3

4K 314 14
                                    

"terimakasih nak jimin"

ujar nenek taehyung seraya hendak membungkuk namun jimin segera menahannya.

"nde..nenek sudah kuanggap sebagai nenek ku sendiri"

ujar jimin seraya memeluk sang nenek yang terharu. Tak jauh beda dengan perasaan taehyung yang juga terharu melihat kebaikan hati si mungil itu, tak hanya cantik diluar namun sebenarnya ia juga sangat baik.

"tapi apa jam segini sekolah sudah usai?"

taehyung dan jimin saling menatap dan tersenyum kikuk

Nenek taehyung  yang paham bahwa mereka membolos hanya menggelengkan kepala seraya menasihati agar jangan membolos lagi. Setelahnya ia mengajak Taehyung dan jimin untuk duduk di meja makan memakan masakan yang telah ia hidangkan, keduanya makan dengan lahap, terutama jimin yang memasukkan makanan langsung banyak membuat pipinya menggembung.

"aigoo kau tidak makan berapa taun?" taehyung terkekeh sekaligus gemas melihat pipi jimin membulat bagai bakpao, andai jimin kekasihnya sudah dapat dipastikan kalau ia akan menggigit pipi itu, namun sayangnya bukan.

Jimin bersusah payah menelan makanannya hingga tersedak, dengan cepat taehyung meraih gelas yang berisi air dan membantu jimin untuk minum.

"makanlah dengan benar chim.."

pletak

Taehyung mengaduh kala satu jitakan ganas mendarat dikepalanya, ia mengerucutkan bibirnya seraya mengelus kepalanya sendiri yang sakit.

"jika dari tadi kau tidak cerewet aku tidak akan kenapa-kenapa.. rasakan itu " ujar jimin dengan ketus membuat taehyung bungkam

Keduanya lanjut makan namun kali ini lebih tenang dengan jimin yang sudah habis lebih dulu. Saat taehyung hendak menyendokan makanan ke mulutnya ia melirik kearah jimin yang menatap dengan binar matanya. Ia hanya menghela nafasnya seraya menyuapkan makanan itu ke mulut jimin membuat yang lebih mungil tersenyum puas.

"tae.."

"hmm?"

"ada saus dibibirmu.."

deg

Tubuh taehyung serasa membeku kala merasakan jemari halus jimin membersihkan sisa saus disudut bibirnya. Seperti ada sengatan listrik yang menjalar keseluruh tubuhnya dan tak ketinggalan jantungnya lagi-lagi berdetak kencang tak karuan, tanpa jimin sadari sepasang mata taehyung menatapnya penuh cinta.

'bolehkah aku berharap chim..'

Setelah usai jimin pamit pada nenek taehyung kemudian diantar pulang jalan kaki oleh taehyung.

"tidak perlu mengantarku pulang"

"sungguh?"

"jika hanya berjalan kaki bukannya sama saja tidak berguna haha"

Taehyung tau bahwa jimin hanya bercanda namun jujur hatinya terluka. Ia memang sangat miskin bahkan sepeda saja tak punya, namun ia tetap mencoba tersenyum pada candaan yang menyakitkan itu.

"sudah kamu kembali saja.. nanti kamu harus kerja kan?"

taehyung mengangguk

"sampai jumpa dan jangan nangis lagi! kalau ada apa-apa pokoknya harus cerita padaku!!"

"nee..hati-hati bantet"

Jimin meliriknya tajam lalu mengarahkan kedua jari tengah nya pada taehyung seraya berlalu pergi. Taehyung terkekeh kemudian terdiam ditempat memandang punggung jimin yang perlahan menghilang dikeramaian. Setelahnya ia bergegas kembali dan bersiap bekerja

'aku harus bekerja dan berusaha lebih keras lagi..'

*****

Keesokan harinya taehyung yang baru akan masuk ke dalam kelas bingung dengan banyaknya yeoja yang mengintip jendela kelasnya. Samar-samar ia mendengar bahwa ada anak baru dikelasnya yang memiliki wajah sangat tampan. Saat ia masuk ternyata perkataan para yeoja tadi bukanlah omong kosong karena kini ia melihat seorang namja tampan dan sangat keren.

Meskipun taehyung juga sangat tampan gadis-gadis akan menjauh kala tau bahwa ia miskin. Hanya jiminlah satu-satu nya teman sekaligus sahabat yang ia miliki. Sesaat ia tersenyum tidak jelas hanya membayangkan wajah manis itu dikepalanya. Jantungnya kembali berdebar mengingat kejadian kemarin, ia merasa sangat beruntung menjadi dirinya.

Jimin yang baru datang reaksinya tak jauh beda dari taehyung yang tadinya kebingungan namun rasa penasarannya hilang dengan sebuah uluran tangan dihadapannya.

"jeon jungkook.." Ujar namja tampan itu seraya menatap halus kearah jimin

"park jimin"
Dijabatnya tangan kekar itu dengan senyum manis andalannya yang tentu mampu membuat lelaki dihadapanya ikut tersenyum menampilkan gigi kelincinya.

Bukannya jimin terpana hanya saja memang sifatnya itu ramah pada semua orang dan bisa dibilang playboy, sifat itulah yang sering kali mencobai batas kesabaran taehyung, seperti sekarang namja itu berusaha menahan gejolak jengkel dalam hatinya.

Sepanjang pelajaran taehyung merasa tak nyaman karena melihat jungkook yang diam-diam terus memperhatikan jimin. Dengan sengaja ia berusaha menghalangi pandangan jungkook dengan ukuran tubuhnya yang lebih kekar.

"aishh alien apa kau sudah gila"

jimin menggelengkan kepala kala melihat taehyung yang terus menggerak-gerakkan tubuhnya maju mundur dengan aneh.

"ani.. tubuhku hanya pegal chim"

"jinjja? menggelikan sekali"

ujar jimin seraya bergidik ngeri berusaha mengabaikan taehyung yang terus bergerak aneh.

Bel istirahat akhirnya berbunyi jimin  mengajak taehyung ke kantin namun ajakan itu ditolak dengan alasan taehyung membawa bekal dan tak suka keramaian.

"aisshh ayolah temani aku sekali saja tae!!"

suara jimin yang lumayan keras tanpa disadari membuat keduanya lagi-lagi menjadi tontonan siswa siswi yang masih berada di kelas. Jimin terlihat seperti pacar yang sedang minta diperhatikan, ia merengek bahkan menarik-narik lengan taehyung. Namun namja bermarga kim itu terlihat acuh.

"kau mau ke kantin? bagaimana kalau denganku, aku juga mau ke kantin"

sontak ucapan namja yang adalah jungkook itu menyita perhatian jimin, dilepasnya tarikan tangannya pada lengan taehyung, membuat sorot mata taehyung langsung menajam.

"jinjja? baiklah kalau begitu jungkook ssi"

greb

"eoh"

"tunggu.. aku ikut"

Jimin menaikan sebelah alisnya tak habis pikir dengan si alien gila. Belum empat ia memaki namja yang tiba-tiba berubah pikiran itu, taehyung lebih dahulu menariknya meninggalkan jungkook sendiri yang tersenyum miring.

'aku punya saingan rupanya'

***

"hei alien bisakah kau lepaskan tanganmu!"

"wae?"

"semua orang melihat kearah kita bodoh!!"

Jika biasanya jimin merasa bangga dan senang kala menjadi pusat perhatian namun untuk kali ini entah mengapa jantungnya berdebar kencang dan entah mengapa juga wajahnya memanas seperti tertangkap basah sedang berpacaran.

"apa kau malu bersamaku.."

Perlahan genggaman tangan itu terlepas taehyung yang semula penuh percaya dan berani karena terbakar cemburu kini kembali menjadi kim taehyung yang insecure. Kedekatan keduanya tak menutup fakta bahwa dirinya hanya lelaki miskin dan jimin adalah sebaliknya

my possesive soulmate (vmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang