Happy Reading Guys
💞💞💞💞Stephany sedih mendengar penuturan Steve. Dia dan suaminya selama ini terlalu memanjakkan Steve dan tidak mendengarkan kedua orang tuanya yang sering menegur mereka agar tidak terlalu memanjakan Steve.
"Sebaiknya hal ini harus ku beritahu sama Reyhan," ucap Stephany.
🎀🎀🎀🎀
Bridilla, Claretta dan Rendy berlari dengan cepat ke ruangan Nesya berada. Mereka bahkan tidak peduli dengan ketiga cowok tadi.
Saat sampai di depan ruangan Nesya. Di situ ada dokter yang sedang berbicara dengan Bu Astin. Terpaksa ketiganya menunggu selagi mereka berbicara.
"Dil. Tadi itu temannya si Steve kan? Kok mereka ada di situ? Dan ngapain kalian pada adu mulut? Serius dil, mulut lo pas bicara sama mereka gak ada sopan-sopannya. Emang lo berani ngomong kayak gitu sama Steve?" Tanya Rendy penasaran sekaligus kaget.
Jelas kaget. Dia tadi cuman memperhatikan kejadian itu dari jauh. Tapi karena keadaan semakin panas. Dia cepat-cepat melerainya supaya tidak makin parah keadaannya nanti. Sudah lagi keadaan tidak baik. Di tambah ini akan semakin panjang jika di biarkan.
Bridilla cuman menghela napas panjang. Sebenarnya dia takut karena berbicara seperti itu pada ketiganya. Tapi karena terbawa emosi, dia tidak bisa menahannya dan melampiaskannya pada mereka. Itu terjadi begitu cepat baginya.
Bridilla cuman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menatap ke arah Bu Astin yang masih berbicara dengan dokter tersebut.
"Makanya Dill. Kalau mau berbuat kayak tadi dipikirin dulu. Kan udah gue bilangin sebelumnya," Claretta hanya bisa tersenyum miris mengingat kejadian tadi. Apalagi melihat Bridilla yang terlalu bar-bar.
"Gue gak tau juga kenapa gue bisa berbuat senekat itu. Tadi itu spontan gue lakuin. Malahan sekarang gue takut untuk ketemu sama mereka," balas Bridilla ragu. Dia seperti memancing Singa yang sedang lapar untuk menerkamnya.
"Ah. Bodo banget sih gue," racau Bridilla memegang kepalanya frustasi.
Claretta yang berada di samping Bridilla tertawa renyah karena penuturan Bridilla.
"Dilla...Dilla. Tadi sok-sok ngatain mereka, bahkan meludah depan mereka. Sekarang sok-sok takut," balas Claretta tertawa.
"Eh seriusan lo lakuin itu Dill? Parah benar kelakuan lo Dill. Mampos kau kalau ketemu sama dia, lepas leher kau di buat Steve," ucap Rendy berlogat batak.
Claretta semakin tertawa tapi tidak terlalu besar sehingga tidak mengganggu keadaan sekitar. Tapi Bridilla semakin khawatir sekaligus takut di saat bersamaan. Untuk kata terlambat saja sudah sangat-sangat terlambat baginya.
"Apaan sih. Sekarang bantuin gue biar gak ketemu sama mereka. Takutnya mereka bakal bilang sama si Steve. Terus gue yang masuk di rumah sakit selanjutnya. Gue gak siap tau. Nyesel gue ngatain itu, " Bridilla menarik lengan Rendy dengan kuat sambil memasang muka sedihnya.
Rendy dan Claretta tertawa melihat ekspresi wajah Bridilla yang mulai khawatir. Padahal dia yang berani dengan lantang menantang ketiga cowok yang bisa di bilang berpengaruh di sekolah.
"Makanya kalau mau lakuin sesuatu di pikirin dulu. Jangan langsung berbuat sesuka hati yang malah buat lo jadi menderita sendiri," balas Claretta tersenyum mengusap punggung Bridilla lembut. Rendy hanya bisa tertawa karena dia juga tidak tahu harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARSIS
Teen FictionBagaimana jadinya jika ingin memiliki pacar yang tampan, pintar, dan populer. Harus menjadi cantik dulu untuk memilikinya. ♡"Mengapa harus cantik di luar kalau hatinya tidak. Itu sama saja bohong. Gak ada berguna sama sekali." Nesya Anatasya sllendi...