Part 4

2 1 0
                                    

PELANGI DI DALAM HATI

Kemriyuk kota Pontianak selalu menawarkan keramaian. Tugu bambu berdiri kokoh menambah keindahan di tengah bundaran kota. Ku tatap layar ponselku, berharap waktu berjalan lambat.

Hari ini tepat pada hari di mana Adam harus berangkat kembali ke Mesir. Seminggu sebelum keberangkatan, ia sempat datang ke rumah kami untuk berpamitan. Entah berapa lama lagi kami baru bisa bertemu kembali. Tapi yang ku tahu, aku adalah salah satu alasan baginya untuk melanjutkan pendidikan di sana. Ia mengatakan, dengan seperti ini kami akan lebih mampu menjaga pandangan satu sama lain. Memutuskan untuk menciptakan jarak demi sebuah jarak pula nantinya.

Tuut tuut! Suara ponselku memecahkan keheningan.

“Assalamu’alaikum, Nada. Mohon doa nya, Adam setengah jam lagi akan turun dari rumah, berangkat menuju bandara. Nada jaga kesehatan, kuliahnya yang benar. Hadiah yang Adam berikan melalui Talita waktu itu, dijaga dengan baik ya. Adam titip Abi dan Ummi. Sebelum berangkat ke kota tempat Nada Kuliah, sesekali sempatkanlah waktu Nada untuk menjenguk Abi dan Ummi di rumah. Adam akan berjuang kembali di sana demi keluarga Adam dan demi hubungan kita kelak.”

Beberapa menit kemudian, aku kembali menerima pesan whatsapp yang berisi beberapa foto Adam ketika sudah siap melakukan perjalanan.

“Wa’alaikumussalam. Fii amanillah, semoga lancar dan sehat selalu di sana, Bang. Nada akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Bang Adam.”  Tidak terasa, air mataku mengalir begitu saja ketika mengetik pesan tersebut. Ku hampiri Talita yang tengah asik bermain dengan boneka teddy bear miliknya.

“Talita, Kakak ikut main boleh?.” Pintaku padanya.

“Ayo, Kak. Gimana kalau Kakak memainkan boneka ini sambil membacakan dongeng buat Talita?”

“Iya, Kakak ada cerita bagus nih buat Talita.”

“Ayo, mulai, Kak.”

Pada suatu hari, tepatnya di hari raya Idul Fitri di kota Madinah, Rasulullah pergi ke luar rumah untuk shalat Idul Fitri. Ketika di perjalanan, Rasulullah berkunjung ke rumah-rumah untuk mendoakan umat Islam. Pada hari itu, semua orang sangat bahagia terutama anak-anak kecil.

Ketika Rasulullah melanjutkan perjalanan, Beliau melihat seorang anak kecil sedang duduk bersedih.

“Kak, anak kecil itu di mana Ummi nya?” Talita memotong ceritaku.

“Hmmm, Talita dengerin dulu cerita Kakak sampai habis ya.”

Saat itu, dia menggunakan pakaian yang penuh dengan tambalan dan sepatu yang sudah usang. Lalu Rasulullah bergegas menghampirinya, anak kecil itu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya sambil menangis tersedu-sedu.

Lalu Rasulullah berkata, “Nak, kenapa kamu menangis, kamu tidak bermain bersama mereka?” 

Anak kecil itu tidak tahu kalau orang dewasa yang berada di hadapannya tersebut adalah Rasulullah. Anak kecil itu pun menjawab,

“Paman, ayahku telah wafat. Ia mengikuti Rasulullah menghadapi musuh dalam pertempuran. Tetapi, ia gugur di medan perang tersebut.”

“Kak, kenapa dia tidak kenal sama Rasulullah?” Talita kembali melontarkan ucapannya di tengah pembicaraanku.

“Karena dia masih kecil, jadi dia belum kenal wajah Rasulullah. Talita dengerin cerita Kakak sampe akhir dulu ya. Habis itu baru Talita bebas nanya apa aja, OK?” 

“OK. Ayo, Kak. Lanjut, habis itu bagaimana, Kak.”

Kemudian, anak kecil itu berkata lagi pada Rasulullah,

Berteduh di Bawah Cahaya (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang