bag 2

58 2 0
                                    

Me.

Mas, hari ini adek mau ijin keluar . Boleh ya😘

My huby.

Boleh, mau mas jemput sekarang?

Me.

Gak usah mas, adek mau naik g**b car aja.

My huby.

Yaudah sayang, kamu hati-hati ya. Muacch😘😘

Me.

Ha ha haaa mas lebay.

Jantung ini, selalu berdetak lebih cepat setiap berinteraksi dengan mahkluk yang kusebut suami itu. Meski tidak bertatap muka sekalipun, dia mampu menawan seluruh jiwa ragaku, kalau sudah begini bagaimana mungkin, aku tidak semakin I love you.

Setelah melakukan pendaftaran dan menunggu antrian, di sinilah aku. Duduk di bangku yang disefiakan di dalam ruangan dokter kandungan, sengaja memang, tidak memberitahu kemana tujuanku pada suamiku itu. Sementara tadi ku belum mengetahui hasilnya, karna ini akan menjadi kado terindah baginya, saat hasilnya sesuai harapan 'kami berdua'.

"Silahkan berbaring bu, kita akan melihat calon jabang bayi di rahim ibu." Sambil mengoles semacam gel ke permukaan perut rataku."lihatlah bu, ini masih berusia 4 minggu, dia masih belum terbentuk, ditrimester awal jangan banyak kegiatan, juga tidak boleh stres, janin ibu sangat kuat dan sehat.

"Apakah ini nyata?" Lolos begitu saja air mata yang berlebel bahagia ini dari pelupuk mataku. Perlahan ku sentuh permukan perut rataku, dengan gerakan memutar," mas,ini anak kita, anak yang selalu mas nantikan, buah hati kita".Selesai ritual dengan dokter kandungan tersebut, aku langsung mengarahkan sopir g**b car menuju apotik yang kami lewati. Karna antrian lumayan banyak, kubilang pada sopirnya, biar dia pergi saja. Sambil kusodorkan uang kertas warna merah muda. "Terima kasih pak, biar nanti bapak tidak kelamaan menunggu"
"Sama-sama bu, ini kembaliannya."Namun, segera kutepis, biar menjadi rezki anak istrinya. Karna selama perjalanan tadi sibapak sopir menuturkan, bahwa beliau memiliki anak 7 yang semuanya masih kecil2. Apalagi penghasilan sekarang ini tidak stabil seperti biasanya.juga harga yang kubayar juga tidak sampai 30ribu memang."tidak usah pak, buat anak-anak bapak saja."

"Senja!"

'Suara itu' seperti tidak asing bagiku.
"Mas Tio, mas ngapain di sini?" Tio adalah pacar 12 hariku dulu. Aku heran kenapa dia bisa berada di sini. Karna memang dia adalah orang Bandung.
"Apakabar kamu Senja? Kamu semakin cantik sekarang."
"Kabar baik mas, mas ngapain di sini?" Kuulangi pertanyaanku, karna memang belum mendapat jawaban. "Aku lagi nebus obat buat mama, kamu sendiri ngapain?"

"Aku mau beli sesuatu mas," Aku berusaha menjauh dari posisi mas Tio, biar bagaimanapun aku wanita bersuami, tidak akan baik buatku maupun mas Tio.

Setelah mendapat apa yang kubutuhkan, aku berencana langsung pulang, karna ini sudah beranjak sore, cuaca juga mendung. Mungkin saat ini mas Langit sudah dalam perjalanan pulang, berniat ingin menghubungi mas Langit ternyata handphoneku mati. Hujan sudah mulai turun, satu-satu dari pembeli di apotik tersebut sudah meninggalkan tempat. Kini cuma ada aku dan mas Tio, dia menawarkan tumpangan. Mengingat kondisiku yang seperti ini, ku iyakan saja tawaran mas Tio.

~

Diperjalanan menuju pulang, hujan kian deras, gemetaran karna kedinginan. Badan terasa menggigil, refleks ku peluk pinggang mas Tio, karna benar-benar tidak tahan. Kusandarkan kepalaku dipunggung kokoh pria itu. Bukan, bukan karna aku menikmati suasana ini. Tapi, benar-benar merasakan berat dikepala dan ringan badan ini

"Ja, kita udah sampe nih di area perumahan yang kamu bilang. Rumah kamu nomor berapa?"

"18 mas," cuma itu yang mampu terucap dibibirku.

Turun dari boncengan motor mas Tio, dan berniat segera masuk pekarangan rumah, setelah berucap terima kasih. Badanku limbung. Namun, masih dalam keadaan sadar. Bergegas mas Tio menangkapku.

"Jadi ini yang kamu lakukan dari pagi huh?pantas saja kuantar kau menolaknya. Bahkan ponselmu tidak aktif, supaya tidak terganggu olehku!!"

Itu jelas bukan bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.
"Bu..bukan seperti itu mas, a,aku ..."

"Cukup!"

"Maaf, sepertinya kamu salah paham, karna,_"

"Diam lo, salah paham apa maksud lo huh?? Lebih baik lo segera pergi dari sini. Sebelum gue hancurin muko lo itu"

Ujar mas Langit dengan nada datarnya. Namun, masih dengan tatapan tajam mebunuh.

"Baiklah, saya pergi. "

Hening.

Next?

Udah dulu yes. Saya masih nunggu respon☺




Langit Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang