KASIH SAYANG

11 0 0
                                    

Karya: Alvida maulida bowo

Hariku penuh dengan kegembiraan, namun itu bukanlah kegembiraanku. Melainkan, Nenek dan Kakekku--aku tinggal bersama mereka sejak aku masih berumur 1 bulan. Kini, aku hanya ingin melihat senyum dan tawa di wajah keriput mereka.
"Nek ... makan dulu, ya?" ucapku meminta Nenekku yang akhir-akhir ini susah untuk hanya makan sesuap nasi.
Mengalihkan suapan ke arah yang berlawanan. "Nenek tidak lapar," pungkasnya melanjutkan menonton acara tv favoritnya.

"Nanti Nenek sakit lo, kalau tidak makan," ucapku meyakinkannya. Nenekku tidak menghiraukan ucapan dan perlakuanku terhadapnya. Aku yang melihat dengan mata dan kepala, langsung berdiri menuju ke dapur dengan perasaan kecewa, akibat Nenek menolak untuk aku suapi dan apalagi itu adalah masakan hasil kerja kerasku.
"Huh ... ternyata ditolak memang sakit, ya?" Menghela nafas kasar.

Ceklek!
Brak!
Kakek baru saja datang dari sawah.
"Kakek?" Aku menoleh menghadap dirinya yang meringis kesakitan.
Melebarkan kedua kelopak mata. "Kakek kenapa?!" Menghampirinya cepat.
"Jari Kakek terpotong, Nak," ungkapnya.
"Sebentar, aku ambilkan obat dulu." Pergi meninggalkan Kakek.
Kakek duduk bersila di bantalan kasur di sudut ruangan. Kakekku meringis kesakitan ditambah lagi Ia harus menahan betapa sakitnya ketika jari terpotong kasar.
Drap!
Drap!
Drap!
Aku segera memperban luka yang menghasilkan banyak darah tersebut.
"Lain kali ... Kakek hati-hati, ya?"
"Kakek tahu? aku sangat khawatir terhadap keadaan Kakek ketika kesakitan seperti ini," ungkapku.
"Maafkan Kakek, Nak."
"Kakek hanya bisa menyusahkanmu saja selama ini." Mengusap air mata.
"Kakek tidak mau jika kau meninggalkan kami." Kembali meneteskan air mata.

"Kakek menangis?!" Mengusap air matanya.
Kakek mengangguk. "Maafkan Kakek ya Nak...," lirihnya.
"Kenapa Kakek minta maaf kepadaku?"
"Aku yang menyusahkan Kakek, aku yang membebani kalian berdua, dan akulah yang membuat kalian berdua sakit-sakitan karena telah merawatku selama ini." Menoleh sekilas menghadap Nenek.

Aku meneteskan air mata. "Apa lagi, Kek?" lirihku. "apa lagi alasan kakek untuk merendahkan diri di hadapanku, hm?" ucapku haru.
"Kami hanya tidak ingin kamu meninggalkan kami berdua 'tuk sendirian di sini," sela Nenekku.
"Kami hanya punya kamu di sini, dan untuk selamanya," ungkap Nenekku.
Jadi, aku memiliki penyakit yang mengharuskanku untuk berobat ke rumah sakit untuk beberapa kali, tetapi itu membuat beban yang sangat berat bagi mereka.
Kami bertiga berpelukan; saling melengkapi dan saling ada untuk satu sama lain. Karena kami tahu, bahwa kebersamaan ada untuk dijaga dan tidak ada jikalau diabaikan. Jadi, jagalah kebersamaan itu selagi ada, dan jaga itu baik-baik jangan sampai hal itu menunggalkanmu tanpa aba-aba.

kumpulan cerita mini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang