#7 - Kencan

21 2 0
                                    

Antrean di gedung bioskop EMPIRE XXI terbilang sepi. Tidak heran, ini baru sekitar pukul sebelas. Terlebih lagi sekarang bukan akhir pekan. Kebanyakan orang masih di sekolah atau di kampus, atau di tempat kerja.

Arlette meminta Arcana duduk menunggu sementara ia membeli tiket dan popcorn. Dia kembali ke sisi Arcana sekitar lima menit berikutnya. Kedua lengannya penuh dengan sekotak popcorn dan dua gelas cola. Tiket dia kantongi di saku celana sports yang dia kenakan. Dia nampak sedikit kepayahan.

" Kak. Yuk masuk. Filmnya sepuluh--menit lagi mulai. Huft. " ajaknya dengan napas pendek-pendek.

Arcana mendongak dan kaget, " Astaga! Mana sini Kakak bawain! "

Tanpa menunggu jawaban Arlette, dia mengambil popcorn dan satu gelas cola. Hanya tersisa satu gelas cola lagi di tangan gadis itu, tapi saat Arcana mau mengambilnya, Arlette menolak.

" Udah, ini punyaku, jadi aku yang bawa. " katanya. " Yuk masuk. "

Arlette berjalan menuju CINEMA 4, mendahului Arcana yang tertinggal di belakang. Pemuda itu menatap punggung sang adik. Gadis itu mengenakan setelan olahraga yang longgar dan simpel berwarna lavender pucat, dengan tas selempang putih yang juga sederhana, namun begitu dia terlihat begitu cantik hingga Arc khawatir semua laki-laki yang melihat Arlette akan jatuh hati. Kemudian pemuda itu terkekeh, mudah sekali adiknya ini mengubah mood nya jadi lebih baik. Jauh lebih baik dibanding tadi. Yah, meskipun sebenarnya akar dari mood buruknya hari ini juga Arlette. Namun peduli apa? Begini saja dia sudah senang.

Dia menghampiri sang adik sedikit berlari, " Dek, kamu milih film apa tadi? "

" Oh, ya jelas dong, The Last Airbender The Movie! Favorit kita dari jaman kita kecil! " jawab gadis itu bangga. Arc tertawa.

" Kirain bakalan milih Harry Potter. " tuturnya.

" Ehh, Harry Potter masih beberapa minggu lagi. " Arlette mengibas-ngibaskan tangannya. " Besok aku mau beli tiketnya online aja, temenin nonton ya Kak! "

" Boleh, aku lumayan suka juga. Part pertama dari sekuel terakhir ya? "

Arlette mengangguk semangat. " Tau sih, namanya film tuh emang nggak bisa sebagus bukunya, tapi tetep aja pengen nonton. "

Arc tersenyum geli. " Besok biar aku yang beli tiketnya. Oke? "

" 'Kan aku yang ngajak ya aku yang bayarin dong Kak! "

Arc menggeleng.

" Tapi Kak-- "

" No buts. No denials. Atau kamu harus aku cium dulu biar nurut? Hm? "

Arlette mengkeret. Dia seketika teringat kejadian tadi pagi, di mana Arc mengecup pipinya di depan teman-teman kuliahnya. Tanpa bisa dia kendalikan, wajahnya memerah, sangat merah hingga telinga.

" O-oke. Aku nurut Kakak. " gadis itu menyahut lirih.

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩


Sudah pukul setengah delapan malam ketika Arc menengok arloji di pergelangan tangan kirinya. Dia duduk di salah satu bangku kecil di pilar toko buku GRVMEDIA, menunggu Arlette yang tampaknya masih bingung memutuskan buku mana yang akan ia beli.

Pemuda itu mengeluarkan ponsel dari kantong jaketnya. Ada beberapa pesan masuk, juga panggilan tak terjawab. Tertulis nama adik-adiknya, juga Papa Mama di situ. Orang tuanya menelepon sekitar lima-tujuh kali, Biru dua kali, Devo dua kali dan Nawas sepuluh kali. Pesan dari adik bungsunya itu juga yang paling banyak.

Let's Getting Old Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang