14. Tantangan

18 4 0
                                    

FYI gaes, this is second story yang saia buat dan publish disini tapi story yang pertama itu udah di unpublish dan juga ada di akun lain. But, second story rasa first story wqwqwqwq. Happy Reading and... Welcome to the my sweet world!
~AF~


“Jadikan saya salah satu orang penting dalam hidup kamu.”
—Darren Sarfaraz Aldebaran—
.
.
.

Deru nafas Ariel tidak teratur kala ia lagi-lagi gagal memasukkan bola kedalam ring sejauh sepuluh meter dari tempatnya berdiri.
Peluh di pelipisnya pun tak ia hiraukan karena pandangannya masih fokus pada objek di depannya. Hembusan angin malam yang biasanya terasa dingin kini tak lagi ia rasakan. Hanya rasa semangat dan juga tekad kuat yang mendominasi fokus Ariel sekarang.

Semakin ia gagal memasukkan bola kedalam ring, semakin gusar pula pikirannya kala mengingat sebuah perjanjian yang ia buat dengan salah satu kakak tingkatnya siang tadi.

Flashback.

“Jalan tuh pake mata! Nggak liat disini lagi pada latihan apa?!” bentak salah seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh peluh keringat.

Sorot mata tajamnya masih tertuju pada seorang gadis yang tengah terduduk di lantai lapangan sembari menunduk takut.

“Anak cupu dan lemah kaya lo tuh nggak pantes ada disini! Malu-malu in tau nggak?!” geramnya lalu berusaha melempar bola basket yang ada ditangannya sebelum—

Brenti!” ucap Ariel dengan nada dingin nya seperti biasa. Gerakan si gadis itupun terhenti dan menatap Ariel dengan nyalang.

“Siapa lo berani ngatur gue?! Anak fakultas mana lo hah?! Nggak usah ikut campur!”

Ariel tidak mempedulikan ocehan gadis itu, justru ia lebih memilih untuk membantu seorang gadis yang sedang terduduk dilapangan itu.

“Lo nggak papa?” tanya Ariel pada gadis itu.

“Ng—nggak papa.”

“Semua orang di dunia itu sama. Nggak seharusnya lo bersikap begini. Apalagi lo mandang dia dari penampilannya doang.” ucap Ariel lalu membalas tatapan nyalang gadis tersebut.

“Tau apa lo?! ”

“Gue minta jangan nindas orang lagi. Nggak ada manfaatnya juga buat lo. ”

“Gue nggak suka yah di atur-atur sama orang! Apalagi lo orang asing!”

“Udah, lo jangan memperpanjang masalah. Gue berterima kasih banget sama lo tapi—”

“Diem lo cupu! Nggak ada yang nyuruh lo ngomong sekarang!”

“Ma—maaf”

“Dan elo! Kalo lo nggak mau gue nindas orang lagi terutama cewek cupu itu, lo harus terima tantangan gue!”

Ariel sedikit mengernyit bingung dengan ucapan gadis didepannya itu.
Niatnya tadi ke gedung fakultas ini adalah untuk menemui salah satu temannya, tapi ia tidak sengaja melihat seorang gadis yang tengah dipermalukan ditengah lapangan dan akhirnya karena tidak tega ia memilih membantu gadis tersebut.
Ia sama sekali tidak berniat mencari musuh disini, tapi kenapa gadis didepannya itu tiba-tiba menantangnya seolah mengibarkan bendera perang padanya? Padahal mereka tidak saling mengenal.
Tidak mungkin Ariel menerima tantangan dari orang asing begitu saja bukan? Apalagi jika tantangan itu mengarah pada perselisihan, dirinya tidak akan pernah mau. Karena hal itu dilarang.

Ariel [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang