Prolog

5.4K 365 15
                                    

"Aku harus pergi dari sini, aku tidak mau mati," ucap wanita itu pelan dengan kedua kakinya terus berlari meskipun kepalanya masih terasa berdenyut akibat kecelakaan yang baru saja ia alami beberapa waktu yang lalu.

Tidak ada waktu untuk merasakan rasa sakitnya, ia harus keluar dari Rumah Sakit ini, ia harus pergi dari sana sejauh mungkin, jika tidak maka ia akan berakhir sama seperti beberapa orang lainnya.

Nafasnya mulai tidak beraturan, kepalanya kembali berdenyut dengan hebat, sejenak ia menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada dibelakangnya seraya menutup mata, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dua kali lipat dari biasanya.

Kedua matanya kembali terbuka dengan cepat saat ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Jantungnya mulai berdetak tidak beraturan, rasa dingin tiba-tiba merayap melalui punggungnya, tubuhnya gemetar, saat tepat didepannya berdiri seorang laki-laki menggunakan jas dokter dengan senyum menyeramkan terpatri di wajahnya.

"Kau pasien ku kenapa berlari saat aku akan memeriksamu? Kau pasien nakal, kau harus di beri hukuman," ucap laki-laki itu dengan suara dalam yang membuatnya semakin menyeramkan.

Wanita itu hanya diam, ia tidak bisa mengatakan apapun, terlalu takut walau hanya untuk mengeluarkan satu kata. Perlahan tapi pasti ia merasakan sebuah benda tajam menggores pelan tenggorokannya, dengan gerakan pelan, benda itu terus didorong masuk kedalam tenggorokannya, sampai-sampai nafasnya mulai terasa berat, rasa sakit itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ini hukuman untuk mu, jika saja kau tidak berkeliaran saat pemeriksaan, mungkin hal ini tidak akan terjadi," ucap pria itu.

Dan dengan satu kali dorongan, pisau itu menembus kedalam tenggorokan wanita itu sampai menyisakan batang pisaunya saja yang saat ini tengah ia genggam, perlahan tapi pasti, darah mulai mengalir membasahi tangan pria itu.

Matanya memancarkan kebahagiaan saat darah mulai menetes mengotori lantai Rumah Sakit, dengan satu kali tarikan, pisau keluar dari tenggorokan wanita itu yang kini tengah menggelepar di lantai seperti ikan yang membutuhkan air.

"Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya," ujar pria itu kemudian berjalan menjauhi wanita yang perlahan menutup matanya.

I Can Hear Your StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang