7

36 5 2
                                    

Tok tok

Rara mengetuk pintu ruang bk pelan, Tanpa mendengar Intrupsi masuk, ia nyelonong sesuka hati dengan muka datarnya

Disana sudah ada Pak kohar yang menatap kedatangannya dengan malas, tak lupa dengan ekpresi Ananta yang kelewat songong

Keduanya berdiri didepan Pak kohar yang memandang mereka intens. 10 menit berlalu, Pak kohar masih diam membisu membuat Ananta berdecak malas

"Elah Pak! Ngomel ya ngomel aja! Pegel nih kaki saya berdiri mulu! Enak kalo disuruh duduk lah ini?! Berdiri disini kek patung!" Ananta angkat suara jengkel

Pak kohar menghembuskan nafasnya lelah, sedetik berikutnya ia bersuara "kalian gak capek apa berantem terus?! Saya yang ngeliatnya aja capek! Masa kalian gak capek!"

"Salah siapa? Orang saya gak nyuruh bapak liat kok!" Rara angkat bicara

"Kan saya punya mata!" Balas Pak kohar sewot

Rara menatap Pak kohar datar.

"Suka suka bapak ajalah iya! Capek saya mau nikah aja!" Ucap Rara ngelantur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suka suka bapak ajalah iya! Capek saya mau nikah aja!" Ucap Rara ngelantur

Pak kohar menghembuskan napas terakhirnya, g.

"Saya gak tau lagi gimana caranya buat kalian akur kayak dulu lagi! Capek saya ngehukum kalo kalian masih ngulangin lagi juga! Kalian harusnya damai kan?! Kalian itu saudara tiri! Harusnya bisa nerima satu sama lain" Wejangan panjang kali lebar Pak kohar sudah terdengar

Ya! Seantero sekolah pun sudah tau kalau Ananta dan Rara adalah saudara tiri. Biasalah lambe turah dimana mana.

Ananta berdecih mendengarnya membuat Pak kohar melotot garang "Saya gak akan sudi sampai kapan pun nerima dia sebagai saudara tiri saya!" Ucapnya sambil menunjuk kearah Rara yang mematung

Pak kohar lagi lagi menghela nafas, untung nafas gak bayar, tercatat bangkrut kalo Pak kohar sering nafas.

"Kalian beneran gak mau saling nerima satu sama lain?" Tanya Pak kohar mengajak kompromi

"Gak" sentak keduanya membuat Pak kohar mengerjabkan matanya dua kali, kaget.

"Terserah kalian sajalah! Pokoknya besok panggil kedua orang tua kalian kesekolah ini! Keputusan saya mutlak! Dan saya gak mau nerima penolakan!" Putus Pak kohar sembari menyerahkan dua amplop coklat berisi surat pemanggilan wali murid

"Pak----" baru saja Rara ingin protes, Pak kohar sudah mengeluarkan tatapan mautnya

Rara menghela nafasnya, mengambil amplop itu dan berlalu pergi tanpa permisi

Ia termenung, ini memang bukan surat pemanggilan orang tua yg pertama ia dapat, namun tentu saja ia malas berdebat nanti dengan bunda nya jika hal ini menyangkut pasal saudara tirinya.

Asik asik termenung diam sambil berjalan, ucapan sesosok makhluk astral berwujud Ananta mengganggunya

"Heh! Ini semua gara gara lo ya, Ra! Najis banget! Lo denger! Sampai kapan pun bahkan mau dikasih uang berapa trilliun pun gua gak bakal mau nerima lo sebagai adek tiri gua!" Ucap Ananta lantang, ternyata ia belum puas mencari masalah dengan Rara

Rara memutar badannya menghadap Ananta, Ia menjentikkan jarinya beberapa kali tepat di depan wajah Ananta, "Lo dengerin baik baik omongan gua ini, Nan! Suatu saat nanti lo bakal nerima gua sebagai adek tiri lo dengan suka rela! Inget! Jaga ucapan lo! Lo pasti akan nerima gua kapan pun itu!" Ucapnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Ananta yang mematung

•••

Rara memasuki halaman rumahnya, Rumahnya terlihat ramai, Ya! Setelah menerima amplop berisi surat dari bk, Rara bergegas pulang, ingin mengistirahatkan raga juga jiwa nya.

"Assalamualaikum" Ucapnya dengan lesu, Semua pasang mata menatap kearahnya

Disana terlihat teman teman Ben berkumpul diruang tamu, Rara melengos begitu saja tanpa menyapa, membuat Ben mengernyitkan dahinya bingung

"Dedek kenapa?" Tanya Ben sembari mengekori Rara yang menuju kamarnya diatas

Rara diam tak menjawab, sampai tiba didalam kamar pun mereka masih hening, Hal itu membuat Ben menghela nafas

"Ara kenapa?" Tanya Ben dengan lembut sembari duduk ditepi ranjang, Rara yang awalnya menunduk, Kini ia mendongak

Ben tersenyum simpul "Punya masalah? Atau ngebikin masalah lagi?" Tanya Ben cukup peka melihat raut wajah adiknya, Rara menampilkan deretan gigi rapinya.

"Ara bikin masalah apa lagi hm?" Tanya Ben mencoba memaklumi adeknya yang super ajaib ini

Rara tak menjawab, ia malah merogo sakunya dan mengeluarkan amplop coklat itu.

Ben menghela nafas, ia mengusap rambut Rara lembut "Udah yang keberapa kali dapet amplop undian kayak ini?"

"Kek abang gapernah dapet aja" Rara mencibir

Ben bangkit membuat Rara menatapnya bingung "Abang mau kemana?" Tanya nya polos

"Ayo! Ngomong sama bunda, nanti abang bantuin ngomongnya" Balas Ben menggandeng tangan Rara keluar kamar

Rara tersenyum senang "Tambah lope lope deh sama abang" Ucapnya alay yang sama sekali tak mendapat respond dari Ben

Mereka berdua sampai didepan kamar sang ibunda, mengetoknya pelan lalu masuk bersamaan

"Bun" Panggil Ben

"Kenapa bang? Dedek blm ganti bajunya?" Tanya Elina sekaligus

"Anu... Ini bun..." Ucap Rara terbata

"Ara, sini sayang" Panggil sang bunda lembut, Rara melangkah maju sambil menunduk

"Bun, bunda jangan marah ya bun ya" Ucap Rara memasang puppy eyes nya

"Kenapa?"

"Rara dapet amplop undian bun!" Ben menyela dan memberikan amplop itu pada sang ibunda

Elina melotot garang setelah membuka isi amplop yang diberikan oleh Ben "Amplop undian ndasmu!" Ucapnya ngegas

Elina menghela nafasnya "Oke besok bunda datang, lain kali ulangin lagi ya kesalahannya, biar bunda tampol pake panci!" Putus Elina

"Anu... Tapi bun... Ara berantemnya sama Bang Nanta bun"

Ya, Rara memang harus bahkan wajib memanggil Ananta dengan sebutan abang didepan keluarganya.

"Maaf bun, gara gara Rara, bunda harus ketemu lagi sama Ayah" Lanjutnya semakin menunduk

Elina tersenyum "Gapapa kok, selagi bunda masih punya kalian berdua, bunda ga akan pernah takut" Ucapnya lembut memandang kedua anaknya

Ia tak akan pernah bisa marah pada gadis mungil di depannya ini.

"Dan kamu! Abang! Udah berapa kali Bunda bilang, kenapa sih gamau satu sekolah sama dedeknya sendiri?! Kan jadi gini! Ara ga ada yang jagain!" Elina menyalurkan kekesalannya pada Ben yang sedang melongo hebat

"Yang buat masalah tuh si dedek! Ngapa gua yang kena omel si?!" Batinnya protes

Rara tertawa geli melihat sang ibunda memarahi abangnya, ini dia enaknya jadi anak terakhir! Apa apa kan dibelain.

•••

Yayaya? Next? Nanti ya ehee

Ada yang anak terakhir disini? Gimana tanggepan kalian hhe

Tinggalkan jejak ya guys.

IG : MFTHRAHMAA

Rara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang