8. Permulaan

941 64 3
                                    

Orang-orang menyebutnya Park Jimin, pemuda tanggung dengan senyum yang menawan, perangai yang ramah, pria yang tetap baik hati meski telah menolak pernyataan cinta dari banyak gadis. Gambaran sempurna dari kekasih impian, minus kegemarannya bergunta ganti pasangan orang-orang tetap menyukai Park Jimin.

Siang ini Jimin tengah pergi bersenang-senang bersama beberapa temannya, namun kelihatannya Jimin sedang tidak menikmati suasana. Terlihat sejak tadi hanya duduk diam dengan pandangan menerawang.

"Kau tak apa, Park?" Tanya Jackson Wang,
temannya yang satu ini memang peka terhadap perubahan raut wajah suram Jimin. Mereka berteman sejak semester pertama, tentu saja mudah bagi Jackson untuk menebak bahwa suasana hati pemuda Park sedang tak baik-baik saja.

"Ah, kurasa aku hanya bosan Jack."

"Pestaku membosankan ya? Maaf kalau begitu."

"Bukan seperti itu."

"Lalu seperti apa?"

"Entahlah. Jack, kau pernah patah hati?"

"Aah~ jadi ini masalah hati ya. Kenapa memangnya dengan Don juan kita satu ini? Siapa yang berani menolakmu?"

"Bukan menolak. Aku baru saja mengetahui satu hal yang membuatku patah hati. Apa aku kurang tampan?"

"Kau bercanda? Kalau aku uke sudah pasti akan mengejarmu. Yang berani mengataimu jelek pastilah punya penyakit rabun."

"Lebih tampan siapa, aku atau Kim Taehyung?"

Jackson mengerutkan keningnya, Kim Taehyung? Bukannya dia termasuk teman dekat Jimin. Apa orang yang mematahkan hati Jimin itu Taehyung? Atau menyukai Taehyung?

"Kalian berdua tampan tentu saja." Jackson berujar netral.

"Jack, kau sudah mengenalku lumayan lama. Apa kau akan percaya kalau aku dan Taehyung bersaudara?" Jimin terlihat serius, itu kali pertama Jackson melihat binar Jimin yang biasa ceria sekarang seolah meredup.

"Kau mabuk, man. Ayo, kuantar ke atas. Kau tidur saja di kamarku." Jackson menarik Jimin, sedang sang korban hanya mengikuti gontai dan pasrah.

Selalu.
Selalu saja Kim Taehyung.
Apa aku selamanya hanya akan jadi bayangan Kim Taehyung?
Taehyung begini,
Taehyung begitu.
Bahkan kau juga tak mempercayaiku Jack.

Sialan.

***

Satu minggu setelah kejadian buruk yang menimpa dan mengharuskannya membolos selama 2 hari dengan alasan sakit, Jungkook sudah sehat kembali, dia juga kembali bersekolah dengan ceria. Seolah kejadian itu tak pernah terjadi.
Dan entah kenapa rasanya hari ini Dia begitu bersemangat. Mungkin karena Dia akan sekelas lagi dengan teman barunya, si pemuda bermarga Kim yang beberapa hari terakhir menjadi teman mainnya.

"Jungkook!"

Seseorang memanggil namanya lantang, secara reflek si pemilik nama langsung menghentikan langkah menuju kelas dan membalikan badan. Keningnya berkerut melihat siapa yang memanggilnya barusan.

"Park Jimin? Kau memanggilku?" tanya Jungkook

"Tentu saja. Memang siapa lagi pemilik marga Jeon Tampan Jungkook? Tapi menurutku kau Cantik." Jimin berujar diakhiri senyum simpul yang menawan.

"Tidak mempan. Ada urusan apa?"

"Ingin menitip ini untuk Taehyungie. Kau sekelas dengannya hari ini kan?" Jimin mengangsurkan Paperbag berwarna coklat muda di tangannya.

"Baik. Nanti aku sampaikan."

"Terima kasih Jungkook. Dan bolehkah aku meminta nomormu? Untuk memastikan titipanku tersampaikan atau tidak?" Jimin mengacungkan ponsel mahalnya.

Jungkook terlihat berfikir, apakah pemuda di depannya ini sedang berusaha mendapat nomornya atau memang Dia tipe orang yang sukar percaya. Kenapa tidak langsung memberikan barang pada Taehyung kalau memang tidak percaya, kenapa harus repot-repot menitip padanya.

"Jim? Sedang apa kau disini?" Taehyung datang mengejutkan mereka berdua.

"Tae! Aku mengantar sarapan untukmu. Katanya kau ingin Bagelen. Aku berniat menitipkannya pada Jungkook untukmu." Jimin berujar ceria.

"Menyuapku supaya tidak mengadu pada Jin Hyung ya? Ck. Menyusahkan saja. Aku sampai berbohong karena kau tidak pulang semalam."

"Kau memang yang terbaik, terima kasih Taetae-ya. Kalau begitu aku pergi ya." Jimin meninggalkan Taehyung yang merotasikan matanya malas.
Jungkook yang sedari tadi hanya diam memperhatikan masih mematung di tempatnya. Entah Taehyung menyadari atau tidak, tapi Jungkook merasa Pemuda Park yang meninggalkan mereka barusan mengedipkan sebelah mata dirinya.

Selempar wink yang tampan.

Jungkook menggelengkan kepalanya, mengusir bayangan reka adegan wink Park Jimin.

"Jungkook? Kau tak apa-apa?"

"Ah, aku baik Taehyung. Ini titipan Jimin tadi." Jungkook mengangsurkan paperbag yang tadi diterimanya.

"Untukmu saja. Aku sudah sarapan di rumah."

"Tapi Jimin membelikannya untukmu. Tidak baik menolak pemberian orang seperti itu Taehyung." Jungkook menasehati yang hanya ditanggapi dengan helaan nafas oleh Taehyung.

"Baiklah, kita makan berdua ya? Kau duduk lagi denganku kali ini. Kita harus mempresentasikan tugas minggu lalu."

"Tentu." Jawab Jungkook diakhiri dengan senyum yang menurut Taehyung sangat manis, bahkan Wine mahal yang pernah diteguknya pun kalah manis dengan lengkung bibir Jungkook.

Tak ingin merasa kalah, Taehyung pun mmbalas dengan senyum terhangatnya untuk Jungkook. Berharap si korban merasakan hal yang sama dengannya.

Dan itu terbukti dengan pemikiran Jungkook yang langsung terbaca oleh kemampuannya.

Astaga, yang ini lebih mendebarkan dibanding kerdipan mata. Diam kau Jantung sialan, jangan berdegup terlalu kencang!

***

Jimin melangkahkan kakinya di lorong sekolah dengan santai, hanya di sekolah dia merasa tak perlu ragu untuk menunjukan pesonanya. Selain gadis gadis cantik dan pria pria manis yang menyegarkan pandangan, perasaan dikagumi dan diperhatikan sedemikian rupa selalu membuatnya bahagia, meski sedikit.

Dari ujung lorong, Dia melihat Min Yoongi berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.

"Selamat pagi Mr. Min " sapa Park Jimin ramah, membuat satu kerutan samar tercipta di kening pucat Min Yoongi.

"Pagi Park. Kenapa tidak masuk kelas? Pembelajaran sebentar lagi dimulai bukan?" Min Yoongi berujar tegas pada murid (sekaligus mantan kekasihnya) itu.

"Sedang mengurus perpindahan jadwalku, aku mengganti kelas musik modern, kurasa aku tak begitu ahli. Jadi aku mengambil kelas anda Mr. Min" Jawaban Jimin yang lugas dan jelas mengagetkan Min Yoongi.

"Jadi, sampai Jumpa besok di kelasmu Mr. Min." Jimin tak menunggu gurunya memberikan respon, membungkukkan sedikit tubuhnya dan langsung meninggalkan Min Yoongi yang masih mematung di tempatnya.

Yang benar saja, takdir seperti membuatnya terus terjebak dengan pemuda bermarga Park tersebut. Mau tak mau Min Yoongi akan berhadapan lagi dengan mantan kekasih yang diputuskannya begitu saja 4 bulan yang lalu.

***

Tbc

Notes : sorry for been so late update xx

Royal Bloods || Taekook!Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang