinya sendiri.

Begitu sampai di rumah, tujuannya kamar mandi, untuk membersihkan diri, setelahnya langsung ke kamar anak-anaknya. Menciumi mereka dan mengajak berinteraksi, untuk menumbuhkan ikatan yang lebih kuat antara anak dan ayahnya.

"Lihatlah sayang, anak-anak kita sangat cantik dan tampan, seperti aku dan kamu. Aku aka menjaga harta peninggalanmu yang sangat berharga ini."

Mungkin nanti akan ada sequelnya ya, kehidupan papa Langit yang menduda.

Boleh kasih saran kok..😊🙏

Langit Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang