10

299 58 8
                                    

Kendaraan roda empat berwarna hitam dengan merk yang cukup mendunia berhenti di halaman sebuah rumah. Berjajar dengan beberapa mobil lainnya.

Jeongyeon menggenggam tali dua paper bag yang berisi hadiah; sebuah kalung dari Kun dan jam tangan darinya untuk Gaeun. Menatap rumah yang cukup megah di depannya.

Gaeun terlalu merendah ketika mengatakan pesta kecil-kecilan, karena menurut Jeongyeon dari luar saja pestanya tidak terlihat seperti pesta kecil sama sekali. Walaupun juga bukan termasuk pesta megah.

"Jeong? Kenapa?"

Jeongyeon tersadar dari lamunan singkatnya, menoleh menatap pria tampan disampingnya. Kun dan dirinya malam ini memakai pakaian senada, dalam hal warna. Kun memakai setelan cukup formal berwarna hitam, dan Jeongyeon memakai gaun selutut yang juga berwarna hitam.

Black couple, eh? Ia membatin, tanpa sadar senyum-senyum sendiri. Kun mengangkat alis. Apa Jeongyeon overworked seminggu ini hingga bertingkah aneh?

"Ya, kenapa senyum-senyum sendiri?"

Jeongyeon sedikit tersentak, lagi.

"E-eh, nggak papa kok. Ayo masuk."

***

Gaeun tak terlalu menyukai warna hitam, karena selalu terkesan sedih dan gelap baginya. Sepanjang karirnya sebagai desainer pakaian, ia bahkan juga tak pernah menciptakan pakaian dengan warna full black.

Gaeun juga belum mengerti bagaimana pasangan bisa disebut serasi hanya dari sepintas melihat. Maklum, ia menikah juga karena perjodohan sebab hubungannya sewaktu muda dulu selalu kandas.

Tapi mungkin malam ini, ia jadi beralih menyukai warna hitam. Juga akhirnya mengerti bagaimana 'Pasangan Serasi' terlihat, karena dua sosok yang baru saja datang.

Gaeun yakin, ia belum pernah melihat pasangan se-serasi dan se-elegan Jeongyeon dengan Kun saat mengenakan pakaian full black seperti ini.

"Selamat ulang tahun, Eomma!" Jeongyeon sampai didepan Ibu tirinya, menghambur memeluknya. Gaeun tersenyum, kemudian balas memeluk sang perempuan yang lebih muda.

Kun yang ada disamping Jeongyeon memandang interaksi mereka dengan hangat. Bisik-bisik yang tadi terdengar sudah menghilang setelah Kun melemparkan tatapan sinis. Well ... ia benar-benar akan membuat keberadaannya disini berguna.

Aku kan bersamamu.

Satu kalimat dari Jeongyeon beberapa hari lalu kembali melintas di kepalanya. Membuat ia lantas tersenyum.

"Ini kado dariku dan Kun, Eomma." Jeongyeon menyodorkan paper bag yang ia bawa. Gaeun menerimanya, "Ah, terima kasih banyak!"

Kun mengulurkan tangan untuk berjabat, "Selamat Ulang Tahun, Nyonya."

Gaeun membalas uluran tangannya, "Terima kasih, Kun. Terima kasih kedua karena telah datang. Terima kasih ketiga karena telah membelikan hadiah juga," ucapnya setengah bercanda. Mereka bertiga kemudian terkekeh.

"Ngomong-ngomong, kalian sangat cantik dan tampan malam ini."

"Eomma juga sangat cantik." Jeongyeon membalas. Gaeun kembali terkekeh, "Haha ... kau bisa saja, Nak. Ngomong-ngomong, selamat menikmati pestanya!"

***

Jinwoo berjalan menuruni tangga bersama anak tengahnya, Herin. Mereka berdua harus ke atas tadi karena mengurus tentang hidangan.

Raut wajah Herin berubah ketika melihat seseorang yang sangat ia kenali juga sangat ia benci, "Apa Eomma juga mengundang wanita itu?!"

Kenangan ketika tunangan tercintanya memutuskan hubungan dengannya hanya karena Jeongyeon terputar. Membuat emosi dalam dirinya seketika naik.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang