Chapter 12

9.1K 1.1K 269
                                    

Selamat membaca.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT!

Sankyuu°😍

.
.
.
.

A/N: -  2 chapter menuju ending  -

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Sakura menatap dengan intens pintu berbahan kayu jati dan dilapisi oleh cat coklat kilap, seingatnya kemarin terdapat beberapa sisi yang telah terkelupas tapi sepertinya Naruto telah meminta orang-orang untuk mengecat ulang pintu ruangan Hokage. Ini bukanlah hal sepele, ruangan Hokage harus ditata sedemikian rupa mulai dari sudut ke sudut, walau faktanya meja Naruto terlihat amat berantakan bahkan lebih daripada meja Kakashi-sensei saat menjabat sebagai Hokage ke-enam dulunya.

Bila saja Shikamaru tak berbaik hati membantu merapikan susunan kertas  ringan tersebut, atau barangkali Shikamaru pun terkenal akan kemalasan serta pemikiran bahwa apa yang bermasalah jika meja Hokage berantakan? Naruto sendiri hanya perlu membaca dokumen kemudian menandatangani kontrak yang memiliki benefit kepada Konoha.

Belakangan ini Naruto disibukkan dengan adanya permohonan pendirian lahan pertanian baru pada bagian utara Konoha, waktu Naruto terkuras hanya untuk memikirkan apakah lahan lama akan dibakar? Atau ditanami oleh tumbuhan hias saja? Sakura pikir, masalah yang menimpa Sasuke ini pun jadi salah satu beban pikiran Naruto.

Dan di sinilah Sakura berdiri.

Bila ia mengetuk pintu ini, maka Sakura jamin ada Naruto di sana. Seorang diri, tadi Sakura sempat berjumpa dengan Shikamaru, Shikamaru terlihat santai dan satu rokok yang menyelip di bibir pria beranak satu itu. Katanya dia hendak mengambil beberapa lembar proposal dari gedung kontrakan.

Sangat bagus sekali, pikir Sakura. Ini adalah waktu yang bagus untuk mengobrol dengan Naruto, membayangkan permintaan Sasuke semalam tentang keinginan untuk menjumpai Sarada sebelum besok mereka harus melakukan ritual penyegelan dan pengembalian jiwa Sasuke.

Sakura mengarahkan kepalan tangannya, memberi tiga ketukan bernada tok tok tok cukup keras dan Sakura yakin bahwa Naruto mendengarnya cukup baik. Dalam beberapa detik menunggu sahutan suara Naruto, mengatakan masuk!

Cklek, Sakura membuka pintu sekali hentakan. Matanya langsung menangkap kondisi menyedihkan Naruto. Sepertinya dia tidak pulang ke rumah semalam. Apa itu? Sakura menaikkan sebelah alisnya. Kantung mata Naruto sangat tebal dan juga menghitam. Pekerjaan sebagai Hokage sebenarnya sangat berat, oleh karena itu juga Sakura jadi prihatin.

"Ah, Sakura-chan. Itu kau, ada apa siang-siang begini?" Naruto bersandar pada kursi kebesaran Hokage. Sepertinya dia amat lelah, berkali-kali menahan keinginan untuk menguap, mata Naruto pun tampak sayu sekali. Selain mengorbankan waktu, menjadi Hokage juga mengorbankan tenaga. Naruto telah berjuang keras untuk ini.

Sakura menarik sudut bibirnya ke arah kanan, lalu alis matanya menaut, memasang ekspresi maklum, dan sebelah tangannya berkacak pinggang.

"Hokage memang selalu sibuk, ya."

Naruto tersenyum lemah, mengiyakan ucapan sahabat sekaligus mantan rekannya ini.

"Apa kau beristirahat teratur? Hinata akan marah kalau dia melihatmu seperti ini."

"Dia pengertian," Mendesah lelah, Naruto mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Setidaknya jangan sampai kau jatuh sakit. Kau pikir bagaimana perasaan Boruto dan Himawari-chan melihat ayahnya sakit?"

My Stupid Soul  (SasuSaku ver')✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang