Pemuda itu melepas jaket levisnya dan melemparnya di kasur. Ia duduk di pinggiran ranjang lalu mendongak dengan mata terpejam dan menarik napas sekuat tenaga dan menghembuskannya perlahan. Raut wajahnya nampak lelah.
Apakah ikut organisasi itu sesibuk ini?
Minggu depan sekolahnya mengadakan festival tahunan. Dalam hal ini ia menjadi penanggung jawab akan kelancaran acara tersebut. Bukan hanya itu 2 hari lagi ia mengikuti lomba puisi tingkat nasional untuk mewakili sekolahnya. Dan saat ini ia masih belum membuat puisi yang akan dilombakannya. Belum lagi tugas sekolah yang menumpuk.
Banyak sekali pikiran yang berputar di otaknya. Tak tau harus memilih yang mana untuk ia selesaikan terlebih dahulu.
Namun satu hal yang seakan menutupi semua bebannya. Ya, gadis itu. Ia tersenyum simpul mengingat perkembangan kedekatannya dengan dia. Ya walaupun ia sendiri belum menunjukkan jati diri aslinya.
Bertukar pesan hampir setiap hari membuatnya sedikit meringan. Ada hal yang harus dilupakan sejenak. Agar pikirannya tak terlalu berat. Membayangkan berbicara dengan gadis itu secara langsung saja sudah membuatnya salah tingkah.
Ah ternyata seindah ini efeknya jatuh cinta
Tak mau menganggap dirinya sendiri gila karena dari tadi tersenyum membayangkannya, ia bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya.
Setelah mandi, seperti biasa ia akan menuliskan rasanya hari ini dalam lembar kertas putih itu.
Entah
Semua rasanya berat
Ingin berhenti
Namun diri sudah tak ada arti
Ingin jadi apa?Berpikir semua halusinasi
Tak terlintas meyakini
Bahwa ini semua memang murniNamun
Dia ada
Menjadi peringan lara
Saat semua terasa jauhHarapan, cita-cita, impian
Tak terjangkau
Termasuk dirimuPemuda itu membacanya sekali lagi. Lalu meraih hp yang ada di dekatnya dan mengetikkan pesan pada gadis itu.
‹•.•›‹•.•›‹•.•›
Nata masih berdebar. Ia memegangi dadanya yang naik turun. Kejadian 20 menit lalu membuatnya seperti punya penyakit jantung dan juga hampir kehilangan nama di kartu keluarga.
Nata kaget melihat Arion yang sudah basah kuyup, padahal Arion hanya menerjang hujan dari parkiran ke halte depan sekolah. Hujannya berarti deras banget.
Arion ikut meneduh bersama Nata lalu bertanya apakah ia sedang menuggu jemputan. Beberapa menit kemudian taxi pesenan Nata--ralat tapi pesenan 'dr'-- datang. Nata beranjak pergi setelah berpamitan kepada Arion.
Beberapa meter setelah taxi itu pergi, Arion melihat kalau taxi itu sepertinya mogok.
Ia beranjak menuju motornya lalu menarik gas secepatnya agar tidak terlalu kehujanan, meskipun hoodienya sudah basah dari ia meninggalkan parkiran tadi.
Hari ini ia pulang sore karena ada bimbingan astronomi. Ketika meninggalkan parkiran sekolah tadi hujan masih belum turun jadi ia bergegas untuk pulang. Namun dugaannya salah, ketika hendak keluar gerbang hujan langsung mengguyurnya dengan deras.
Setelah mematikan mesin ia menghampiri sopir itu dan Nata di depan ruko yang tutup.
"Kenapa pak?"
"Kayaknya akinya habis deh."
"Saya carikan montir ya pak?"
"Tidak usah dek ini bapak mau telpon temen bapak yang juga montir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacio
Teen FictionKetika impian tak lagi searah dengan jalan kehidupan Disaat itulah seseorang masuk dalam hidupmu dan membuat semua tak terasa abu-abu Keyakinan yang telah diberikan nyatanya sia-sia Semua....... Hampa Yok baca! siapa tau suka