#12 - Medical Check Up

23 2 0
                                    

Repsol biru bermuatan dua muda-mudi terhenti cukup lama di seputaran Jalan Jenderal Sudirman. Arcana mengeluhkan hari itu yang macet--tak mengejutkan, sebenarnya, karena tiap hari memang seperti itu--dan meminta maaf pada Arlette yang membonceng. Gadis itu berkata ia sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut.

Alsakhi kemudian menanyakan hal yang sejak tadi mengusik benaknya. " Dek, kenal sama Alsakhi? Dia anak kelas 11. "

" Lah? Kak Arc tau Mas Al? " sahut Arlette kaget.

'Mas Al', dia bilang?

Dada Arc berkedut nyeri. Pemuda itu tersenyum kecut, " Baru tau tadi, pas mampir ke Ruang OSIS bentar. "

" Kenal sih, dia sekretaris OSIS. Kenapa? "

" Kata Tommy, tuh anak sering gangguin kamu. Bener ya? "

" Ha, haha, sering banget, sampe pengen aku sambel rasanya. " sang adik tertawa dengan dibuat-buat.

Arc bisa menangkap nada kesal dari suara adiknya. Namun dia juga merasakan ada sesuatu yang aneh dan mengganjal. Sesuatu yang tak dia sukai. Ada nada asing yang tersirat, namun Arc tak tahu apa itu. Dia hanya bisa diam.

" Oh iya Kak, dua hari lagi aku mau ke MDN Hospital. " kata Arlette tiba-tiba.

" Hah? Ngapain? "

" Oh, emm, mau medical check up. " jawab Arlette salah tingkah. Khawatir alasannya untuk check up ketahuan. " Sebenernya nggak sengaja juga. Jadi beberapa hari yang lalu aku keceplosan bilang, aku perlu ke dokter. Nggak taunya ada Mas Alsakhi di situ dan dia denger. Trus dia malah langsung bikin appointment di sana. Katanya omnya Mas Al itu ownernya MDN. "

" Alsakhi lagi. " sergah Arc kesal. " Kenapa Alsakhi terus sih Dek? Ergh! Aku tambah jengkel jadinya! "

" Heh? "

" Udah, lupain aja. Jadi, lusa? Jam berapa? Aku temeni ya? "

" Oh, eh, ya kalo Kakak nggak ada acara sih nggak papa. " kata gadis itu. " Besok Sabtu, jam dua siang. "

.
.

Dua hari kemudian...

Sabtu siang, Arlette jadi pergi ke MDN Hospital. Dia mengenakan skinny jeans panjang warna putih, kemeja kedodoran berwarna lavender, dan lace tanktop sebagai dalamannya. Rambutnya diikat ekor kuda seperti biasa. Di kakinya terpasang running shoes yang juga putih.

Dengan sigap gadis itu mengenakan jaket dan helm, lalu naik ke boncengan motor biru. Arcana sudah naik duluan, dan sang kakak menyuruhnya berpegangan erat.

" Nanti berarti langsung konfirmasi ke admin pendaftaran ya Dek? "

" Iya, nanti sama Mas Al juga. Dia udah nunggu di lobi katanya. "

" Dia lagi?! "

" Eng, soalnya yang bikin appointment dia Kak. Katanya biar lebih gampang juga ngurus macem-macem, sekalian biar nggak antre. "

" Ya udahlah, yang penting nanti sama aku juga. " Arc menegaskan. Dia sempat bergumam, " Nggak akan aku biarin kamu deket-deket, Alsakhi. "

" Hah? Barusan bilang apa? "

" Nggak, nggak ada. "

Dua puluh menit kemudian, keduanya sampai di MDN Hospital. Motor diparkir di basement. Setelah itu keduanya menggunakan lift terdekat. Mempersingkat waktu mereka untuk naik ke lantai ground.

Keluar dari lift, dua bersaudara itu menyusuri bagian dalam mall. Mereka harus keluar melalui pintu depan untuk menuju lobi rumah sakit yang memang jadi satu bangunan dengan mall itu.

Let's Getting Old Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang