13

328 45 12
                                    

Bruk!

"Kenapa kau menguntit ka--bukan, kenapa kau menguntit Jeongyeon-ku?!"

Lee Hangyul tidak menyangka keputusannya untuk mampir sejenak di sebuah minimarket hanya untuk membeli minuman membawa petaka.

Teman pria Yoo Jeongyeon, yang ternyata telah menyadarinya, juga ada disana. Hangyul juga tak menyangka pria yang tidak terlihat lebih kokoh darinya itu ternyata jauh lebih kuat, hingga mampu menyeretnya ke gudang terbengkalai disamping minimarket tanpa kesusahan sedikitpun. Walaupun Hangyul memberontak sekuat tenaga. Dan pria itu juga membantingnya kasar ke tembok.

"Yakin mau menutup mulut?" 

Nyeri di punggung Hangyul akibat benturan dengan tembok terasa menghilang begitu saja, digantikan rasa takut yang sangat asing bagi dirinya sendiri, ketika Kun--ah, maksudnya Gon, kali ini--melangkah mendekat. Auranya sangat kelam dan gelap, seakan mencekik dirinya.

Hangyul ragu jika pria ini adalah orang yang sama dengan sosok penuh senyum tadi siang.

"Kau ini bicara apa? Aku tidak menguntit--engh!"

Mata Hangyul terbelalak ketika salah satu tangan Gon melingkar di lehernya. Mencegat udara yang akan masuk atau keluar dari paru-paru. Pria itu semakin menekankan tangannya, mengarahkannya ke atas, membuat tubuh yang lebih muda terangkat hanya beberapa detik berselang.

Hangyul. Benar. Benar. Tercekik!

Pria berjuluk preman sewaktu masih sekolah itu memberontak. Gila! Gila! Gila! Ia yang tidak pernah kalah dalam perkelahian sekarang dengan mudahnya menjadi tak berdaya dihadapan seseorang yang bahkan belum berkeringat sedikitpun.

Sesak, pusing, sakit.

"Cepat katakan atau kau mau mati dengan leher patah malam ini? Aku sudah pernah membunuh loh. Menghilangkan jejak  bukan hal yang sulit."

"Lep--pash ... kan, akhu--du ... lu!" Hangyul yang matanya mulai berkunang-kunang berkata dengan susah payah. Gon menyeringai, melepaskan tangannya. Membuat pria di depannya langsung jatuh terduduk ke bawah.

Hangyul terbatuk-batuk. Menata nafasnya yang tak beraturan. Jika ia tahu Yoo Jeongyeon punya teman yang seperti ini, dia tidak akan menerima permintaan itu. Sialan. Sekarang hidupnya terancam.

"Cepat katakan."

"Herin, uhuk. Yoo Herin yang memerintahku."

"Yoo Herin?" ulang Gon, "maksudmu saudara tiri Jeongyeon?"

Ibu kandung dan Ayah Jeongyeon sama-sama bermarga Yoo setahunya.

Hangyul mengangguk. Kembali ngeri sendiri ketika pria di depannya tersenyum.

Psycho. Orang ini fix psycho.

"A-aku akan berhenti. Tapi kumohon jangan bunuh aku," ucapnya terbata.

"Lalu jika Herin mengancammu?"

Sang alter ego dari Qian Kun kembali menyeringai ketika Hangyul terlihat kebingungan.

"Kau akan melarikan diri ke luar kota, bagaimana?"

"Eh?" Hangyul terkejut.

Tapi benar, ia tak mau mati di tangan psycho ini tapi ia juga tak mau di teror oleh wanita menyebalkan itu. Jadi lebih baik Hangyul pindah ke luar kota dan menghilangkan jejak.

"Bagaimana?"

"Ba-baiklah!"

"Ponsel."

"Ha?"

"Ponselmu."

Dengan patah-patah Hangyul mengeluarkan ponselnya. Gon menerimanya, kemudian mengeluarkan ponselnya sendiri.

"Aku sekarang bisa melacakmu. Kau tahu akibatnya jika berbohong kan?"

Hangyul mengangguk, "I-iya! Aku paham!"

***

"Kau lebih suka rasa coklat atau vanilla, Kun?"

"Ehm ... coklat."

"Eung? Tumben, biasanya kau lebih suka vanilla," ujar Jeongyeon sambil menyodorkan es krim corong rasa coklat pada sahabatnya.

Gon--yang masih menguasai tubuh sejak kemarin--hanya tersenyum. "Hanya ingin merasakan hal baru."

Jeongyeon tadi baru akan bersantai sambil membaca novel dan memakan es krim, setelah mempersiapkan soal Ulangan Harian untuk satu kelas besok, ketika pria itu datang. Dan beginilah akhirnya.

"Besok ada UH?"

"Iya," Jeongyeon membalas, beranjak untuk membuang bungkus es krimnya sekaligus milik sang pria ke tempat sampah.

"Untuk kelas apa?"

"2-2."

"Kelas yang nilai rata-rata Bahasa nya hampir sempurna itu?" tanya Gon lagi. Jeongyeon mengangguk, "Ya. Kelas yang ... unik? Entahlah. Mereka sangat beragam."

"Aku juga banyak mendengarnya," balas Gon sambil menggigit es krimnya dengan biasa. Tanpa merasa ngilu sama sekali.

"Aku pinjam bukumu ya?"

"Oke."

Menit-menit berikutnya mereka terfokus pada buku di tangan masing-masing. Sambil sesekali berkomentar tentang isi buku dan menyahuti komentar satu sama lain. Sampai kemudian, ponsel Jeongyeon berbunyi.

"Jisoo? Kenapa lagi bocah ini."

"Dia lebih tua darimu, ngomong-ngomong."

"Usianya mungkin. Tapi tingkahnya tidak,"  Jeongyeon menerima panggilan di ponselnya, "Yeoboseyo? Ada apa?"

Semenit setelahnya, es krim Gon habis. Termasuk cone nya. Pria itu melirik Jeongyeon yang terlihat mengomel pada Jisoo melalui ponsel. Tersenyum geli. Pandangannya kemudian turun.

Es krimnya meleleh, ia membatin. Lalu mengernyit ketika sebuah pemikiran tak pantas mampir di kepalanya saat melihat lelehan itu turun perlahan ke punggung tangan Jeongyeon yang masih belum sadar.

Sial. Kun saat ini tidak tertidur, hanya tersingkir. Sang pemilik tubuh asli itu pasti akan mengomeli Gon nanti, tapi ia tak peduli.

Gon menggeser posisinya menjadi lebih dekat, menarik tangan Jeongyeon yang memegang es krim. Perempuan itu meliriknya kaget, tapi tetap membiarkannya. Sang pria tersenyum kecil, meletakkan bukunya, mengambil es krim perempuan itu. Kemudian kembali menarik tangan Jeongyeon yang terkena lelehan es krim. Membersihkannya--

dengan lidah.

Jeongyeon tersentak. Berdesir ketika benda lunak itu kembali menyapu lembut punggung tangannya. Menatap pria yang ia kenali sebagai Kun, yang bahkan tak meliriknya sama sekali dengan terkejut campur bingung.

"Jeongyeon? Ya! Yoo Jeongyeon, kau masih ada disana kan?"

"Ah i-iya, Jisoo. Aku masih disini."

"Eh? Kenapa suaramu jadi lemas begitu?"

"Ti-tidak apa-apa! Sampai dimana kita tadi?"

Dua menit setelahnya, urusan Jeongyeon dan Jisoo selesai. Perempuan Yoo itu mematikan sambungan telepon, kemudian menoleh patah-patah pada Kun yang telah kembali fokus pada bukunya.

"K-Kun?"

"Tanganmu kotor, jadi aku membersihkannya. Tak apa kan?" tanya pria itu balik, dengan senyum di bibir juga matanya.

Lalu gunanya saya disini apa, Tuan?
-Tisu pack kecil di kantong celana Gon-

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang