"Sunshine, wake up." Panggil seseorang seraya mengelus rambut San dengan lembut.
San terusik dari tidur lelahnya karena semalaman menangis, mata bengkaknya perlahan terbuka, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya.
San mengusap matanya, oke, dia tidak salah lihat, dihadapannya ini William Jung, targetnya. Sekali lagi, TARGETNYA. Dia orang yang semalam mengancam akan membunuh San jika tidak tinggal bersamanya, tapi pagi ini terlihat sedikit berbeda.
"Lihat apa?" Tanya William begitu melihat San memiringkan kepalanya untuk menatap lamat-lamat William dihadapannya.
San menggeleng kuat, oke dia tidak salah lihat. Itu William yang sama, tapi kenapa dia menjadi lebih hangat sekarang?
"Aku bawakan handuk hangat, kompres wajah dan pipimu, setelah itu temui aku dimeja makan, kita bicara disana." Ucapan William meleburkan segenap pertanyaan di benak San.
Setelah William pergi, San mengambil handuk hangat yang diletakkan diatas kasur lalu mengompres mata dan pipinya yang memang dilihat sedikit lebam dan bengkak.San mendatangi meja makan seperti apa yang sudah diminta William.
"Duduklah." Ucap William singkat.
San duduk asal pada salah satu kursi dari meja makan yang lumayan besar itu, sementara William mengambil makanan yang ia panaskan dari dalam microwave untuk disantap.
"Ini," William memberikan sepiring sandwich untuk San. "Makan dulu, setelah itu kita bicara." sambungnya.
San mengangguk, tidak memiliki tenaga—atau tidak berani untuk sekedar membantah perkataan dari William. San mengambil sandwich lalu memasukan kedalam mulutnya. Tidak dipungkiri, dia juga kelaparan mengingat perutnya baru diisi oleh croissant sebelum tragedi penculikan.
William duduk dihadapan San dengan membuka tablet dan segelas kopi hangat yang sudah setengah habis sesekali melihat betapa lahapnya San makan.
Setelah kopi William habis, San pun telah selesai makan.
"Ini. Minum dulu." Ucap William seraya memberikan segelas air putih. San langsung menerima dan meminum sebanyak dua teguk.
William membalikan tabletnya jadi dihadapan San. Menampilkan poster pencarian buronan bernama Simon Hillary.
"Simon? Sejak kapan dia menjadi buronan?" Tanya San.
William mematikan tabletnya lalu menatap San serius, "Sejak dia terduga menjadi otak dari kasus pembunuhan Jaksa Walt."
Mata San membelalak kaget, "Jaksa Walt? Maksudmu Andrew Walt?" Tanyanya.
"Siapa lagi."
San semakin kaget dengan jawaban William, pasalnya Jaksa Walt pernah menjadi pengisi materi pada kuliah tamu di universitasnya. San banyak dipuji karena aktif bertanya saat itu.
"Salah satu clientku, meminta untuk membunuh Simon dan sindikatnya. Anggap saja bahwa kau sekarang sudah menjadi partnerku. Jadi, ikut aku dalam misi pertama ini, tanpa bantahan, kau paham?"
San bisa apa selain mengangguk.
William bangkit dan mengusak sedikit rambut San dengan lembut, "Good boy. Bersiaplah, setengah jam dari sekarang temui aku diruang tengah. Pakai baju yang nyaman saja, pilih bajuku yang ada di kamar tadi."
San terpaku, apa katanya tadi? Good boy? semburat merah sedikit muncul di pipi San. Tidak ingin berlama-lama, San pun berlari menuju kamar dan bersiap sesuai arahan William.
Hehehe, slow paced on the go ~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Smooth Criminal ; Woosan [ REMASTERED ]
Ciencia Ficción"Ain't everything you saw, is what you think, careful." [ Drabble, Woo! Dom, San! Bot ] ㅡ Start : 30 June 2020 ㅡ End : - Sincerely, Rain.