Karya: Miftahul Rahmi BudiDevan adalah remaja cowok di sekolah yang dikagumi kaum hawa, bukan hanya karena parasnya yang tampan, ia juga keturunan orang tua yang mapan. Termasuk Fiana, juga menyimpan decak kagum pada Devan, ia seorang gadis lugu, baik dan sangat sederhana. Tetapi, seisi sekolah sudah tahu bahwa Devan sedang dekat dengan Rania, seorang gadis cantik, kaya, namun sangat sombong pada teman-teman yang tidak selevel dengannya.
Mentari begitu hangat, menyambut para siswa yang akan berangkat kemah ke sebuah hutan yang jauh dari sekolah. Hampir semua siswa ikut serta dalam kegiatan ini. Dari kejauhan Fiana melihat Rania dan Devan berbaris bersampingan. Fiana merasa cemburu, namun dia sadar, ia tak pantas mencintai Devan. Dulu Devan dan Fiana pernah satu kelompok dalam Ruang Labor Kimia, itulah saat pertama mereka saling mengenal, tetapi setelah itu Devan tidak pernah melirik Fiana lagi, Devan hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Perjalanan begitu melelahkan, setiba di tempat tujuan, mereka langsung mendirikan tenda untuk beristirahat. Tenda cewek tentu terpisah dari tenda cowok. Fiana sering melihat Devan pergi berkunjung ke tenda Rania. Devan membawakannya bekal dan makanan kecil. Banyak siswa yang baper akan keromantisan mereka. Tapi entah mengapa Fiana merasa Rania tidak tulus mencintai Devan, sebelum acara kemah ini, Fiana tak sengaja pernah memergoki Rania pergi dinner bersama Bayu, yang merupakan sahabat dekat Devan, dan mereka tampak seperti orang berpacaran.
Keesokan paginya, setelah semua peserta kemah melaksanakan senam pagi, agenda selanjutnya adalah “Pencarian Jejak”. Semua peserta ikut dalam agenda ini kecuali beberapa orang yang bertugas piket di tenda. Kali ini Fiana mendapat jatah untuk piket. Setelah memasak makanan, Fiana pergi ke depan tenda untuk mengintip suasana. Lagi-lagi Fiana melihat Rania dan Bayu sedang berduaan di Posko, sambil memanggang ikan. Fiana semakin curiga dengan gelagat aneh Rania, tetapi Fiana tidak pernah buka suara pada siapapun, apalagi Devan. Tak berapa lama, tiba-tiba Devan dipapah oleh beberapa orang menuju Posko, karna Devan jatuh sakit. Rania mencoba bersembunyi di balik tenda dan Bayu segera datang untuk menyambut Devan, namun tak bisa dipungkiri di wajah Bayu dan Rania seperti sangat kesal. Fiana dan teman-teman yang sedang piket lainnya juga segera menolong Devan. Rania juga datang menjenguk Devan, seolah-olah dia baru tahu bahwa Devan jatuh sakit. Obat yang Fiana bawakan diambil alih oleh Rania
Karena kesibukan semua orang pada urusannya masing-masing, ikan yang dipanggang oleh Bayu dan Rania tadi hangus terbakar dan apinya perlahan merambat ke seluruh tempat di Posko. Setelah mengetahui hal itu, bukan malah menolong Devan, Rania dan Bayu keluar dari Posko dan berlari menyelamatkan diri.
Fiana yang melihat hal itu sontak segera menyelamatkan Devan, ketika yang lain sedang sibuk mencari air untuk memadamkan api. Fiana tak peduli dengan keselamatannya, ia menembus api dan memapah Devan keluar Posko. Akhirnya Fiana berhasil menyelamatkan Devan, dan api berhasil dipadamkan. Devan tidak tersentuh oleh api, namun keadaannya masih lemah, sedangkan Fiana tangannya terluka karena dilalap api.
“Fiana terima kasih ya!, tapi kenapa kamu nekat tolong aku? Inikan bahaya.”
“Sama-sama Devan, semua ini karena ….”
“Karena apa Fiana?”
“Semua karena aku mencintaimu Devan,” jawab Fiana dengan refleks dan kepolosannya.