"Tuan muda, ada amanat dari tuan boss. Tuan muda jangan pulang larut malam." Ucap salah satu kepercayaan orangtuanya.
Kevin menatapnya dengan tatapan tak suka. Tugasnya hanya mengurus perusahaan di sini selama orangtua kevin pergi. Tapi kenapa ia jadi berkuasa sampai berani memerintah kevin?
Bahkan orangtua nya saja tak pernah mengatur hal itu pada kevin.
"Vin, udah ditunggu sama putra. Kita cabut sekarang apa gimana?" Tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar kevin dengan rambut yang sedang ka keringkan.
"Cabut."
Luis, sahabat kevin sejak kecil. Ia adalah orang yang paling mengerti kevin dan paling peka karena ia bisa membaca pikiran orang lain.
Luis segera menyusul kevin yang sudah dulu keluar dari rumah itu.
"Eh tolong jemurin yah! Babang gantengs mau caww dulu!" Luis menyerahkan anduk yang ia pegang pada orang yang tadi mengatur kevin.
Orang itu hanya mendengus sebal. Ia benar benar tak ada harga dirinya jika berada diantara kevin dan luis dan axel.
"Vin! Nebenggg"
"Lo yang nyetir"
Luis mengangguk. Lalu mulai berjalan menuju tempat kemudi.
Luis memang berbeda dengan kevin. Ia lebih ramah, ceria, dan sangat banyak bicara.
Baru saja keluar komplek, luis sudah menghentikan perjalanan nya.
Kevin menoleh, dan mengangkat satu alisnya.
"Gue lupa jalan nya kemana"
Kevin berdecak. Apa dengan tinggal 2 tahun dijepang membuatnya benar benar lupa dengan indonesia?
"Jalan aja. Ikutin ingatan lo"
"Tapi gue lupa."
"Jalan."
Tak mau berdebat, luis langsung menjalankan kembali mobil yang ia bawa. Walau luis sangat takut salah jalan karena ia benar benar lupa.
"Ck. Bodo." Gumam kevin.
---
"Mana?" Tanya laskar
"On the way"
"Ck. Lama"
Putra kembali fokus pada ponsel dan kopi nya. Dan laskar kembali pada pekerjaan nya. Yaitu meracik dan menghidangkan.
Lonceng berbunyi, menandakan ada yang memasuki cafe. Semua mata melirik pada dua orang lelaki yang sedang berjalan dengan coolnya.
"Parah! Ganteng banget"
"Baju putih,gue kantongin juga!"
"Aaaaaaaaaa yang satunya lagi cute!"
"Kalo gini ceritanya gue tiap hari kesini!"
Mendengar pekikan ciwi ciwi, membuat putra dan laskar menoleh pada si pusat perhatian.
Dan dengan datar nya, kevin menarik salah satu kursi disebelah putra tanpa memperdulikan sapaan dari para pemujinya.
"Weyy mamang putra!" Luis mengulurkan tangan yang diraih oleh putra. Mereka bersalaman.
"Sehat lo?"
"Sakit gue is"
"Terus kenapa lo keluar rumah?"
"Ck. Serah"
Tak lama, laskar menghampiri mereka. Lalu ikut duduk disamping luis yang berarti berhadapan dengan kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJARA
Teen FictionSebuah dendam turun temurun yang membuat seorang gadis harus terpisah dari keluarga nya. Ia harus menjalani keseharian nya dengan satu keluarga dengan kesepakatan tertentu. Hingga ia bertemu dengan seorang lelaki yang bisa memberi arah untuknya, dan...