chapter 09

133 8 6
                                    

Say hay dulu! dah lama gak up nih. Pusing aku tuh Mau nulis males karena vote sepi komen apalagi:). Dahlah mengsedih. Cape aku di siderin mulu huhu:((.

Vote atau kucium!:v

***

"Arsen mana tugas IPA kamu?"

"Tugas IPA? Bukannya tugas saya itu cuma mencintai Bu Rosa ya?" Jawab arsen sambil menunjukan senyum tampannya. Namun seisi kelas sudah tertawa karena tingkah arsen yang selalu seperti ini pada guru.

"Arsen jangan bercanda, saya mau mengambil nilai. Ayo bawa kesini tugas kamu" ucap Bu Rosa lembut yang notabenya guru yang tidak gampang marah alias penyabar.

"Iya Bu tapi Sun dulu ping dua ya" Bu Rosa hanya menggelengkan kepalanya pelan, memang harus ekstra sabar menghadapi satu murid ini.

"Jangan mau Bu, ntar rabies kalo nyium Arsen" celetuk Reno.

"Dih ngomongin diri sendiri" ucap Arsen berlalu menuju meja Bu Rosa untuk mengumpulkan buku tugasnya.
Memang arsen sudah mengerjakan namun drama tadi hanya untuk menggoda Bu Rosa saja. Seperti itulah Arsen.

"Hahaha ngaca no ngaca nih gue pinjemin kaca Lala" ledek Devan sambil menyodorkan kaca tepat didepan wajah Reno.

"Singkirin nih kaca dari muka gue. Tau kalo gue ganteng, gue gak mau pamer" ucap Reno sambil menepis tangan Devan yang memegang kaca.

_

Jam menunjukkan pukul 09.15 am. Pertanda bahwa istirahat telah tiba, bel juga baru saja berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas.

"Makan yok makan" ucap Devan sambil menggebrak-gebrak meja pelan.

"Yang ada di otak nih anak cuma makanan herman gue" ucap Reno sambil menoyor kepala Devan pelan.

"Bego banget nih bocil, makanan tuh adanya di perut bukan di otak" jawab Devan tak mau dinistakan.

"Bocil matamu! Bocil-bocil gini bisa bikin yang lebih bocil" ucap Reno sambil membusungkan dan menepuk dadanya dengan bangga.

"Astaghfirullah bukan temen gue" ucap Devan. Sambil mengelus dadanya.

"Ini berdua mirip banget sama Upin Ipin berisik. Tinggal gue botakin" ucap Arsen menatap kedua sahabatnya yang sedari tadi ribut tidak jelas. Sedangkan Arvin hanya terkekeh menikmati keributan.

Mereka berempat keluar dari kelas menuju kantin. Memang sudah sangat ramai. Kini mereka duduk di bangku meja kantin tempat mereka. "Berhubung gue yang mau pesenin, jadi siapa nih yang mau bayarin?" Ucap Devan berdiri sambil menatap ketiga sahabatnya secara bergantian.

"Otaknya bisa banget buat ngakalin kalo soal traktiran" ucap Arsen.

"Tenang Dev ada babang Arsen yang ganteng baik hati nan tajir" ucap Reno membela Devan.

"Muji kalo ada  maunya doang, dasar kampret. Kalo bukan gue siapa lagi yang mau nelaktir kalian?, sungkem dulu sini" ucap Arsen sambil menjulurkan tangannya dihadapan ketiga sahabatnya.

"Dih tangan buat cebok di sodorin" ucap Reno berdecih.

"Gak liat nih tangan kanan? Dasar ogeb" jawab Arsen.

"Kapan mau pesennya nih elah debat Mulu" ucap Arvin yang sedari tadi hanya diam menikmati keributan. Ya memang itulah Arvin menjadi saksi keributan wkwk.

"Pesen kayak biasanya aja biar cepet" ucap Arsen langsung diangguki oleh Devan dan langsung ngacir ke ibu kantin.

Arsen celingak celinguk mencari objek yang ia cari sedari tadi. Namun tak kunjung ia temukan. "Nyari siapa sen?" Tanya Reno penasaran.

My Popular HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang