[6]

2.2K 194 8
                                    

Ingin rasanya aku pergi,
Dan takkan pernah kembali lagi

.
.
.
.
.
.

Namun, haruskah aku bertahan demi cintaku padanya?

.
.
.
.
.
.

Entah berapa lama aku tertidur dalam pelukannya, dan akupun terbangun karena aku rasa tubuhku mulai kedinginan, dan tanganku terlihat pucat dan berkericutan seperti berendam didalam kolam dalam waktu yang sangat lama.

"P'Tay?" Aku melonggarkan pelukannku dan melihat kearahnya.

"Ai Nong, tubuhmu sudah sangat pucat dan kau kedinginan. Ayolah pulang"

"Tidak phi! Aku tidak mau! Jangan antar aku pulang! Jika kau mau pulang, pulang saja sendiri, aku akan disini sendirian saja"

"Mana bisa phi meninggalkan Nongnya dalam keadaan seperti ini, ayo pulang bersamaku, kerumahku"

"Tidak! Aku masih ingin disini!"

"Ayolah baby..."

"JANGAN PANGGIL AKU BABY!"

Entah mengapa aku rasanya sangat sensitif dengan hal yang berhubungan dengan bajingan itu, aku menangis lagi dan memelukknya dengan sangat erat, seperti tidak ingin kehilangannya. Padahal kami barusaja berkenalan

"Ayolah Nong, kita pulang. Aku janji kau bisa menangis dirumahku, sambil memelukku seperti ini. Kau harus Prioritaskan kesehatanmu, dan aku juga tidak akan memanggilmu seperti tadi. Ayo pulang bersamaku" akupun menurutinya dan melepas pelukanku

"Hem.. "

"Hem.. apa?"

"Hem.. ya, ayo pulang"

"Okhe Nong, ayo ikuti aku, aku memarkirkan mobil tak jauh dari sini"

"Hem.."

Aku mengikutinya menuju mobil dan kami langsung menuju pulang kerumahnya. Hanya memerlukan waktu beberapa menit kami sampai dirumahnya, rumahnya masih lebih besar daripada rumahku, lebih mewah dan juga memiliki penjaga. Dia juga memiliki 3 mobil mewah, 2 motor, dan 2 sepeda.

"Ayo turun" rasanya aku diajak pergi keistana seorang pangeran yang kaya raya

"Hem.." akupun turun dari mobil dan mengikutinya masuk kedalam rumah

"Bibi Jung sedang liburan, dia pulang kekampungnya, jadi maklumi saja jika rumahku berantakan" rumah yang berantakan? Aku tidak melihat satu titikpun yang berantakan disini. Bahkan kelihatannya tidak pernah disentuh sama sekali.

Aku mengikutinya sampai kelantai atas dan berhenti disalah satu kamar. Kamar yang terlihat sederhana namun masih terkesan mewah ditambah balkon yang langsung menghadap kearah kolam menambah kesan indahnya. Sungguh kamar yang sangat aku idamkan.

"N'Gun, kau bisa mandi dan memakai bajuku. Aku juga ingin mandi dikamar mandi lainnya."

"Baiklah, aku akan mandi. Dan jangan lupakan janjimu"

"Hem.. aku tidak lupa"

Lalu dia pergi meninggalkan aku sendirian dikamar ini. Akupun langsung pergi kekamar mandi, dan tak perlu waktu lama, akhirnya aku selesai mandi. Aku melihat pakaian dilemari, aku rasa semua pakaian didalamnya adalah pakaian yang pas denganku. Jadinya aku tidak perlu berlama lama untuk mencari baju yang pas dengan ukuranku. Tapi.. ada yang aneh, kenapa ukuran pakaiannya seukuran dengan pakaianku? Bukankah seharusnya pakaiannya masih lebih besar daripada pakaianku? Sudahlah Gun.. jangan terlalu banyak berfikir. Jadi, akupun langsung berpakaian dan setelahnya aku langsung bercermin untuk melihat keadaanku. Mukaku sangat pucat, lebih tepatnya seluruh badanku itu pucat, mataku bengkak karena terlalu banyak menangis, hidungku memerah karena terlalu banyak ingus dan tadi disaat aku mandi aku terus mengeluarkannya dan aku rasa itulah yang membuat hidungku memerah. Lalu aku menyisir rambutku untuk memperbaiki penampilanku yang sudah sangat kacau. Aku sangat lelah hari ini, bahkan aku seperti tidak memiliki banyak kekuatan untuk berjalan. Jadinya aku hanya menunggu P'Tay dikasurnya sambil berbaring. Aku menunggunya sekitar 10 menit lebih dan diapun datang kehadapanku sambil membawa susu hangat.

Rasa Sakit [OffGun] #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang