24

5.4K 316 30
                                    

Marybel mengerjap - ngerjapkan matanya, berusaha untuk mencari fokus. Semalam tidurnya sangat nyenyak sekali. Dia ingin mengambil gulingnya tetapi dia mendapati seseorang yang tidur di sebelahnya. Perempuan itu langsung menoleh, kemudian tersenyum manis.

"Alano." Gumam Marybel pelan. Perempuan itu langsung memeluk Alano dari samping. Badan lelaki itu memang jauh lebih besar daripada badannya sendiri tetapi dia sangat nyaman berada di pelukan lelaki tersebut.

Alano menggeliat ketika merasa ada yang mengelus - elus dadanya. Diambilnya tangan lentik tersebut dan ia menciumnya dalam keadaan masih terpejam.

"Apakah Marybelku sudah bangun ?" Tanya Alano dengan suara yang serak. Marybel segera bangkit dan tangannya menyangga badannya agar bisa melihat Alano secara jelas. Lelaki tersebut ikut membalikkan badannya untuk menatap Marybel. Seketika senyum Marybel sirna ketika ia melihat sesuatu di wajah Alano.

"Ada apa dengan hidungmu ? Apa kau baru saja bertengkar dengan seseorang ?" Marybel bertanya dengan tatapan khawatirnya. Dia tahu jika Alano adalah seorang mafia dan pukul memukul adalah hal yang biasa dalam dunianya. Tetapi ia tetap saja khawatir pada lelaki tersebut mengingat Alano selalu menutup semua masalahnya.

"Tak apa, sebentar lagi memarnya akan hilang sendiri." Alano meyakinkan wanita itu jika ia baik - baik saja. Marybel melipat kedua tangannya di perut, seakan meminta penjelasan lebih pada Alano. Alano justru tertawa melihat Marybel yang mulai merengut sambil membuang wajahnya dari Alano.

"Ini sebuah pertengkaran biasa sayang, kau tak perlu khawatir. Justru seharusnya aku yang khawatir padamu." Nada bicara lelaki itu berubah yang membuat Marybel menolehkan wajahnya pada Alano lagi.

"Apa yang terjadi semalam hingga membuatmu bersedih ?" Alano mengelus lembut pipi Marybel. Perempuan itu tersenyum kemudian memgambil tangan Alano dan menciumnya perlahan. Marybel membaringkan badannya lagi pada lengan Alano yang kokoh. Seperti biasanya, perempuan itu selalu suka ketika Alano memeluknya.

"Tak apa. Aku terbangun dengan mimpi buruk, tapi kali ini berbeda."

"Apakah kau mau menceritakan tentang mimpi burukmu itu ?" Alano memberanikan diri bertanya pada Marybel. Perempuan itu terdiam lama dengan nyali maju mundur untuk menceritakan mimpi buruknya pada Alano.

"Aku tidak memaksa jika kau tak ingin." Alano melengkapi kalimatnya tadi. Ia rasa Marybel memang belum siap cerita padanya.

"Aku bermimpi aku ada di tengah lautan sendirian. Aku terduduk di sebuah sampan kecil berwarna coklat. Tidak ada dayung jadi aku tak bisa bergerak." Marybel memutuskan untuk menceritakan mimpinya pada Alano. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama, tak berusaha untuk memotong cerita Marybel.

"Langitnya sangat gelap seperti akan terjadi badai. Laut itu sangat tenang awalnya. Tiba - tiba ada gelombang besar yang menyebabkan aku terguling masuk ke dalam lautan. Sangat dalam dan gelap. Aku takut, lautan itu seperti tak berdasar. Aku berusaha berenang ke atas untuk mencapai permukaan. Namun semakin aku berusaha, dadaku terasa semakin sakit."

"Ketika aku berhasil mencapai permukaan, di saat itulah aku terbangun. Awalnya kukira rasa sakit di dadaku hanya terjadi dalam mimpi. Tetapi ketika aku bangun, rasa itu sangat nyata Alan, aku merasakan dadaku memang sakit."

Alano mendengarkan Marybel baik - baik. Tiba - tiba dia teringat ucapan Jef semalam.

"Aku rasa Marybel perlu mendapatkan perawatan dari psikiater."

"Alano, apakah kau mendengarkanku ?" Marybel menginterupsinya. Dia tak mendapat tanggapan apapun dari Alano setelah ia selesai menceritakan mimpinya. Lelaki itu justru melamun.

POSSESSION : Legacy of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang