#10 - Alsakhi: Pesaing Terkuat

23 2 0
                                    

Tak hanya Arcana yang penuh kegiatan, sekarang Arlette juga mulai sibuk organisasi. Dia terpilih menjadi salah satu anggota OSIS. Bukan jabatan yang tinggi, dia hanya anggota biasa dari bagian umum. Pekerjaannya tak banyak, karena tugas untuk bagiannya pun hanya sedikit, itu juga sudah dibagi rata. Namun tiap ada kegiatan gadis itu selalu diminta jadi fotografer. Dia senang, setidaknya hobinya dalam mengambil gambar ada gunanya juga.

Meski tugasnya hanya itu-itu saja, Arlette termasuk anggota yang rajin dan serius. Tiap ada rapat dia tak pernah absen, bahkan kadang dia memberikan solusi yang ternyata sangat cemerlang. Otomatis dia jadi kesayangan anggota inti OSIS yang terdiri dari para senior. Dia jadi dekat dengan kakak-kakak kelas meskipun dia lebih banyak mendengar daripada bicara. Dan sialnya, hal itu menyebabkan anggota lain--yang hanya jadi 'anggota hantu', hanya numpang tenar tanpa mau ikut berperan aktif--jadi iri dan menjauhinya. Tapi toh ini bukan pertama kalinya terjadi. Maka dia tak mau ambil pusing.

" Arlette. Sini. " panggil salah seorang seniornya.

Dia sedang duduk di pinggiran koridor depan ruang OSIS, menyortir galeri foto di ponsel yang ia genggam. Dengan ekspresi bertanya-tanya, gadis itu mendongak. Ternyata itu suara sekretaris OSIS, yaitu Alsakhi Damarlangit. Pemuda yang duduk di kelas XI IPA 2 ini punya wajah yang tampan, badan yang ramping, dan tubuh yang lumayan tinggi. Mungkin sama tingginya dengan Iwan.

Sejujurnya, Arlette sedikit menghindari Alsakhi. Seniornya ini sering membuat gadis itu kesal. Pemuda itu terlihat kalem, tapi kalau sudah melihat Arlette, usilnya ternyata tak ketulungan. Dan usilnya agak aneh. Misalnya, membuat gadis itu mengambil banyak gambarnya, kemudian berkata, " Masternim, puas ya moto-motonya? ". Atau, ujug-ujug dia bilang dia mau Arlette jadi kekasihnya. Arlette yang sudah terlanjur jengkel dengan semua keusilannya, tak bisa menganggap bahwa Al serius.

Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya, menyuruh Arlette mendekat. Dia ingin pura-pura tidak lihat dan tidak dengar, namun sayangnya tadi dia sudah terlanjur bertemu pandang dengan pemuda itu. Mau tak mau gadis itu bangkit, menyimpan ponselnya di kantong roknya, dan menghampiri si senior, yang berdiri di halaman sekolah, di bawah bayang-bayang pohon besar di situ.

" Ya Mas? Ada tugas apa? "

" Kamu bawa hape 'kan? "

" Iya bawa. Kenapa? "

" Buka kamera. Terus, coba deh... " seniornya itu menatap langit dengan tangan bersedekap. Arlette jadi ikut-ikutan melihat ke atas. Namun dia tak bisa menemukan objek menarik yang sedang dilihat senior tampan di sebelahnya itu.

" Apa sih Mas? "

Dengan wajah datar, Alsakhi bilang, " Maksudnya, kamu foto aku dong, dari agak bawah gitu. Biar keliatan agak menjulang, terus pura-puranya candid. A la a la anak hits gitu lah. Gimana sih kamu. "

Gadis itu mencubit lengan seniornya keras.

" Aduh! "

" Mas Alsakhi nih yang 'gimana sih'! Mana aku ngerti kalo Mas nggak bilang minta difotoin! " omelnya. " Lagian apaan, sok kegantengan amat. Heleh. "

" Emang ganteng kok aku. " tukas Alsakhi dengan wajah yang masih datar.

" Kalo Mas pedenya kelewatan gitu gantengnya jadi ilang, plis deh astaga. "

" Berarti aku emang beneran ganteng. "

Arlette terlihat lelah. Dia mendengus tak peduli.

" Udahlah Mas, capek aku dengernya. "

Tanpa mengacuhkan ucapan Arlette, Alsakhi malah menyahut tidak nyambung, " Nah, makanya Arlette, kamu jadi cewekku aja, oke 'kan? "

" Enggak oke lah! Ngaco dasar! "

Let's Getting Old Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang