Jennie POV
Hari demi hari berlalu, aku tidak pernah terlibat suatu perbincangan dengan Lisa. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, setiap makan malam, sarapan pagi, saat ia latihan di taman belakang untuk pertunjukan dancenya dan waktu-waktu lainnya dimana keberadaanku tidak disadari olehnya.
Berbeda dengan ia dan Jisoo unnie, mereka semakin hari terlihat semakin dekat. Mereka sering makan siang bersama, aku juga sering melihat Lisa dan Jisoo unnie ngobrol di koridor. Hatiku tentu saja sakit melihat mereka, apalagi Lisa terlihat tertawa lepas saat bersama Jisoo unnie. Lisa seperti benar-benar tidak merasakan kehilanganku, aku hanya bisa tersenyum kecut menyadarinya.
Sama seperti halnya saat ini, aku berdiri di depan kaca kamarku yang berada di lantai dua dan melihat Lisa sedang duduk di taman belakang asrama bersama Jisoo unnie. Jisoo unnie terlihat menghampiri Lisa tadi saat ia latihan dance, karena besok adalah hari pentas seni makanya Lisa berlatih keras malam ini. Tapi harusnya Lisa tidak begitu, ia bisa kelelahan dan tampil dengan tidak maksimal besok.
Tapi siapa aku yang mengkhawatirkannya? Ku rasa ada Jisoo unnie yang bisa menegurnya dan lebih tau apa yang dibutuhkan Lisa saat ini, istirahat ataupun terus latihan.
Cukup, rasanya aku sudah cukup untuk menyaksikan kedekatan mereka berdua di bawah sana. Aku akan berbaring di kasur empukku dan mengabaikan apa yang terjadi antara mereka malam ini.
***
"Jen, kau sudah menyiapkan pidatomu untuk nanti?" Jisoo unnie bertanya padaku saat ia masuk ke ruangan khusus untuk ku.
"Sudah" Aku menjawab tanpa menoleh padanya, aku hanya memerhatikan kertas yang bertuliskan kalimat pidato yang harus ku sampaikan nanti.
"Baiklah, semoga kau sempurna seperti biasa" Ucapnya sambil mengelus pundakku lembut dan keluar dari ruanganku.
Memang begini, Jisoo unnie tidak berubah sama sekali padaku. Ia masih tetap seperti Jisoo unnie yang biasanya, perhatian dan berusaha untuk selalu ada. Tapi aku, aku tidak bisa seperti biasanya dengan dia. Sikapku yang sudah dingin menjadi makin dingin.
"Jen, kau harus segera ke aula" Kali ini Wendy unnie memberitahuku.
"Aahh unnieeee" Akupun bergelayut manja dalam pelukannya, memang beginilah aku. Berusaha terlihat biasa saja tapi sebenarnya aku cukup grogi.
"Hahah, manja sekali. Kau bisa Jen, tentu saja kau akan menawan seperti biasanya" Wendy unnie menenangkanku dengan kata-katanya yang manis itu serta tangannya mengusap punggungku.
"Kau akan terus begini?" Tanyanya karena aku masih betah memeluknya.
"Uhm, aku malas ke aula" Jawabku mengangguk di pelukannya tanpa melepaskan pelukan ini.
"Benarkah? Lisa menggunakan crop top yang menurutku uuhhh~ menggoda" Bisiknya pada kata terakhir di telingaku, sontak aku yang awalnya memejamkan mata karena nyaman langsung membuka mata dan melepaskan pelukan ini.
"Kajja" Akupun berjalan keluar ruangan lebih dulu darinya.
"Jeen!! Katanya kau malas!" Wendy unnie berteriak di belakangku.
Apa-apaan itu, tentu saja tidak jika itu menyangkut Lisa pujaan hatiku yang hampir seminggu ini tidak bisa ku sentuh. Sedih sekali nasib ku.
Aku berjalan masuk ke aula dan duduk di kursi khusus dimana yang disebelahku adalah rektor. Ia melihatku dan sedikit menurunkan kaca matanya.
"Lama sekali" Ucapnya yang tidak ku jawab. Memang hubunganku dan dia tidak begitu baik, dia nyinyir sekali padahal laki-laki. Lagipula, kenapa daddy menyuruhnya yang menjadi rektor, aish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort You - JENLISA ❤
Fiksi PenggemarCerita ini mengisahkan seorang Lalisa Manoban yang di transfer dari Universitas lamanya di Korea Selatan menuju Universitas yang sekarang berdiri di Swiss. Universitas barunya bukanlah sekedar Universitas biasa melainkan Universitas yang khusus untu...