(5) Awal Mula

47 22 13
                                    

Dengan langkah santai Nata menuruni tangga sambil menggendong tas punggungnya.

Hari ini Echa ada rapat osis jadi ia harus keluar gerbang sendirian.

Pak Tomo bilang mamanya tidak pulang malam ini, yang membuat Nata bersorak dalam hati. Bukannya Nata anak durhaka karena senang ketika mamanya tidak pulang. Tapi entah kenapa perasaan Nata lebih nyaman jika ia ditinggal sendiri di rumah.

Yang membuatnya bebas. Tanpa ada rasa takut.

"WOY CANTIK!"

Setelah sampai di belokan akhir tangga Nata hampir saja latah mendengar teriakan itu. Sumbernya berasal dari lapangan futsal yang berada di sisi kanannya.

Nata rasa teriakan itu tertuju padanya, karena di koridor ini cuma Nata seorang yang berjalan melewatinya.

Ia berusaha bodo amat dan melanjutkan langkahnya. Sampai teriakan itu keluar lagi.

"HE LO YANG TASNYA WARNA IJO. GUE DISINI!!"

Nata memelankan langkahnya sambil menyernyit. Tasnya berwarna hijau.

Masa iya sih dia yang dipanggil? Ah gak mungkin. Takutnya ketika ia menoleh tapi teriakan itu bukan untuknya, kan malu. Lagian dari ekor matanya ia samar melihat kalau itu adalah anak kelas XII.

Ketika ingin mempercepat langkah tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya. Yang membuatnya kaget setengah mati.

"Woy ah, cantik-cantik budek!"

Ia menetralkan mimik wajahnya sejenak sebelum menoleh ke belakang.

Ah cowok ini

Nata menaikkan satu alisnya mencoba bertanya tanpa suara..

"Bukannya gue jahat atau apa ya dek. Tapi balikin dong sepatu gue!" kata cowok itu yang dibuat sehalus mungkin agara cewek didepannya ini tidak merasa tersinggung.

Nata melotot kecil, 'astagaaa lupa gue' ia merutuk dirinya sendiri dalam hati

Udah seminggu lebih sepatu cowok itu ada di dirinya.

Neo, cowok itu sedikit memiringkan wajahnya ke kanan dengan satu alisnya terangkat ditambah senyum kecil seakan meminta jawaban.

"A-ah i-iya kak. Em aduh maaf kelupaan," Nata meringis kecil sambil menautkan anak rambutnya ke samping telinga.

Perlu diingat kalau Natasya Faleira adalah orang pelupa tingkat akut.

"Terus gimana? Hari ini lo bawa kan? Gue kangen banget, soalnya tuh sepatu pemberian terakhir dari mantan terindah sebelum mutusin gue." katanya sambil menerawang jauh ke arah lapangan futsal.

Nata yang awalnya merasa bersalah jadi tertegun mendengar penuturan cowok itu. Ternyata cowok ini bucin juga. Dia bahkan tidak malu kalau mengungkapkannya di depan orang yang ia tidak mengenalnya.

"Haloo!" tangan kiri Neo yang melambai di depan wajah Nata membuatnya jadi mengerjap pelan.

"Eum.." Nata mencoba untuk berpikir apakah sepatu cowok ini ada di lokernya atau masih di rumah.

Mampus, sepatunya masih ada di rumah.

Nata tersenyum kaku. "Sorry, ketinggalan di rumah," cicitnya kecil.

Mata Neo sedikit melebar. Nata sudah bersiap diri jika cowok di depannya ini akan marah.

Namun yang ada Neo malah mengeluarkan handphone dari saku celananya lalu memberikannya pada Nata.

Dahi Nata menyeryit. Maksudnya apa coba?

"Ketik nomor hp lo!" perintahnya.

Nata yang masih linglung menerima hp itu dengan ragu lalu mengetikkan nomor hp-nya. Setelah selesai ia mengembalikannya pada Neo.

Vacio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang